Pohon Kamboja (Plumeria sp) merupakan tanaman yang identik tumbuh di tempat-tempat yang terbilang menyeramkan seperti di area pemakaman. Tujuan sebenarnya adalah sebagai tempat berteduh, namun sayangnya hal tersebut sering disalah artikan oleh beberapa orang atau kalangan masyarakat tertentu.
Walau bernama kamboja, tanaman ini bukan berasal dari negara Kamboja. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah, yakni Meksiko dan Kuba serta Amerika Selatan seperti Venezuela, Ekuador, dan Kolombia. Nama plumeria diberikan untuk menghormati Charles Plumier, seorang ahli botanis asal Perancis di abad ke-17.
Meskipun berasal dari luar negeri, kamboja juga banyak ditemukan di Indonesia terutama di Bali. Hampir di setiap sudut Pulau Bali terdapat tanaman kamboja, karena keberadaan tanaman ini erat dengan kebudayaan masyarakat setempat. Sedangkan di daerah lain di Indonesia kamboja banyak ditemukan tumbuh di daerah pemakaman dan digunakan untuk peneduh atau tanda makam.
Tanaman kamboja pertama kali masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Portugis dan Belanda. Tanaman ini mudah tumbuh di berbagai daerah dengan ketinggian tidak lebih dari 700 meter di atas permukaan laut.
Baca juga : Bunga Desember, si Cantik yang Merekah di Penghujung Tahun
Ciri khas tanaman ini mudah tumbuh dan berkembang biak serta tidak memerlukan perawatan khusus. Tanaman kamboja dapat bertahan hidup sampai ratusan tahun karena merupakan tanaman sekulen yaitu jenis tanaman yang dapat menyimpan air pada seluruh bagian mulai dari akar, batang, daun, dan bunganya.
Kamboja atau plumeria memiliki ciri tanaman yang berbeda dengan bunga lainnya. Tanaman kamboja berbentuk pohon dengan tinggi sekitar 1,5 sampai 6 meter dan memiliki berbagai macam warna bunga seperti merah, kuning, dan putih, tergantung jenis kultivar plumerianya.
Tanaman kamboja memiliki batang yang keras, bulat memanjang, memiliki cabang yang banyak, bekas dudukan daun terlihat jelas, dan berwarna putih kehijauan dan akan berubah menjadi abu-abu seiring dengan penuaan batang. Selain itu, batang tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat, dan kebal terhadap hama dan penyakit yang menyerang.
Tanaman kamboja memiliki akar tunggang, bercabang dan berwarna kecoklatan. Akar tanaman ini memiliki fungi untuk menyerap mineral dan unsur air yang ada di dalam tanah dengan kedalaman 1,5 -2 meter bahkan lebih tergantung dengan pertumbuhan tanaman.
Tanaman kamboja memiliki daun tunggal, memiliki panjang 10-25 cm bahkan lebih, runcing di bagian pangkal, memiliki bagian tepi merata, tebal dan memiliki bentuk lonjong. Daun kamboja berwarna hijau muda dan hijau tua. Selain itu, daun tanaman ini memerlukan matahari yang cukup untuk memasak, menyimpan dan membuat cadangan makanan yang baru.
Saat berbunga, cabangnya akan kehilangan daun dan hanya terlihat seperti pohon mati dengan cabang yang gundul. Daunnya memiliki beragam bentuk antara lain berbentuk lanset dengan ujung dan pangkal daun meruncing, berwarna hijau dan tebal, serta tulang daunnya menonjol. Lalu terdapat jenis daun yang sempit dan ada pula yang ujung daunya tidak lancip, tetapi membulat.
Baca juga : Bunga Wijayakusuma, Sang Ratu Malam Yang Sarat dengan Mitos
Selain itu ada daun yang pada bagian pangkalnya menyempit, tetapi di bagian ujung melebar. Umumnya panjang daun berukuran 15- 20 cm. Sementara lebar daunnya berkisar 6 – 12,5 cm. Bagian yang paling terfavorit adalah pada bunganya, bunga kamboja memiliki ukuran diameter 8-12 cm. Mahkota bunga umumnya berjumlah lima helai dan memiliki wangi yang khas.
