Mandar gendang (Habroptila wallacii) atau orang Halmahera menyebutnya hetaka merupakan burung endemik Maluku Utara. Burung mandar gendang berukuran besar yang tidak bisa terbang. Tubuhnya berwarna keseluruhan gelap dengan paruh dan kaki kokoh berwarna merah.

Suara burung mandar gendang ini terdengar begitu menggelegar. Nyanyian mandar gendang berupa suara mirip tabuhan drum yang dalam yang ditabuh kencang. Bunyinya terdengar dung…dung…dung….Serta nada-nada nyaring “wak-wak-wak” diulang dalam seri yang terdengar gelisah.

Selain itu, juga menghasilkan nada-nada berdecak yang lebih senyap. Pantas saja jika kemudian burung ini dinamakan mandar gendang sekaligus disebut sebagai “drummer rail“. Sebelumnya, jenis burung yang menempati lantai hutan ini teridentifikasi hanya ada di Pulau Halmahera.

Mandar gendang yang berhasil diabadikan gambarnya oleh Akhmad David di Resort Ake Jawi Agustus 2019

Lewat riset peneliti Amerika, John Mittermeier dan Eden Cotte-Jones bersama tim pada 2012 di Pulau Obi, Halmahera Selatan, mereka melaporkan adanya temuan burung mandar gendang ini juga ada di sana. Akhirnya, mandar gendang yang awalnya disebut endemik Halmahera berubah menjadi endemik Maluku Utara.

Baca juga : Cerecet Jawa, Burung Ocehan Imut dari Pegunungan Jawa

Burung yang hadir di kawasan berawa di dalam hutan, khususnya rawa pohon sagu dan di daerah payau ini sempat jadi model perangko PT Pos Indonesia pada 2012. Burung yang diklaim pertama kali ditemukan dan diamati zoologis Inggris, George Robert Gray pada 1860 ini tidak bisa terbang. Pada 1950, G.A.L. de Haan, peneliti asal Belanda pernah mempublikasikan secara ilmiah perjumpaannya dengan burung mandar gendang.

Mandar gendang penghuni lantai hutan

Di Halmahera, burung ini ada di enam lokasi yang pernah tercatat kehadirannya. Yakni di Sondo-sondo, Pasir Putih (Halmahera Timur), Tewe (Halmahera Barat), Fanaha (Tidore Kepulauan), Weda (Halmahera Tengah) dan Gane (Halmahera Selatan). Burung berjuluk invisible rail atau tak terlihat ini karena sulit sekali melihat dan mengabadikannya.

Burung mandar gendang sangat pemalu. Bas van Ballen, pakar burung Indonesia asal Belanda, dalam penelitiannya menyebutkan, jenis mandar secara umum sangat sensitif terhadap kehadiran manusia. Mandar gendang lebih memilih bersembunyi di balik hutan ketimbang menunjukkan diri.

Mandar gendang di habitat alaminya

Burung mandar gendang menjelajahi lantai hutan sendirian atau berpasangan.Ukuran tubuh mandar gendar antara 33-40 cm. cm. Burung ini adalah jenis flighless atau burung yang tidak bisa terbang. Mandar gendang jantan dan betina memiliki ciri yang nyaris sama.

Baca juga : Mambruk, Burung Dara Endemik Papua Bermahkota Indah

Burung jantan dan betina mempunyai bulu yang serupa yakni abu-abu gelap dengan sayap dan ekor berwarna coklat gelap. Bagian kulit yang tidak berbulu berwarna merah. Sedangkan kulit pada kaki berwarna oranye kemerahan.

Mandar gendang

Makanan burung utama burung mandar gendang ini adalah serangga, pucuk tanaman dan sagu dari batang sagu yang terbuka. Mandar gendang memiliki habitat asli di daerah semak sekitar rawa, daerah gambut, dan lahan basah dengan ketinggian mencapai 700 mdpl.

Mandar gendang pada beberapa literatur sering disebut sebagai salah satu burung yang paling tidak diketahui ihwalnya di Indonesia. Karenanya informasi tentang mandar gendang juga relatif sangat sedikit. sangat sedikit pengamat atau peneliti burung yang dapat mendokumentasikan spesies burung mandar gendang ini. Sebagai burung endemik, penyebaran mandar gendang sangat terbatas.

Mandar gendang sangat sensitif sehingga sangat susah didokumentasikan

Populasi mandar gendang tidak diketahui secara pasti. Namun diperkirakan pada tahun 2000 ada sekitar 2.000-9.999 ekor burung mandar gendang dewasa dengan tren populasi yang terus mengalami penurunan. Saat ini populasi burung mandar gendang termasuk dalam kategori VU (Vulnarable)/rentan berdasarkan IUCN Red List sejak tahun 1994.

Baca juga : Nuri Talaud, Burung Endemik Pulau-pulau di Utara Sulawesi yang Diambang Kepunahan

Penurunan populasi burung mandar gendang dari tahun ke tahun tidak lepas dari pengaruh konversi lahan yang menyebabkan berkurangnya habitat bagi mandar gendang.Burung mandar gendang ini menuju kepunahan karena sering diburu dan tempat tinggalnya makin berkurang.

Populasi mandar gendang terus menurun dan masuk kategori rentan oleh IUCN Red List

Entah rusak atau beralihfungsi hingga habitatnya berkurang. Tempat berkembang biak maupun sumber makanannya pun terus menyusut. Tingkat ketergantungan mandar gendang dengan rawa dan lahan basah di hutan sangat tinggi. Mandar gendang juga memiliki sensitivitas sangat tinggi.

Segala jenis pembukaan hutan apapun bisa mengusir burung ini dari habitatnya. Namun disayangkan meski sudah masuk dalam daftar kategori rentan dalam IUCN Red List, burung mandar gendang belum dimasukkan ke dalam daftar jenis burung yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *