Entok (Cairina moschata) merupakan salah satu jenis unggas air hasil domestikasi yang berasal dari wilayah Amerika Tengah dan sekarang telah banyak dibudidayakan di kalangan peternak tradisional Indonesia. Produk utama yang diharapkan dari pemeliharaan entok adalah daging, karena entok memiliki bobot badan yang tinggi dibandingkan ayam dan itik.
Entok jantan rata-rata memiliki bobot badan 5-5,5 kg/ekor, sedangkan betina sekitar 2,5-3 kg/ekor. Selain itu entok juga bisa dimanfaatkan telurnya. Satu ekor entok memproduksi sekitar 12 – 15 butir telur, setelah itu entok akan mengerami telurnya selama kurang lebih 40 hari.
Beternak entok tentu bernilai besar bagi pecintanya. Banyaknya permintaan daging entok di pasar, namun produksinya masih sedikit menjadi bernilai tinggi bagi peternak entok itu sendiri. Dalam perkembangannya, kini entok dengan keunikannya juga dilombakan oleh para penggemarnya.
Perkembangan ini terjadi karena pada kenyataannya entok yang dulu lebih dikenal masyarakat berwarna hitam atau putih, saat ini telah dikembangkan oleh para peternak sehingga muncul beberapa variasi warna baru yang jauh lebih menarik. Entok dengan variasi warna baru ini itu kini disebut dengan entok hias.
Baca juga : Entok, Unggas Kerabat Dekat Bebek yang Kian Diminati Dagingnya
Entok hias pun kini sedang naik daun sehingga banyak peternak yang mengoleksi entok hias untuk diternak, setelah beberapa tahun ke belakangan sering diadakan kontes entok di berbagai daerah. Entok hias ini selain enak dipandang, juga bisa dijual dengan harga tinggi. Yang tadinya hanya berharga ratusan biru kini tembus jutaan rupiah.
Entok dengan kategori hias ini ada beberapa macam, diantaranya entok Dragon, Jali, Jumbo, entok Mocha mata merah, dan Rambon. Sekarang telah muncul berbagai motif lain seperti Jaligon, Milenial, Bondol Milenial, Jali double blirik, Ripley, Looney, dan mata merah.
Pada tahun 2020 kontes entok mulai diadakan, seperti di Blitar, Kendal, dan Malang. Maraknya kontes entok ini belum dibarengi dengan pakem penilaian yang baku. Ini yang mendorong para penghobi dan peternak entok untuk membentuk wadah organisasi yang bisa menyelesaikan permasalahan ini.
Organisasi yang akan mewadahi apa yang diinginkan oleh para penghobi maupun peternak entok. “Ya, karena kontes entok waktu itu kan tergolong masih baru, jadi wajar jika belum ada pakem penilaian yang bisa digunakan dan disepakati bersama,” jelas Budi Wahono, Ketua ASPEN.
Tepat pada tanggal 3 April 2021, dibentuklah Asosiasi Peternak Entok Nusantara atau yang biasa disingkat ASPEN. ASPEN sengaja dibentuk untuk mewadahi seluruh peternak dan penghobi entok agar lebih tangguh dan sejahtera. “Saat ini ASPEN beranggotakan seluruh peternak dan penghobi entok di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, dan Kalimantan,” kata Budi Wahono.
“Tangguh dalam arti dapat menjawab berbagai tantangan dalam proses pemeliharaan, seperti penyakit, kesulitan pakan, dan pemasaran serta hal-hal lainnya,” jelas Budi Wahono “Ketika anggota ASPEN bisa berhasil dalam proses pemeliharaan, maka diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraannya.”
Baca juga : Mentok Rimba, Burung Air yang Mirip Mentok Peliharaan Itu Kini Semakin Sulit Ditemukan
ASPEN menyadari jika latar belakang penghobi entok ini adalah kalangan menengah ke bawah, sehingga tidak bisa disamakan dengan hobi-hobi lainnya. Banyak persoalan yang coba diurai oleh ASPEN, salah satunya dengan terus mengadakan kontes entok di berbagai daerah.
Dengan adanya kontes ini, diharapkan masyarakat bisa lebih kenal, familiar, dan tertarik dengan entok hias. Yang pada akhirnya juga akan meningkatkan permintaan dan diikuti oleh kenaikan harga entok hias. Mulai tahun 2022 telah terlaksana kontes entok tingkat nasional di bawah naungan ASPEN.
Diantaranya di Tulungagung pada Oktober 2022, Jombang pada Maret 2023, Blitar Mei 2023, Yogyakarta pada Agustus 2023 dan Ngawi pada Desember 2023. Untuk tahun 2024 ini, Kontes Entok Nasional telah dimulai di Kab. Blora pada 12 Mei 2024 yang diadakan oleh Komunitas Menthok Pegunungan Kendeng (KAMPAK).
Rencana berikutnya pada 4 Agustus 2024, Kontes Entok Nasional Sindoro-Sumbing Temanggung akan diadakan oleh Mentok Temanggung (META). Tujuan dilaksanakan kontes ini untuk mengangkat harga maupun popularitas dari entok agar tidak hanya dipandang sebagai hewan konsumsi.
“Kita perkenalkan dan edukasi bahwa dunia budidaya entok sudah kian berkembang menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis entok tersebut memiliki keindahan dan nilai seni yang memiliki nilai jual dan juga bisa dijadikan hewan hias peliharaan,” ungkap Budi Wahono.
Di kontes entok, ada dua kategori yang dilombakan, yakni entok jumbo dan entok hias. Untuk entok jumbo dilombakan beberapa kelas. Seperti Basong all The Best, Betina all The Best, Jemoko all The Best, Dere all The Best, Basong Extreme (semua jenis Basong), dan Jemoko Extreme (semua jenis Jemoko).
Baca juga : KAMPAK Baru Berdiri Langsung Gelar Kontes Entok Nasional 2024, Upaya Tingkatkan Nilai Ekonomi Peternak Entok
Yang menjadi dasar kriteria penilaian kategori jumbo ini adalah berat badan, panjang badan (panjang dari paruh hingga ujung kuku), dan lingkar badan. Turut dinilai adalah kesehatan entok yang dikonteskan, kebersihan dan kerapihan serta keserasian postur entok.
Sedang untuk entok hias melombakan beberapa kelas seperti Bondol Motif (semua Bondol), Warna Dasar (semua Warna), Jali (semua Jali), Bondol Warna Dasar (semua Bondol Warna), Exotic (semua jenis yang belum ada kelasnya) dan lainnya. Dasar penilaiannya dimulai dari motif bulu entok, bondol, ketajaman warna, kebersihan dan kerapihan, serta keserasian.
Di akhir pembicaraan Ketua ASPEN, mengajak seluruh anggotanya untuk tidak menyerah dan terus memperkenalkan entok sebagai unggas untuk pemenuhan kebutuhan gizi serta penggerak ekonomi pedesaan karena permintaannya besar dan harga jualnya relatif stabil. Sekaligus mengenalkan entok sebagai satwa klangenan lantaran bentuknya yang cantik dan harga jualnya yang bagus. (Ramlee)