Ayam hutan hijau atau Green Junglefowl (Gallus varius) adalah satu dari dua spesies ayam hutan asli Indonesia selain ayam hutan merah (Gallus gallus). Bahkan ayam hutan hijau merupakan hewan endemik Indonesia yang tersebar hanya di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara saja.

Meski dikenal dengan sebutan ayam hutan hijau, sebenarnya, satwa ini adalah sejenis burung yang termasuk ke dalam kelompok unggas tanah (Phasianidae). Beberapa hewan kelompok unggas tanah, yaitu keluarga ayam, puyuh, dan sempidan.

Ayam hutan hijau adalah satwa asli Indonesia yang memiliki sebutan berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya, di tanah Sunda, ayam hutan hijau di sebut canghegar atau cangehgar. Kalau dalam bahasa Jawa, dikenal dengan ayam alas atau ajem allas. Sedangkan di Madura (Jawa Timur) ayam hutan hijau dikenal dengan tarattah.

Ayam hutan hijau amat menyukai daerah terbuka dan memiliki padang rumput, seperti di tepi hutan atau daerah dengan bukit- bukit rendah dekat pantai. Pagi dan sore hari, ayam hutan hijau biasanya mencari makanan berupa biji-bijian, pucuk rumput, maupun dedaunan.

Ayam hutan hijau di habitatnya

Ayam hutan ini juga gemar berburu hewan kecil, seperti laba-laba, cacing, kodok, dan kadal kecil untuk dimakan. Ada kebiasaan ayam hutan hijau lainnya yang cukup unik, yaitu membongkar dan mengais kotoran kerbau, sapi, banteng atau hewan herbivora lainnya untuk mencari makanan.

Ayam hutan hijau ini sangat pandai terbang. Ia dapat terbang dengan ketinggian sekitar 7 meter atau lebih. Tidak hanya ayam hutan hijau dewasa, seekor anak ayam hutan pun, mampu terbang demi menghindari bahaya yang ada di depannya.


Baca juga : Mengenal Ayam Pelung, Ayam Jago Berkokok Panjang Mengalun


Ayam hutan hijau berukuran tubuh sedang. Panjang tubuh total (diukur dari paruh sampah ujung ekor)sekitar 60cm pada ayam jantan, dan 42cm pada ayam betina. Ayam hutan hijau memiliki ciri spesifik jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di tengahnya.

Ayam hutan hijau betina

Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya berwarna merah dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan tepian kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam .

Bulu pada sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam. Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.

Ayam hutan hijau hidup berkelompok (2-7 ekor). Pada siang hari mereka mencari makan aneka biji-bijian, pucuk rumput, dan dedaunan. Juga mencari serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil.

Ayam ini tidur di dahan-dahan pohon dengan ketinggian 1-4 meter. Saat berbiak ayam hutan hijau membuat sarang di atas tanah berlapis rumput diantara semak atau rumput tinggi. Dalam sekali berbiak ayam ini menghasilkan 5-10 butir telur berwarna keputih-putihan.

Ayam hutan hijau jantan memiliki suara kokok yang khas. Suara kokoknya nyaring dan sengau Mula-mula bersuara cek-kreh. berturut-turut beberapa kali seperti suara bersin, diikuti dengan bunyi cek-ki kreh, 10 – 15 kali, dengan jeda waktu beberapa detik, semakin lama semakin panjang jedanya. Sedangkan ayam betina berkotek mirip ayam kampung dengan suara lebih kecil dan nyaring.

Ayam diketahui sebagai kelompok unggas yang tidak bisa terbang, atau memiliki jangkauan terbang yang terbatas. Yang khas dari ayam jenis ini adalah kemampuan terbangnya. Berbeda dengan ayam hutan merah, ayam hutan hijau mampu terbang vertikal setinggi 7 meter dan terbang horisontal (lurus) hingga radius beberapa ratus meter.

Seekor ayam hutan hijau betina sedang mengeram di habitatnya

Bahkan anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, ayam-hutan hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter dan diyakini pula mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan melintasi laut.

