Burung puter pelung yang akhir-akhir ini marak dilombakan seperti halnya burung anggungan lainnya semisal burung perkutut dan derkuku, ternyata menarik perhatian dari para Akademisi. Perhatian itu datang dari UMAHA yang akan mengadakan kajian secara ilmiah tentang puter pelung.
Universitas Maarif Hasyim Latif atau disingkat UMAHA merupakan perguruan tinggi Islam swasta di Sidoarjo di bawah naungan Yayasan Pendidikan Sosial dan Ma’arif Sidoarjo dan dibina oleh organisasi Nahdlatul Ulama. Beralamatkan di Jl. Raya Ngelom Megare No.30, Ngelom, Kec. Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Prof Dr. H. Gempur Santoso, seorang guru besar Fakultas Teknik program studi Teknik Industri memimpin timnya, Gusti Adriansyah St, Mt, IPM dan Ika Widya Ardhyani ST, MT, IPM dosen Tehnik Industri, Wiji Lestariningsih SPd, MPd dosen Tehnik Mesin, serta Nikma Yucha SE, M.SM dosen Manajemen. Mereka berkunjung ke kediaman Mr. Ho Bird Farm di Dsn Botokan, Ds Sambungrejo, Kec. Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.
Prof Dr. H. Gempur Santoso sendiri masih aktif mengajar dan menulis di portal berita. Beberapa artikel ilmiah telah diterbikannya. Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat, Prof Gempur bersama timnya mencoba mengindentifikasi permasalahan budi daya puter pelung.
Pentingnya peran Pengabdian Kepada Masyarakat di dunia Perguruan Tinggi menuntut institusi ini untuk memiliki suatu kerangka dasar rencana dalam bentuk rencana strategis (renstra) Perguruan Tinggi. Kerangka dasar Pengabdian Kepada Masyarakat tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian dan pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat yang terencana, sinergis, terpadu, efisien dan berkesinambungan. Agar sebuah renstra dapat digunakan dan diterapkan, perlu ditetapkan sebuah standar pelaksanaan.
Dengan adanya Renstra di tingkat institusi diharapkan dapat mewujudkan sinergi, keterpaduan, dan keselarasan dalam hal pengelolaan Pengabdian Kepada Masyarakat di tingkat perguruan tinggi. Melalui pendayagunaan sarana, tenaga. dan sumberdaya lainnya secara efektif dan efisien.
Sehingga nantinya dapat berkontribusi secara signifikan dalam pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan peradaban bangsa pada tingkat nasional, regional serta internasional. Untuk kepentingan inilah Prof Gempur bersama timnya yang terdiri dari lima orang dosen UMAHA dari Prodi Tehnik Industri dan Manajemen, mencari data awal mengenai puter pelung.
Setyo Purnomo empunya Mr. Ho BF Sidoarjo, yang mulai gemar dan memutuskan beternak puter pelung di awal tahun 2017, menjadi nara sumber pancarian data awal mengenai puter pelung. Pria yang lebih akrab disapa dengan Pak Ho ini juga didampingi oleh Agus Waluyo Ketua Bidang Lomba PPPPSI Pusat dan Shofwan A. Ketua Pengcab PPPPSI Sidoarjo, menyampaikan presentasinya tentang puter pelung secara santai di kediamannya.
Burung puter ternyata bukanlah satwa endemik Indonesia, karena nenek moyangnya berasal dari Afrika yang kemudian dibawa ke benua Eropa sebelum akhirnya tiba di Indonesia ratusan tahun yang lalu. Namun demikian puter pelung hanya didapati di Indonesia saja.
Kini dengan maraknya lomba seni suara alam burung puter pelung, kebutuhan akan kualitas suara yang sesuai pakem penilaian pun meningkat. Tetapi kebutuhan tersebut tidak bisa dipenuhi begitu saja, karena mencetak puter pelung berkualitas mempunyai kesulitan tersendiri.
Banyak hal yang harus diperhatikan ketika beternak puter pelung, salah satunya soal kualitas indukannya, padahal tingkat keberhasilan ternak burung ini relatif besar. Tidak heran populasi puter pelung kini sangat melimpah sehingga mempengaruhi nilai ekonomisnya.
Dari sekian banyak, hanya ada beberapa saja yang mempunyai kualitas suara yang bagus dan layak dilombakan. Umaha akan berusaha memecahkan permasalahan yang terjadi. “Harus ada data yang memadai untuk menjawab permasalahan-permasalah seperti ini,” ungkap Gusti Adriansyah ST, Mt, IPM.
“Semua masalah yang ditemui harus dicatat secara runut. Dengan demikian akan ada literatur yang jelas. Diperlukan data-data riil di lapangan mengenai apa saja yang terjadi pada puter pelung, termasuk mengetahui kemungkinan munculnya anakan puter pelung yang bagus, yang sesuai pakem penilaian lomba,” tambah Gusti.
“Diperlukan juga cluster-cluster sehingga penghobi tidak hanya bermain di tingkatan atas, dengan demikian berbagai kualitas anggungan puter pelung dapat juga dilombakan. Perlu juga disosialisasikan lebih intens, agar masyarakat luas mengerti keberadaan puter pelung.”
“Umaha akan mengeluarkan jurnal tentang penelitian puter pelung yang dilakukannya. Dari kajian-kajian ilmiah ini diharapkan akan ada penelitian lanjutan mengenai puter pelung sehingga jurnal ilmiahnya bisa dipelajari bersama dan jadi rujukan informasi yang akurat,” jelas Prof Gempur tentang upayanya bersama tim dalam Program Pengabdian Kepada Masyarakat tersebut.
“Terima kasih telah dipilih serta diberi kepercayaan oleh Umaha untuk menggali informasi ternak puter pelung Mr. Ho BF. Paling tidak ini menambah gairah dan semangat para peternak puter pelung,” ucap Setyo Purnomo kepada awak media. “Jadi semakin semangat berusaha untuk mencari dan menghasilkan suara-suara puter pelung yang berkualitas.”
“Diharapkan ini juga memberikan tambahan motivasi serta kesadaran peternak puter pelung di Indonesia, bahwa puter pelung itu ternyata sebuah nafas panjang. Tidak sekedar ternak selesai, perlu ada perjuangan yang ikhlas, perlu serangkaian uji coba untuk menghasilkan puter pelung yang sesuai harapan,” tutur Mr Ho mengakhiri perbincangan. (Ramlee)