Pada musim penghujan banyak penghobi burung yang mengeluhkan hewan peliharaannya sakit dan bingung bagaimana pengobatannya. Burung memang termasuk binatang yang rentan terhadap penyakir karena masalah perawatan yang tidak bagus dan kondisi lingkungan yang tidak bersahabat.
Perubahan cuaca panas dingin pada siang dan malam hari, kondisi sangkar yang kurang sehat, pemberian menu makanan yang kurang baik, semuanya dapat menyebabkan munculnya gangguan kesehatan pada burung. Burung yang sudah terserang penyakit umumnya sangat sulit untuk disembuhkan.
Kalaupun dapat disembuhkan, burung tersebut tetap harus mendapatkan perhatian khusus dalam waktu yang relatif lama. Jika mengetahui ada burung yang terserang suatu penyakit sebaiknya segera dipisahkan dari burung yang lain yang sehat agar tidak menular.
Salah satu penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit berak kapur. Penyakit ini banyak menyerang beberapa jenis unggas. Penyakit ini dikenal juga dengan nama penyakit Salmonellosis atau Pullorum. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella pullorum yang menyerang saluran pencernakan.
Baca juga : Mencegah Kenari Sakit Akibat Perubahan Suhu/Cuaca
Berak kapur sering dianggap “penyakit sepele” namun dalam heberapa hari jika tak tertangani akan mengakibatkan burung sekarat. Penyakit berak kapur bersifat menular. Tanda-tanda atau gejala serangan yang dapat dilihat adalah kotoran burung berbentuk cair dan berwarna putih seperti kapur.
Serangan penyakit ini akan mengakibatkan nafsu makan menurun. Pada stadium tertentu burung mengalami kesulitan membuang kotoran. Jika diperhatikan, banyak kotoran berwarna putih melekat pada bulu di sekitar anus. Tanda lain pada burung yang terserang berak kapur adalah muka pucat dan bulu tidak teratur.
Sayap menggantung dan burung terlihat tidak bergairah. Biasanya penyakit ini muncul ketika terjadi pergantian musim, baik itu dari hujan ke panas atau sebaliknya. Apalagi saat ini, musim hujan dan panas tidak menentu. Terkadang siang panas menyengat, malan hari turun hujan.
Meskipun berak kapur pada burung mungkin dikarenakan oleh beberapa sebab. Tetapi penyakit salmonellosis mempunyai gejala khas, yaitu tinja atau kotoran burung berwarna putih dan sisanya banyak menempel di sekitar kloaka burung. Untuk burung-burung yang dipelihara secara koloni, gejala penyakit ini yang dapat diamati dengan jelas.
Yakni ketika burung suka bergerombol di tempat yang hangat, tidak mau makan, dehidrasi (kehilangan cairan tubuh), kelihatan mengantuk, dan beraknya berwarna putih seperti kapur. Sementara untuk burung yang berada dalam sangkar sendirian, juga menunjukkan tanda-tanda serupa. Yakni buruug berusaha mencari tempat di pojok tidak mau makan, dehidrasi (kehilangan cairan tubuh), kelihatan mengantuk dan beraknya berwarna putih seperti kapur.
Salmonellosis yang disebabkan oleh bakteri dapat menyerang burung atau satwa lainnya dengan angka kematian cukup tinggi dan merupakan penyakit zoonosis (menular kepada manusia). Burung yang telah dewasa lebih dapat bertahan, tetapi dapat menjadi pembawa (life carrier) salmonellosis tersebut.
Baca juga : Mengatasi Burung Kacer Ketika Mbagong Saat di Arena Lomba
Pada burung di penangkaran dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Selama ini dikenal ada dua spesies salmonellosis yang utama, yaitu Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum. Kedua spesies ini mirip sekali, bahkan beberapa ahli menganggapnya sama. Salmonellosis adalah penyakit menular baik secara langsung maupun tidak langsung.
Induk burung penderita atau pembawa salmonellosis menghasilkan telur yang mengandung kuman salmonella. Apabila telur tersebut menetas anaknya pun akan membawa salmonella. Itulah sebabnya penangkaran burung perlu selalu melakukan tes salmonella.
Apabila hasil tes positif, penangkat dilarang menyebarkan atau menjual anak burung hasil produksinya. Dalam kasus ayam, telur yang dicurigai berasal dari induk carrier salmonellosis tidak diperbolehkan untuk dimakan setengah matang, apalagi mentah, melainkan harus dimasak dahulu sampai benar-benar matang (hard boiled eggs)
Proses persebaran atau penularan berak berwarna putih dapat melalui berbagai media terutama dari udara dan kontak secara langsung dengan hewan yang terinfeksi. Penggunaan wadah pakan dan minum secara bergantian juga dapat meningkatkan resiko penularan.
Penyakit berak kapur bisa dibilang kelainan khusus yang hanya menyerang organ pencernaan pada unggas. Biasanya jenis burung berikut sangat mudah terinfeksi antara lain kacer, cendet, kenari, trucukan dan murai batu. Sebelum mengetahui cara mengobati kotoran berwarna putih ada baiknya mengetahui ciri-cirinya terlebih dahulu.
Jika menemukan gejala ini, sebaiknya untuk hentikan penjemuran terlebih dahulu, kemudian burung segera diberikan multivitamin atau nutrisi tambahan. Jika gejala semakin parah, segera hubungi dokter hewan untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Baca juga : Mandi Pasir, Kebiasaan Burung untuk Membersihkan Bulu dan Menghilangkan Kutu
Untuk pencegahannya, dengan menjaga kebersihan sangkar, makanan, dan minuman. Setiap hari sangkar dibersihkan dari segala kotoran, termasuk kotoran burung itu sendiri. Gunakan desinfektan atau antiseptik untuk mencuci sangkar. Setiap dua hari sekali, tempat makan dan minum dibersihkan.
Sisa-sisa makanan dibersihkan, dibuang agar tidak berjamur dan setiap hari air diganti dengan air baru yang sudah direbus atau matang, bersih, dan sehat. Jika burung sudah terinfeksi berak kapur, maka burung tersebut harus segera dipisahkan dari burung lainnya agar tidak menular.
Burung yang sudah terinfeksi diberi obat antibiotik secara intensif sesuai dengan petunjuk yang ada. Penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan, sebab jika tidak tahu secàra passi justru berakibat fatal. Antibiotik apa yang tepat? Ada beberapa jenis antibiotik di pasaran yang disebutkan bisa mengobati berak kapur.
Hanya saja kadang kandungannya adalah antibiotik spektrum luas. Antibiotik seperti ini sering disubutkan sebagai “mengobati segala macam penyakit”. Padahal kalau jelas itu adalah berak kapur, bisa diberikan antibiotik khusus untuk saluran pencernaan. Pada saat yang sama, harus pula diberikan asupan vitamin dan mineral yang cukup karena diperlukan untuk peningakatan daya tahan tubuh burung.
Usahakan pula kandang karantina burung diletakkan di tempat yang hangat dan pastikan tidak terkena terpaan angin. Jika memungkinkan, pada sangkar karantina diberi lampu penghangat. Agar burung terhindar dari silau cahaya lampu, bisa menutup lampu penghangat dengan kardus atau bahan lain tetapi usahakan bukan barang yang mudah terbakar. (Ramlee)