Bunga tanaman kamboja berbentuk seperti corong yang tumbuh di bagian ujung ranting. Mahkotanya ada yang berwarna putih dan merah. Bagian dalam bunga ada yang berbulu dan tidak berbulu. Tangkai putiknya berukuran pendek, tumpul, dan melebar. Umumnya bunga ini tumbuh dengan cara bergerombol di setiap ujung cabang pohon kamboja.
Mahkota bunga mempunyai corong dengan lingkar yang sempit dan sisi bagian dalamnya berambut halus. Bentuk mahkotanya pun tidak monoton, ada yang bertajuk lebar hingga bulat serta mahkota panjang yang sempit dan berpilin (menggulung). Selain itu, ada mahkota yang berbentuk oval hingga bintang.
Bunga kamboja saat ini tidak saja berwarna putih dan kuning tetapi ada jenis persilangan baru berwarna merah muda, orange, merah, dan merah tua. Berdasarkan sumber ilmiah, hingga tahun 2004, terdapat lebih dari 600 kultivar kamboja yang telah didaftarkan dari seluruh dunia dan meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan terdapat lebih dari 15.000 kultivar kamboja di seluruh dunia yang sedang dikembangkan oleh pengoleksi dan pembudidaya.
Dibalik kecantikan pada bunganya, tanaman kamboja dianggap sebagai tanaman yang terkesan seram atau ‘angker’ oleh masyarakat umum karena sering juga ditemukan di lahan pemakaman/kuburan. Meskipun demikian, kamboja mengandung banyak senyawa dimana berkhasiat baik untuk tubuh. Pemanfaatan obat alami sebagai antibakteri banyak dilakukan oleh masyarakat dan jarang menimbulkan efek samping, salah satunya pada bunga kamboja putih (Plumeria alba).
Bunga kamboja putih mengandung beberapa senyawa kimia penting yang bersifat antibakteri, yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, steroid, saponin dan terpenoid. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kamboja putih mengandung minyak atsiri. Senyawa atsiri tersebut sangat bermanfaat, antara lain dapat memberi efek relaksasi, mengurangi stress, dan mengusir nyamuk.
Baca juga : Kembang Sepatu, si Ratu Bunga Tropis yang Bermanfaat Bagi Manusia
Di Bali, ekstrak bunga kamboja digunakan secara luas pada produk-produk kecantikan seperti body lotion, scrub, sabun mandi, dan larutan aroma terapi. Bunga kamboja kering disamping digunakan sebagai bahan baku hio atau dupa juga mulai digunakan secara terbatas di rumah-rumah kecantikan dan oleh kaum vegetarian sebagai minuman yang dikenal dengan ‘frangipani tea’ atau teh herbal kamboja.
Di berbagai negara belahan dunia, bunga kamboja memiliki arti dan makna yang berbeda-beda. Selain itu, biasanya bunga kamboja juga sering ditambahkan dalam sebuah rangkaian buket bunga sebagai pemanis. Berdasarkan agama Hindu, kamboja memiliki filosofi, apabila dilihat dari proses berbunganya. Proses bunga yang terjadi pada sasih kapat (bulan purnama keempat), dipercaya sebagai bulan baik. Tidak heran jika masyarakat Bali menganggap kamboja sebagai “sari alam”.
Selain dapat dijadikan sebagai tanaman hias, budidaya bunga kamboja dapat membawa beragam manfaat khususnya untuk masalah kesehatan yang dialami oleh sebagian orang. Beberapa manfaat dari bunga kamboja diantaranya adalah dapat digunakan sebagai obat kencing nanah, meredakan sakit gigi akibat gigi berlubang, selain itu juga dapat untuk mengobati bisul, dan mengobati tubuh yang bengkak.
Budidaya bunga kamboja tidak memerlukan biaya yang mahal dan cukup sederhana dalam perawatannya sehingga siapapun bisa membudidayakannya. Keindahannya bunganya membuat dekorasi halaman atau taman yang ada di rumahmu akan semakin sedap dipandang mata. (Ramlee)