Ayam tukung adalah salah satu dari jenis ayam di Indonesia yang lumayan sangat jarang ditemui. Ayam tukung memiliki ciri khas unik, yakni salah satu anggota tubuhnya tidak tumbuh sempurna. Ayam ini tidak mempunyai pangkal ekor (brutu) sehingga tidak mempunyai bulu ekor.
Dengan adanya keunikan tersebut, ayam tukung layak dimasukkan dalam jajaran ayam hias karena kelangkaannya. Di masyarakat Jawa tempo dulu, ayam tanpa ekor ini pernah menjadi idola. Hanya kalangan tertentu yang mempunyai ayam jenis ini.
Ayam tukung ini merupakan menjadi endemik Kalimantan Barat. Penyebaran ayam tukung di Kalimantan Barat meliputi wilayah Kabupaten Sambas, seperti daerah Selakau, Pemangkat, Tebas, dan Sambas. Wilayah Kabupaten Bengkayang, wilayah Kota Singkawang, dan wilayah Kabupaten Pontianak.
Yang masih eksis saat ini terdapat di Kabupaten Landak, khususnya di Kecamatan Mempawah Hulu. Beberapa para ahli menyebutkan keberadaan ayam tukung berada di daerah hulu, seperti Kabupaten Sanggau, Sintang, hingga Kapuas Hulu.
Baca juga : Ayam Hutan, Leluhur Ayam Kampung
Menurut kepercayaan pemangku adat (Temenggung) Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, meyakini bahwa ayam tukung berasal dari ayam tabulangking. Ayam Tabulangking adalah sejenis ayam hutan yang hidup liar di hutan-hutan Kalimantan Barat.
Ayam Tukung mirip seperti burung puyuh besar akan tetapi berpenampilan seperti ayam kampung, dengan kepala yang relatif lebih kecil dan jengger berbentuk bunga (pea). Berat badan ayam tukung saat dewasa pada ayam jantan sebesar 1,7–2,5 kg sedangkan pada ayam betina sebesar 1,2–1,7 kg.
Warna bulu badan kombinasi warna merah, kuning hitam, hitam, hitam cokelat dan putih, serta kombinasi dari warna tersebut. Bulu pada leher kecil-kecil panjang dengan warna kuning kemerah-merahan atau cokelat kekuning-kuningan.
Ayam tukung jantan berjengger merah, bentuk kepalanya agak bulat, mata berwarna kuning. dan paruhnya pendek berwarna putih kekuning-kuningan. Pial dan cuping telinga berukuran sedang dan warnanya merah.
Kakinya bersisik halus teratur rapi, berwarna kuning gading. Jari-jari kakinya kecil, halus, warnanya kuning juga. Telapak kaki lebar, halus berwarna putih kekuning-kuningan. Kukunya besar, melengkung kokoh berwarna putih tulang.
Pantat ditutup oleh bulu hias pinggang yang cukup panjang, kecil-kecil dan lebat. Suara kokoknya keras tetapi pendek. Tajinya berpangkal besar, ujungnya runcing, umumnya berwarna kuning pucat.
Baca juga : Ayam Kukuak Balenggek, Ayam Penyanyi Endemik Ranah Minang
Ayam tukung betina jenggernya sumpel berukuran kecil, bergerigi kecil-kecil, dan berwarna merah pucat. Pial dan cuping telinganya berukuran kecil, warnanya merah. Kepalanya berukuran sedang dengan bentuk membulat.
Paruhnya pendek, berwarna putih kekuning-kuningan. Matanya berwarna kuning. Bulu badan kebanyakan beragam, seperti hitam, putih kecokelat-cokelatan, abu-abu muda, atau kuning kecokelat-cokelatan.
Kakinya kecil dengan sisik-sisik kecil, halus dan teratur rapi, warnanya kuning gading. Jari-jari kakinya berwarna kuning pucat. Telapak kakinya halus berwarna putih kekuning-kuningan. Kukunya kecil-kecil, melengkung kokoh berwarna putih.
Ayam tukung betina memiliki jumlah telur antara 6 sampai 12 butir, dengan rata-rata jumlah produksi telur 10 butir per periode bertelur. Jumlah rata-rata produksi telur ayam ini sedikit lebih rendah dari ayam kampung yang rata-rata berjumlah 12 butir per ekor.
Warna kerabang telurnya berwarna putih kecokelatan, hampir sama dengan warna kerabang telur ayam lokal lainnya. Berat telur ayam ini 47 gram, sedangkan untuk ayam kampung 37,2 -43,6 gram. Setelah selama 21 hari dierami oleh induknya.
Saat menetas ayam ini mempunyai bulu kapas berwarna kuning pucat belang-belang cokelat. Daya tetas telur ayam ini sekitar 84,28% sedangkan pada ayam kampung sekitar 73,62%. Jumlah periode bertelur pada ayam ini 4 kali, sedangkan pada ayam kampung 6 kali.
Baca juga : Ayam Ketawa, Ayam Kampung Asli Sulawesi Berkokok Layaknya Orang Tertawa
Rendahnya rata-rata produksi telur ayam tukung dapat disebabkan tidak adanya bulu ekor yang secara alami dapat membantu melindungi dan menghangatkan telur pada masa mengerami. Tanpa adanya bulu ekor, ayam ini kemungkinan beradaptasi dengan mengurangi jumlah produksi telur sesuai dengan jumlah telur yang mampu dierami.
Pakan ayam tukung sama dengan ayam kampung. Jenis pakan yang diberikan untuk ayam ini antara lain ubi kering, beras, dedak, cacing, nasi, belalang dan serangga lainnya, serta rumput. Ayam ini cenderung lebih suka mengkonsumsi rumput daripada ayam kampung.
Ayam Tukung sebagai ayam lokal dari Kalimantan Barat keberadaannya kini sudah mulai langka. Potensi genetis ayam tukung perlu dikembangkan secara sistematis selain untuk melestarikan keberadaan ayam tukung juga untuk memunculkan sifat unggulnya. Yang ada sekarang ayam tukung sudah dikawinkan dengan jenis ayam lainnya. (Ramlee)
[…] Baca juga : Ayam Tukung, Ayam Kampung Unik Tanpa Ekor Endemik Kalimantan Barat […]