Biawak pohon tutul biru (Varanus macraei) ini merupakan reptil endemik Papua. Biawak endemik ini hanya ditemukan di Pulau Batanta, Raja Ampat, Papua. Nama spesiesnya, macraei, diambil dari nama seorang pencetus taman reptil Rimba yang berlokasi di Pulau Bali, Duncan MacRae.
Biawak ini telah banyak ditangkap dan diimpor ke berbagai negara untuk dijadikan hewan peliharaan. Biawak jenis ini dikenal karena warnanya yang tidak biasa, yang terdiri dari warna hijau hingga biru torqoise, dengan pita punggung melintang gelap di atasnya.
Pewarnaan ini membantu menyamarkannya di habitat arborealnya di daun-daun pepohonan. Biawak pohon yang satu ini disebut soa-soa oleh penduduk lokal di Papua. Uniknya meski bernama biawak pohon, biawak pohon tutul biru ini berhabitat di dekat perairan atau kawasan laut.
Dapat pula ditemukan di Papua Nugini hingga beberapa pulau yang berdekatan, dan Kepulauan Selat Torres bagian utara. Biawak ini dilaporkan dapat berkembang biak dengan baik di dataran rendah, hutan tropis, rawa-rawa palem, dan perkebunan kakao.
Baca juga : Biawak, Kadal Besar yang Kemampuannya Mirip Ular
Termasuk hewan diurnal, biawak pohon tutul biru banyak menghabiskan waktu di pohon ketika siang hari. Penduduk lokal mengungkapkan bahwa biawak yang satu ini cukup sulit terlihat di sore hari. Hewan ini juga jarang ditemukan di daerah dataran rendah yang ketinggiannya dibawah 50 meter di atas permukaan laut.
Biawak pohon tutul biru, sesuai dengan namanya, berwarna tutul-tutul biru yang terdapat pada bagian punggungnya. Warna dasar punggunggnya adalah hitam dan dihiasi dengan tutul warna biru yang membentuk semacam pola gerigi di sekitar tengkuk.
Lubang hidungnya sangat dekat dengan ujung moncong. Terdapat tiga sampai empat tonjolan sisik (sisik supraokular) di bagian atas matanya. Warna kepala bagian atas hitam kebiru-biruan. Terdapat belang putih-biru muda pada ujung moncong bagian atas.
Perutnya berwarna putih keabu-abuan dengan sedikit corak biru dengan intensitas rendah. Panjang ekor biawak pohon tutul biru mencapai hampir dua kali panjang dari tubuh dan kepalanya, dan dihiasi oleh 22 hingga 23 buah belang biru.
Biawak pohon tutul biru yang masih muda mempunyai tutul biru tanpa corak hitam di punggung tengahnya. Ekor dari biawak pohon tutul biru muda dihiasi dengan belang belang biru pucat dan kakinya dihiasi dengan banyak bintik-bintik pucat.
Tubuh biawak pohon tutul biru relatif panjang. Biawak dewasa terbesar yang pernah ditemukan mempunyai panjang total sebesar 110 cm. Panjang kepala hingga badan spesimen tersebut adalah 36 cm, sementara panjang ekornya adalah 75 cm.
Baca juga : Tuatara, Reptil Endemik Selandia Baru yang Selamat dari Kepunahan Sejak 60 Juta Tahun Lalu
Dengan kuku yang panjang dan tajam serta sisik kaki yang besar juga tajam membuat pepohonan menjadi hal yang mudah untuk dijadikan rumah bagi biawak hijau papua. Ekor dari satwa yang juga dikenal dengan nama green tree monitor ini sangat membantunya hidup di pepohonan karena mampu menjaga keseimbangan tubuhnya.
Saat terancam, jenis biawak dilindungi ini juga akan menggunakan ekornya sebagai pertahanan diri. Biawak hijau merupakan hewan arboreal atau hewan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan atau belukar.
Pada masa reproduksi, biawak hijau betina mampu menghasilkan 2-5 butir telur. Panjang telurnya mencapai 43 mm dengan diameter sebesar 21 mm. Dengan berat rata-rata 10,5-11,5 gram per butirnya. Biawak betina akan meletakkan telurnya di sarang rayap pohon.
Waktu pengeraman telur selama 160 sampai 190 hari. dan diperlukan temperatur sekitar 28 hingga 30 °C. Biawak mudayang baru saja menetas akan memakan rayap pohon yang ada di sarangnya sebagai sumber protein utamanya.
Biawak hijau Papua salah satu dari 13 jenis biawak dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Jenis biawak ini masuk dalam Appendix II CITES. Menurut daftar merah IUCN, Varanus prasinus berstatus resiko rendah atau Least Concern. Atau beresiko rendah mengalami kepunahan dengan tren populasi yang stabil.
Namun berdasarkan data Satwa Sitaan Balai Besar KSDA Papua Barat, dari bulan Januari – Juni 2022 saja terdata sebanyak 222 ekor Varanus prasinus yang diburu secara ilegal. Jika hal terus dibiarkan, bukan tidak mungkin V. prasinus akan punah. (Ramlee)
[…] Baca juga : Biawak Pohon Tutul Biru, Reptil Endemik dari Raja Ampat Papua […]
[…] Baca juga : Biawak Pohon Tutul Biru, Reptil Endemik dari Raja Ampat Papua […]