Kambing Senduro merupakan jenis kambing peranakan kambing Etawa yang berasal dari sebuah desa di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang terletak di kaki Gunung Semeru. Kambing Senduro dikenal sebagai tipe kambing dwiguna, yang artinya memiliki potensi produksi baik susu maupun daging.


Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing lokal (Menggolo) dengan kambing Jamnapari ras Etawa. Kambing Senduro memiliki ciri fisik tubuh besar, warna dominan putih, dan telinga panjang menggantung, serta merupakan kambing perah yang baik.

Sementara kambing Menggolo memiliki ukuran lebih besar daripada kambing kacang. Hasil persilangan antara kambing Jamnapari dengan Menggolo ini disebut dengan Kambing PE Ras Senduro (Etsen). Kambing PE Senduro merupakan salah satu jenis kambing PE di Indonesia selain kambing PE ras Kaligesing.
Baca juga : Kambing Etawa Mempunyai Prospek yang Sangat Menjanjikan
Kambing PE jenis ini populer pada pasar ternak kambing di Jawa dan Malaysia sebelum trend kambing kontes ras Kaligesing. Keunggulan jenis kambing PE ini membuat Kambing Senduro terkenal di luar negeri yakni di Malaysia dan disana kambing ini dinamakan Jamnapari King.

Presiden Soekarno pada tahun 1947 membawa kambing jenis Jamnapari atau ras etawa dari India ke Lumajang, Jawa Timur. Di Lumajang, tepatnya di kawasan Senduro dan Gucialit terdapat ras kambing lokal bernama Menggolo. Kambing Menggolo ini secara fisik lebih besar dan kokoh dibandingkan kambing lokal, yaitu kambing kacang.
Presiden Soekarno sengaja membawa kambing Etawa dari India, untuk dikawin silang dengan kambing Menggolo di Lumajang. Hasilnya, muncul ras baru yang dikenal dengan kambing Etawa Senduro. Ada beberapa ciri khusus yang dimiliki kambing Senduro, beberapa diantaranya memiliki warna putih, muka cembung dan telinga panjang menggantung ke bawah.

Kambing Senduro pun masih terbagi lagi menjadi dua jenis yang berbeda. Jenis yang pertama adalah Senduro tanduk kemudian yang kedua itu Senduro dugul. Dugul itu artinya tidak ada tanduknya. Karena, pada awalnya kambing Senduro itu memang yang jenis dugul. Hanya saja, karena sudah di kawin silangkan dengan jenis lain sehingga muncullah senduro dengan jenis yang bertanduk.
Ciri-ciri kambing senduro ini biasanya dapat dilihat dari bentuk fisiknya secara langsung. Mempunyai warna yang utama yaitu warna putih. Mempunyai kuping yang panjang, lemas, terpilin sampai 50 sentimeter. Kambing Senduro dapat tumbuh hingga memiliki bobot hingga 170 kg, postur badan lebih besar dan didominasi bulu berwarna putih.

Kambing Senduro dapat mencapai tinggi hingga 1 meter (100 cm) maksimal pada umur 1,5 tahun. Dengan kata lain sebelum umur satu setengah tahun, kambing Senduro telah mencapai tinggi 1 meter. Untuk cempe jantan kambing Senduro dapat mencapai tinggi 65cm-70cm pada umur 4 bulan atau lepas sapih.
Baca juga : Domba Garut, Sumber Daya Genetik Ternak Unggul Asli Indonesia yang Telah Diakui Dunia
Bentuk muka kambing Senduro terliha cembung (roman nosed). Untuk kambing Senduro pejantan terdapat gelambir tebal yang menggantung di leher, untuk betina tidak ada. Kambing Senduro hidup dengan optimal di daerah yang subur, sejuk, dan dingin.

Kambing Senduro merupakan jenis kambing yang bertipe dwiguna (dual purposes). Selain sebagai penghasil daging, kambing Senduro juga merupakan kambing yang baik untuk ternak penghasil susu. Nilai lebih rasa susu kambing Senduro bagi beberapa kalangan yaitu cita rasanya yang khas.
Susu kambing Senduro memiliki rasa yang lebih gurih jika dibandingkan dengan susu kambing jenis lain semisal kambing Peranakan Etawa (Kaligesing). Produksi susu Kambing Senduro mampu mencapai 0.8 s/d 1.8 liter/ekor/hari.

Susu kambing memiliki keunggulan dibanding susu sapi, yakni susu kambing lebih mudah dicerna oleh tubuh karena memiliki rantai karbon (C) yang lebih pendek. Hal ini juga yang menjadikan susu kambing tidak alergi dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Susu kambing juga bisa dijadikan sebagai bahan kosmetik. Saat ini, sudah relatif berkembang produk sabun susu kambing, kosmetik, dan lain lainnya.
Kebanyakan kambing Senduro memiliki kelahiran kembar (prolifik) pada saat melahirkan. Tidak jarang kambing Senduro melahirkan secara kembar tiga atau bahkan empat, walaupun kelahiran yang ideal adalah kembar dua. Kenyataan ini memungkinkan populasi ternak kambing Senduro akan tumbuh cepat dalam memenuhi kebutuhan pangan manusia, baik susu maupun dagingnya.

Kambing Senduro juga memiliki fertilitas (tingkat kesuburan reproduksi ternak) yang cukup tinggi. Hal ini tercermin pada umur rata rata kambing Senduro saat beranak pertama. Rata rata kambing Senduro sudah mampu beranak pertama ketika mencapai umur 394 ± 58 hari.
Baca juga : Kambing Gembrong, Plasma Nutfah Asli Indonesia yang Terancam Punah
Dengan jarak beranak (Calving Interval ) 220 ± 17 hari. Ini memberi arti bahwa dalam jangka waktu dua tahun, kambing Senduro akan mampu melahirkan hingga tiga kali dengan kelahiran rata rata kembar. Dengan demikina kambing Senduro sangat potensial untuk dikembangkan dan dilestarikan sebagai sumber daya genetik ternak lokal Indonesia.

Pemerintah memiliki peran penting dalam pengembangan dan pelestarian kambing Senduro, yang merupakan jenis kambing khas Lumajang. Peran pemerintah meliputi upaya menjaga populasi, meningkatkan kualitas bibit, serta memberikan pelatihan, dan pendampingan kepada peternak.
Pemerintah juga telah menetapkan kambing Senduro sebagai ternak lokal unggul berdasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 1055/Kpts/SR.120/10/2014. Dalam keputusan ini ditetapkan bahwa kambing Senduro merupakan kekayaan sumberdaya genetik ternak lokal Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan. (Ramlee)