Kelabau (Osteochilus melanopleuora) merupakan spesies ikan air tawar dari kelompok Cyprinidae (satu keluarga dengan ikan mas) endemik Kalimantan. Cyprinidae adalah familia besar ikan air tawar yang terdiri atas golongan ikan ikan mas atau ikan karper, ikan mas hias, minnow, dan kerabatnya.
Secara umum disebut keluarga ikan mas, anggotanya kadang disebut juga siprinid. Ikan hara atau kelabau termasuk hewan herbivora yang memakan daun-daunan makrofita akuatik, tumbuhan darat yang terendam banjir, alga, dan fitoplankton. Bentuk dan sifatnya juga mirip ikan mas dengan pertumbuhan optimal di air deras.
Kelabau memerlukan habitat dengan pH normal 6,5 – 8, salinitas 11 ppm, dan oksigen terlarut 5 – 8 ppm. Ikan ini mampu hidup pada suhu air 15 – 29 oC dengan kisaran optimal 23 – 28,5 oC. Ikan kelabau mudah dikenali dari bagian mulutnya, batas bibir, dan sirip punggung yang panjang. Tubuh ikan kelabau berwarna hijau keabu-abuan dengan bercak keperakan dan bercak kehitaman yang melintang besar pada anterior tubuh ikan.
Bentuk tubuh ikan ini agak bulat pipih dan memanjang serta termasuk ke dalam bagian ikan perenang cepat. Bentuk kepala bagian atasnya agak mendatar dengan mulut berukuran kecil, garis linear literalis tidak terputus dan bagian punggung berwarna kehijauan dengan bagian perut berwarna putih.
Baca juga : Ikan Mas, Ikan Konsumsi Air Tawar yang Mudah Dibudidayakan di Indonesia
Ikan ini memiliki sirip dorsal agak panjang, gurat sisi melengkung kebawah dan berakhir pada ekor bagian bawah. Selain itu Ikan Kelabau mempunyai dua pasang sungut, panjang tubuh maksimal 30 – 50 cm. Kelabau jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan melebar. Selain itu, warna tubuh ikan juga lebih terang. Sementara itu, kelabau jantan memiliki bentuk tubuh lebih cenderung ramping dan memanjang serta memiliki warna tubuh lebih gelap.
Ikan kelabau betina akan mengalami pematangan gonad pertama kali saat tubuhnya sudah berukuran 28 – 30 cm dengan berat sekitar 0,6 – 2,5 kg/ekor. Ikan jantan sudah mengalami pematangan gonad ketika panjang total tubuhnya lebih dari 26 cm dengan berat sekitar 0,5 – 1 kg/ekor. Ikan jantan tersebut sangat mudah mengeluarkan sperma saat bagian perutnya ditekan dengan lembut.
Siklus matang gonad akan terjadi pada Desember hingga April, sedangkan puncak reproduksinya terjadi di Februari. Siklus pematangan gonad tersebut terjadi pada musim hujan. Induk betina yang sudah siap dipijah biasanya akan memiliki bentuk perut yang buncit, lembek, dan lubang kelaminnya berwarna kemerah-merahan.
Sementara itu, induk jantan ditandai dengan bentuk perut langsing dan jika perutnya diurut ke arah kelaminnya akan keluar cairan berwarna putih, cairan tersebut merupakan sperma ikan. Proses pemijahan bisa berlangsung secara alami ataupun buatan. Proses pemijahan buatan dilakukan dengan menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,5 – 0,6 ml/kg.
Ikan ini, diketahui menyebar di Asia Tenggara hingga Sumatera dan Kalimantan. Ikan kelabu termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting karena harganya relatif cukup mahal di pasaran dan mulai jarang ditemukan.
Nilai ekonominya cukup tinggi, mencapai Rp 35.000 – Rp 40.000 per kg, jauh mengungguli ikan mas yang hanya Rp 22.000 – Rp 24.000 per kg. Ikan ini dijual dalam keadaan segar, atau diasinkan. Sayangnya, populasi ikan endemik Kalimantan dan Sumatera itu semakin menurun akibat pencemaran dan penangkapan tidak terkendali.
Baca juga : Jelawat, Ikan Konsumsi Air Tawar Asli Indonesia yang Digemari Masyarakat
Ikan kelabau dapat mencapai bobot 1 – 4 kg per ekor. Ikan kelabau ini biasa ditemukan di setengah kedalaman hingga dasar sungai-sungai kecil dan besar. Juga didapati di wilayah yang mengalami banjir. Habitat ikan kelabau adalah perairan sungai, anak sungai maupun danau bekas aliran sungai di antara rimbunnya tanaman air yang tumbuh di perairan tersebut.
Seperti jenis ikan dari kelompok Cyprinidae lainnya, reproduksi ikan kelabau, baik di alam maupun di penangkaran, memerlukan tempat khusus yang terlindung. Sayang, penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas manusia membuat lingkungan terlindung yang mendukung reproduksi kelabau langka dijumpai.
Efeknya populasi ikan kerabat ikan mas itu merosot. Dampaknya ikan kelabau pun langka. Itu sebabnya peneliti berusaha mempelajari teknik budidaya kelabau. Salah satunya dengan domestikasi ikan yang berasal dari alam sekaligus penguasaan teknologi pembenihannya.
Teknologi pembenihan itu vital bagi pembudidaya agar budidaya dapat simultan dan menjadi usaha yang menguntungkan. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin, Kecamatan Karangintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mempersiapkan indukan sejak 2011 dari tangkapan alam berbobot 250 – 300 gram.
Selama pemeliharaan dan pembibitan, para periset memperkenalkan ikan dengan pakan pelet, sehingga mulai beradaptasi dengan pakan buatan. Satu tahun kemudian, ketika ikan berbobot 1 kg, periset berupaya memijahkannya. Satu induk jantan membuahi 2 – 3 induk betina.
Ikan ini tahan penyakit virus herpes koi (KHV) dan aeromonas, penyebabnya diduga karena ikan liar atau hasil tangkapan liar yang melalui domestikasi sehingga masih memiliki kekebalan tubuh yang tinggi. Masyarakat mengonsumsi ikan kelabau ketika bobotnya mencapai 1 kg. Saat itu tekstur daging tebal dan lembut dengan rasa mirip ikan bawal dan sedikit sensasi gurih.
Baca juga : Wader, Ikan Bertubuh Mungil yang Gurih dan Bergizi Tinggi
Sayangnya ikan kelabau membutuhkan waktu budidaya yang cukup panjang. Untuk mencapai bobot itu perlu waktu 8 – 12 bulan, jauh lebih lama dibandingkan dengan ikan konsumsi lain. Ikan mas, misalnya, hanya membutuhkan 3 – 4 bulan hingga siap panen. Hal itu mungkin karena sifat asli ikan lokal yang tingkat pertumbuhannya lambat. Domestikasinya juga baru mulai, ikan belum terbiasa mengonsumsi pakan buatan atau pelet.
Kendala lain adalah ketersediaan air dengan kualitas bagus di Kalimantan hanya 3 – 5 bulan, sedangkan waktu budidaya kelabau mencapai satu tahun. Pertimbangan itulah yang membuat pembudidaya ikan berpikir 2 kali untuk membudidayakan kelabau. Pembudidaya lokal yang mencoba membesarkan tersebar di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Minimnya pembudidaya membuat pasokan kelabau baru mencapai rumah makan dan pasar modern. (Ramlee)