Baca juga : Mengenal Ayam Serama si Kecil Sombong Berharga Mahal

Pada masa anakan bulu hijau dan bulu warna lainnya belum tampak, kita hanya akan melihat bulu dasarnya yakni berwarna kecoklatan dengan bintik-bintik hitam pada tubuhnya.Untuk anakan jika dibandingkan dengan ayam bekisar, terlihat mirip dan sedikit perbedaannya. Ciri lainnya adalah di tengah kepala lalu mata yang menyambung hingga telinga terdapat warna hitam kecoklatan yang cukup panjang. Pada anakan jantan bulu ekornya akan tumbuh sepanjang 4 cm.

Populasi Ayam Hutan Hijau (Gallus gallus) belum diketahui dengan pasti namun diperkirakan masih banyak tersebar di beberapa daerah. Oleh sebab itu IUCN Redlist menganggap populasinya masih aman sehingga memasukkan Ayam Hutan Hijau dalam status konservasi Least Concern (Resiko Rendah) sejak 1988. Di Indonesia, Ayam yang disebut Green Javanese Junglefowl juga tidak termasuk salah satu satwa yang dilindungi.

Anakan ayam hutan hijau

Namun bukan berarti Ayam Hutan Hijau (Green Junglefowl) aman dari ancaman kepunahan. Beberapa pihak menilai populasi semakin langka. Hal ini terkait dengan makin menurunnya luas hutan di Jawa dan aktifitas perburuan liar yang dilakukan manusia.

Ayam hutan hijau jantan akhir-akhir ini banyak diburu orang untuk disilangkan dengan ayam kampung betina guna menghasilkan hibrida jantan yang disebut bekisar yang mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi, karena selain ornamen bulunya yang indah, memiliki pula suara yang merdu.

Untuk ayam yang didomestikasai atau dijinakkan untuk dibudidayakan sebaiknya tidak langsung memberikan pakan jadi karena bisa berakibat stress yang menggangu pertumbuhannya, Berikan pakan dengan pencampuran 60:40 terlebih dahulu dimana 60% adalah pakan alami seperti biji-bijian atau serangga dan 40% nya pakan jadi, berikutnya dikurangi hingga menjadi full pakan jadi.

Jika pada habibat alaminya ayam ini mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh alam seperti jenis biji-bijian, rerumputan, seranga-serangga berukuran kecil, buah atau biji-bijian kecil serta hewan-hewan berukuran kecil lainnya. Karena nutrisi yang masuk tidak diperhatikan perkembangan ayam hijau jadi tidak optimal, terutama untuk masa bertelur dan produksinya.

Bekisar jantannya fertil namun betinanya menelurkan telur yang kecil-kecil yang seringkali infertil. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi populasi ayam hutan hijau yang sudah menurun. Ayam hutan hijau yang masih liar telurnya sedikit, hanya sekitar 40 butir semusim. Sifatnya yang sulit dijinakkan dan mudah sekali tercekam dalam pemeliharaan di kandang (in captivity) sering berakibat kematian.

Baca juga : Potensi Menggiurkan Hobi Memelihara Ayam Laga

Konservasi merupakan salah satu cara utama dalam pengelolaan spesies yang terancam itu dengan jalan meningkatkan reproduksinya. Cekaman juga mengganggu aktivitas reproduksi, dan bukti-bukti telah dilaporkan bahwa cekaman dapat menghambat perilaku seksual, produktivitas serta immunitas.

Lomba ayam bekisar

Penelitian tentang endokrinologi reproduksi pada ayam hutan hijau baru mulai dirintis oleh peneliti. Mengingat bahwa salah satu aspek penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup ayam hutan hijau yang terancam dan tercekam ini adalah peningkatan aktivitas sistem reproduksinya yang tercermin pada profil hormon reproduksinya.

Penelitian itu dilaksanakan untuk mempelajari fisiologi dan khususnya profil hormon reproduksi, respons cekaman dan beberapa parameter hematologis yang berkaitan dengan produktivitas, maka nantinya dapat dijadikan dasar ilmiah dalam meningkatkan penangkaran ayam hutan hijau. (Ramlee)

By Ramlee

6 thoughts on “Mengenal Ayam Hutan Hijau, Ayam yang Bisa Terbang”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *