Puter lokal sering disebut masyarakat untuk burung puter dengan suara tengah yang pendek-pendek (Stretopelia risoria). Ya, banyak dari masyarakat penghobi burung anggungan masih sering salah mengartikan burung puter lokal ini dengan jenis puter lain yang lebih banyak dipelihara di rumah-rumah untuk dinikmati keindahaan suaranya.

Pengertian dari kata lokal adalah suatu hal yang berasal dari daerah itu sendiri. Kata lokal sangat sering diucapkan oleh masyarakat namun pengartiannya memang beragam. Kata lokal bisa digunakan bersamaan dengan kata kebudayaan, kata penduduk, kata orang dan masih banyak lagi.

Lokal adalah sesuatu yang berasal dari daerah asli. Sehingga jika menyebut kata puter lokal maka itu artinya adalah burung asli dari daerah tersebut. Dengan kata lain merupakan satwa endemik Indonesia. Satwa asli Indonesia.

Puter lokal atau puter geni mempunyai habitat di daerah hutan mangrove

Satwa endemik adalah spesies satwa alami yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu yang menjadikan wilayah tersebut mempunyai ciri khas karena tidak ditemukan di daerah lain. Jadi suatu satwa itu dikatakan hewan endemik jika spesies tersebut merupakan spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat dan tidak ditemukan di wilayah lain.

Ada beberapa penyebutan untuk burung puter lokal yang merupakan burung endemik Indonesia ini diantaranya Baster, Dederuk Jawa, Putar (Sunda), Kukur (Sumatera), Puter geni, puter lumut (Jawa), Tekukur (Minahasa). Dan nama keren dari burung puter lokal ini adalah Sunda collared dove dengan nama ilmiahnya Streptopelia bitorquata.

Puter lokal/Dederuk jawa (Streptopelia bitorquata) adalah spesies burung dalam keluarga Columbidae (Merpati-Merpatian) yang mempunyai 13 spesies. Spesies ini (Sreptopelia bitorquata) tersebar mulai dari Sumatera, Jawa dan Bali , hingga ke Komodo, Lombok, Sumbawa, Timor, Flores, dan Solor.

Habitat alaminya adalah hutan dataran rendah yang lembab dan hutan bakau. Puter lokal ini di beberapa daerah sudah sangat susah dijumpai. Itu semua disebabkan habitat alaminya sudah sangat berkurang karena perambahan hutan, alih fungsi lahan dan perburuan yang dilakukan manusia.

Kini banyak yang telah menangkarkannya

Usaha konservasi harus digiatkan untuk menyelamatkan keberadaannya. Masih sangat sedikit yang berusaha menernakkannya. Karena dari sisi suara masih kalah merdu dengan puter pelung, jadi diternak karena faktor eksotisme dari satwa tersebut.

Ciri-Ciri yang paling mudah dikenali adalah adanya kalung hitam putih pada bagian lehernya. Tubuh berukuran sedang sekitar 30 cm, berekor panjang. Tubuh warna coklat kemerah-jambuan. Mirip Tekukur/Derkuku, perbedaan antara tekukur/derkuku biasa dengan burung puter lokal/dederuk jawa adalah warna kepala lebih abu-abu.

Anakan puter lokal

Bercak hitam pada sisi leher bertepi putih. Tidak berbintik putih. Bagian tengah membujur bulu ekor berwarna coklat. Kedua sisi bulu ekor abu-abu dengan tepi agak putih. Iris jingga, paruh hitam dengan pangkal merah, kaki merah keunguan. Suaranya adalah “Kuk… Keruk…kuk”.

Burung puter lokal/dederuk jawa makanan sehari-harinya biji-bijian. Burung ini senang dengan beras merah, jagung dan kacang hijau. Dederuk Jawa atau puter lumut, ada juga yang menyebutnya puter geni, mempunyai suara yang sangat khas, dan saat ini masih jarang dibudidayakan. Sehingga pasokan penghobi masih didapat dari alam yg mulai terbatas, siapa tertarik membudidayakan nya?

Puter lokal ini sering terlihat di tempat-tempat terbuka, di area pedesaan yang tidak jauh dari hutan, terutama di hutan mangrove. Bertengger di pohon-pohon yang tidak terlalu tinggi. Sering kali turun di kawasan terbuka di atas permukaan tanah, sepasang atau dalam kelompok-kelompok kecil. Ke area persawahan untuk mencari makan.

Senasib dengan burung-burung lain di Indonesia, burung ini banyak diburu dengan cara dijaring atau dengan perangkap lain untuk dijadikan burung peliharaan. Juga menjadi sasaran penembakan para pemburu.

Sepasang puter lokal belajar mandiri

Alhasil, populasi burung ini semakin hari semakin sedikit. Di alam liar, burung ini nyaris tak pernah terdengar suaranya lagi. Karena dianggap kurang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga sangat sedikit yang berusaha menangkarkannya.

Saat ini ada beberapa penangkar yang telah membudidayakannya, terutama karena daya tarik dari warnanya. Juga seringkali dikawin silangkan dengan jenis lain agar mendapatkan anakan yang semakin cantik penampilannya.

Di panangkaran puter lokal atau puter geni ini sering mengkonsumsi makanan seperti jewawut, milet, gabah, jagung bahkan voor ayam (makanan buatan pabrik). Kita berharap burung asli Indonesia ini tetap lestari. Semoga bermanfaat. (Ramlee)

By Ramlee

2 thoughts on “Mengenal Tentang Puter Lokal Burung Endemik Indonesia”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *