Dari berbagai macam ayam hias yang ada di Indonesia, salah satunya adalah ayam serama. Jenis ayam ini sangat banyak peminatnya karena bentuknya yang cantik. Beberapa tahun lalu ayam ini banyak dilombakan keindahan posturnya.
Kini, ayam serama kembali digemari, pemicunya adalah adanya pandemi Covid-19. Terbatasnya aktivitas membuat masyarakat membutuhkan sarana untuk mengisi waktu luangnya. Salah satunya dengan kembali melirik ayam bertubuh kecil ini.
Penampilannya yang unik dan ukurannya yang mungil membuat jumlah penggemarnya semakin hari semakin bertambah. Tingkah lakunya yang menggemaskan membuat ayam ini disukai kembali. Saat berjalan terlihat gagah sekaligus sombong, namun itulah daya tarik utamanya.
Selain sebagai binatang klangenan, ayam serama juga ditujukan untuk kontes yang biasa diselenggarakan di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka juga memiliki komunitas penggemar ayam serama dengan nama beragam.
Ayam serama diminati oleh penggemar ayam hias karena bentuknya yang cantik. Ayam serama yang dikenal sebagai “The Smallest Bantam Chicken” atau ayam kate terkecil di dunia merupakan spesies ayam terkecil di dunia. Lebih kecil dari ayam kate.
Ayam ini terlihat seperti ayam pemberani karena postur tubuhnya yang gagah. Postur tubuh ayam jenis ini pendek, kecil, dan memiliki dada yang membusung. Ayam serama memiliki badan dan ekor mirip dengan ayam kate namun kedua ayam ini memiliki perbedaan.
Ayam serama yang juga dikenal sebagai Ayam Serama Malaysia karena memang berasal dari Malaysia. Nama Serama diambil dari tokoh Sri Rama dalam cerita Ramayana dan karena ayam ini bertingkah seperti raja dengan dada membusung dan gagah.
Ayam serama merupakan ayam hasil persilangan yang dilakukan oleh warga Malaysia melalui berbagai percobaan. Persilangan pertama yang dilakukan pada tahun 1973 yaitu antara ayam kapan dan ayam silkie.
Ayam kapan yang bertubuh ramping, dada agak datar, serta ekor cenderung tegak lurus dikawinkan dengan ayam silkie yang bertubuh gempal dan berbobot lebih kecil. Hasil persilangan ini diharapkan muncul peranakan jenis ayam kapan yang memiliki tubuh kecil seperti ayam silkie.
Hasil dari persilangan tersebut belum sesuai harapan karena peranakan yang muncul yaitu ayam silkie berkaki panjang. Pada tahun 1980, dilakukan persilangan antara ayam kapan bertubuh kecil dengan ayam kate yang datang dari Jepang.
Persilangan tersebut menghasilkan katai jepang berkaki panjang dengan bobot berkisar 650 gram/ekor. Bobot ayam seperti itu masih dianggap terlalu besar dan berat. Persilangan selanjutnya dilakukan pada tahun 1988 antara ayam hasil persilangan sebelumnya dengan ayam kate Jepang pilihan.
Hasil yang diperoleh pada tahun 1990 yaitu ayam liliput dengan berat 500 gram. Postur tubuh yang kecil dengan kepala kecil, sayap menggantung dan menjuntai kebawah dan terlihat ramping. Itulah ayam yang kini dinamai serama tersebut.
Besarnya jumlah penggemar ayam serama menciptakan kebutuhan ayam serama yang besar pula. Karenanya, beberapa pemain besar serama mendatangkan indukan dari Malaysia untuk diternakkan di Indonesia. Tak pelak, bisnis ayam serama pun semakin hari semakin ramai. Para breeder pun banyak mendapatkan pesanan anakan serama untuk dikirim ke berbagai daerah.
Ayam serama menjadi primadona unggas hias yang mendatangkan laba yang cukup menggiurkan. Saking ramainya pasar serama, jejaring sosial seperti facebook dan kaskus pun dijadikan media promosi dan ajang jual-beli ayam serama. Imbas positifnya, para breeder ayam serama pun mendapatkan pesanan yang jumlahnya makin meningkat. (Ramlee)
[…] Baca juga : Mengenal Ayam Serama si Kecil Sombong Berharga Mahal […]
[…] Baca juga : Mengenal Ayam Serama si Kecil Sombong Berharga Mahal […]
[…] Baca juga : Mengenal Ayam Serama si Kecil Sombong Berharga Mahal […]
[…] Baca juga : Mengenal Ayam Serama si Kecil Sombong Berharga Mahal […]