Kayu Ular (Strychnos ligustrina), merupakan jenis tanaman yang berasal dari Timika Papua. Tidak seperti namanya, tumbuhan ini tidak ada mirip-miripnya dengan ular atau berhubungan dengan hewan ini. Masyarakat mengambil manfaat tanaman ini dari kayunya. Bahkan masyarakat Papua telah lama menggunakan kayu ular untuk mengobati malaria.

Masyarakat Papua menemukan tanaman ini sekitar tahun 1910 yang banyak tumbuh dalam hutan bebatuan yang kering. Masyarakat Jawa sering menyebutnya sebagai tanaman bidara gunung, bidara laut, atau dara putih.

Berbeda dengan kebanyakan pohon lainnya yang batang kayunya lebih untuk membuat mebel atau rangka rumah, kayu ular justru sangat baik untuk obat herbal. Manfaat kayu ular ini terutama karena mempunyai kandungannya senyawa kimia yang terbilang beragam dan bermanfaat.

Tekstur kayu ular sangat keras, kuat, dan tidak bergetah

Secara morfologi tumbuhan ini berupa pohon bercabang kecil, tetapi mempunyai kayu yang keras dan kuat. Kayunya berwarna kuning pucat dengan tinggi mencapai dua meter hingga puluhan meter. Sementara batangnya berkayu keras dan kuat, berwarna kuning pucat, serta bercabang tidak teratur dan tegak.

Baca juga : Bidara, Tanaman Istimewa yang Disebutkan dalam Al-Qur’an

Pohon kayu ular sebenarnya dapat ditemui di banyak tempat karena pohon ini termasuk tanaman yang tumbuh liar. Batang dari tanaman kayu ular ini memiliki tekstur yang sangat keras, kuat, dan tidak menghasilkan getah.

Batang kayu ular mengandung zat-zat yang berguna buat kesehatan manusia

Daun kayu ular berjenis tunggal, memiliki tangkai yang letaknya berseling, berbentuk oval, tepiannya rata dan ujungnya runcing dengan panjang 6 hingga 12 cm dengan lebar 3,5 hingga 8,5 cm. Tulang daunnya tipis dan terletak pada permukaan yang lebih rendah.

Mahkota bunganya berbentuk lonceng atau cerobong. Bunga kayu ular ini memiliki lima benang sari. Pada bunga betina terdapat ovarium dua sel dan kepala putiknya sedikit melebar. Bunga tanaman ini tumbuh dan mengarah keluar dari ujung tangkai.

Kayu ular mempunyai buah berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 4 cm serta warna kuning kemerahan. Semua bagian tanaman dari daun sampai akar mempunyai rasa yang pahit. Dari balik kerasnya kayu jenis ini ternyata terkandung berbagai senyawa kimia yang berkhasiat.

Batang dan akar dari tanaman ini digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia untuk menyembuhkan demam maupun gigitan ular. Selain itu manfaat lainnya yakni sebagai pembangkit selera makan, obat cacing perut, dan obat malaria.

Buah dari tanaman kayu ular

Tidak banyak orang tahu apa kandungan dari tanaman kayu ular. Ternyata tanaman ini mengandung alkaloid, tannin, dan steroid. Pada bagian biji dan kayunya mengandung zat alkaloida yang mempunyai khasiat antimikroba sekaligus sebagai antioksidan.

Baca juga : Carica, si Pepaya Gunung Tanaman Khas Dataran Tinggi Dieng

Selain itu, kandungan zat tanin dan galat bermanfaat untuk obat penurun panas, melancarkan buang air kecil dan sebagai antiradang. Kandungan saponin yang dimilikinya juga bisa membantu menurunkan kadar gula darah dengan cara menghambat pelepasan enzim glukosidase yang berasal dari pankreas.

Semua bagian dari kayu ular berkhasiat

Kandungan alkaloid yang bersifat basa mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang bisa digunakan sebagai pengobatan. Manfaat lain saponin selain untuk menurunkan kadar gula darah adalah bisa menjadi sumber anti bakteri dan anti virus.

Kandungan ini dapat membantu manusia meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas dan mengurangi adanya gumpalan darah. Kandungan alkaloid dan saponin dalam ular kayu juga berfungsi sebagai senyawa antioksidan. Saponin merupakan jenis glukosa yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.

Karakteristik dari sapononin ialah berupa buih sehingga ketika direaksikan dengan air lalu dikocok akan berbentuk buih yang bertahan lama. Menariknya, saponin dapat larut dalam air namun tidak dapat larut dalam eter.

Saponin memiliki rasa pahit yang menusuk yang mampu menyebabkan manusia bersin dan iritasi pada selaput lendir. Bagi hewan berdarah dingin, saponin bersifat racun dan banyak digunakan sebagai racun ikan.

Cangkir dari kayu ular, tinggal air dan bisa langsung diminum

Sebagian masyarakat memanfaatkan kayu ular untuk menyegarkan muka mereka, meningkatkan nafsu makan, sebagai obat nyeri sendi, sakit perut, dan berbagai masalah kulit. Sifat khas pahit dari kayu ular dinilai mampu melancarkan peredaran darah dan membersihkan darah.

Baca juga : Asam Jawa, Tanaman Asli Benua Afrika yang Bisa jadi Bumbu Masakan atau Jamu untuk Kesehatan

Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal dan memanfaatkan berbagai macam tumbuhan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu yang digunakan sebagai obat, yakni kayu ular (Strychnos ligustrina). Di sejumlah daerah, tanaman ini merupakan obat penangkal malaria.

Kayu ular saat ini diperjualbelikan secara online

Kayu ular digunakan sebagai obat antimalaria dengan cara dibuat seduhan. Di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), masyarakat biasa mengolah ramuan ini dengan cara merendam serutan kayunya dengan air panas. Larutan tersebut kemudian didiamkan dalam keadaan tertutup selama semalam dan diminum pada keesokan harinya.

Air rebusan kayu ini terasa pahit. Bahkan jika menambahkan gula atau madu justru akan semakin terasa pahit. Dari balik senyawa kimianya inilah yang membuat kayu ular ini semakin populer dan banyak dicari orang untuk obat herbal. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *