Purwaceng (Pimpinella pruatjan ) merupakan jenis tanaman herbal endemik Dataran Tinggi Dieng. Purwaceng dikenal sebagai salah satu tanaman khas Dataran Tinggi Dieng, walau sebenarnya tanaman ini tersebar di beberapa pegunungan Jawa, namun jumlahnya saat ini sudah tidak banyak.

Indonesia sendiri dikenal sebagai negara dengan spesies tanaman obat terbesar di dunia. Kurang lebih ada 30.000 spesies tanaman obat yang tumbuh di tanah Indonesia nan subur. Dari jumlah tersebut, sekitar 9.600 spesies tanaman berkhasiat sebagai obat.

Akan tetapi hanya sekitar 200 spesies tanaman obat saja yang saat ini telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional, salah satunya adalah purwaceng. Purwaceng atau sering disebut dengan purwoceng adalah tanaman yang berkhasiat sebagai obat dan hanya tumbuh di dataran tinggi.

Purwaceng tumbuh liar dan merambat di permukaan tanah

Tanaman purwaceng memiliki beberapa sebutan di beberapa daerah, seperti suripandhak abang di pegunungan Hyang Bondowoso, serta gebangan dhepok di pegunungan Tengger. Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian lebih 2000 mdpl. Pada ketinggian ini (seperti di Dieng) purwaceng dapat tumbuh dengan subur.

Meski demikian tanaman purwaceng merupakan tanaman yang jarang dikembangbiakkan. Selain karena pertumbuhannya yang lama, tanaman ini juga memiliki tempat khusus sebagai lingkungan hidupnya. Beberapa percobaan budidaya yang dilakukan pada ketinggian yang lebih rendah, seperti di Gunung Putri (1450mdpl) hasil panennya tidak se-optimal seperti di Dieng (habitat aslinya).

Dataran Tinggi Dieng merupakan habitat alami purwaceng

Penampakan fisik Purwaceng adalah semak kecil merambat di atas permukaan tanah seperti tumbuhan pegagan dan semanggi gunung. Daunnya kecil-kecil berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3 cm.Tanaman ini memiliki batang yang pendek serta tumbuh di permukaan tanah, pada usia dewasa panjang tanaman ini bisa mencapai 90cm.

Daunya mirip dengan daun seledri namun lebih kecil dan tumbuh menjalar. Jangka waktu tanam hingga panen setidaknya memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 7-8 bulan. Ditambah dengan kandungan manfaat yang kaya pada tanaman ini, serta permintaan pasar yang cukup tinggi, tidak heran jika harga Purwaceng di pasaran sedikit mahal.

Baca juga : Semanggi Tumbuhan Paku-Pakuan Jadi Sajian Kuliner Khas Kota Pahlawan

Mulai dari daun hingga akar purwaceng sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Namun bagian yang paling sering digunakan adalah akarnya. Seringnya bagian ini diolah menjadi bentuk bubuk dan dijadikan campuran minuman kopi atau susu.

Purwaceng diklaim memiliki khasiat sama seperti ginseng dari negeri Korea. Bila ginseng dikenal memiliki rasa yang sedikit pedas, maka purwaceng pun tak jauh berbeda. Justru purwaceng memiliki ciri khas pada rasanya yang pedas.

Awalnya purwaceng hanyalah tanaman liar sampai seorang petani tanpa sengaja mengkonsumsinya

Purwaceng hanya tumbuh di dataran tinggi. Akan tetapi tidak semua dataran tinggi di Indonesia terdapat tumbuhan ini. Purwaceng atau purwoceng hanya tumbuh di dataran tinggi Pulau Jawa dan hanya ditemukan di dataran tinggi Dieng, perbatasan Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah.

Selain itu, di Pengunungan Hyang, Bondowoso dan di Pengunungan Tengger, Bromo, Jawa Timur juga tumbuh tanaman sejenis. Tumbuhan ini dikenal dengan nama suripandak abang. Namun masyarakat lebih mengenal Dieng sebagai tempat asal purwaceng.

Pada awalnya, tanaman yang hanya dapat tumbuh di ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut ini merupakan tanaman liar. Menurut penuturan warga sekitar, khasiat purwaceng diketahui tanpa sengaja. Saat itu, seorang warga yang lelah setelah menggarap lahan pertaniannya beristirahat.

Saat beristirahat, dia memetik daun sebuah tanaman rambat. Daun itu kemudian dikunyah. Setelah mengunyah daun tersebut, sang petani merasa tubuhnya menjadi hangat dan tenaganya kembali pulih.

Dahulu masyarakat Dieng mengkonsumsi purwaceng dengan merebus daunnya dan meminum air rebusannya

Berita tentang daun yang berkhasiat pun menyebar. Seiring berjalannya waktu, purwaceng pun menjadi tanaman yang dibudidayakan dan menjadi komoditas ekonomi masyarakat Dataran Tinggi Dieng.

Jika Korea memiliki ginseng yang terkenal akan khasiatnya, maka masyarakat Dataran Tinggi Dieng pun punya tanaman herbal yang tidak kalah khasiatnya. Kini, hampir semua masyarakat Indonesia sudah tahu akan keberadaan purwaceng.

Baca juga : Pakis Sayur, Tumbuhan Liar Enak Dibikin Sayuran dan Kaya Antioksidan

Pada awalnya, masyarakat sekitar mengkonsumsi purwaceng dengan cara merebusnya. Air rebusan purwaceng kemudian diminum. Saat ini, purwaceng sudah dicampur dengan bahan minuman lain seperti kopi, susu, dan teh sehingga lebih enak ketika dikonsumsi.

Tetapi kemudian, purwaceng diolah menjadi bentuk serbuk sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan di mana saja. Bahkan, sudah ada dalam bentuk kapsul. Perkembangan jaman dan kemajuan tehnologi memudahkan dalam mengkonsumsi dan mendapatkan purwaceng.

Bagian akar purwaceng

Tidak perlu jauh-jauh ke Dataran Tinggi Dieng jika menginginkan produk dari purwacen. Karena kini purwaceng sudah banyak dijual di pasar obat Indonesia dalam bentuk kapsul. Era digitalisasi bahkan lebih memudahkan untuk mendapatkan purwaceng.

Berbeda dengan ginseng yang hanya diambil bagian akarnya, purwaceng dimanfaatkan seluruh bagiannya. Ketika memasuki usia panen biasanya saat berusia sekitar 1 tahun, tanaman purwaceng akan dicabut.

Semua bagian tanaman purwaceng ini diolah dengan cara dikeringkan terlebih dahulu

Setelah dibersihkan dari tanah-tanah yang menempel, tanaman ini kemudian dikeringkan sesuai bagian dari tanaman purwaceng dengan cara dioven untuk kemudian dihaluskan dan dikemas sesuai jenis produk yang diinginkan.

Purwaceng dikenal bermanfaat sebagai obat penambah vitalitas pria. Namun sebenarnya manfaat purwaceng tidak hanya sebatas itu, karena manfaat purwaceng untuk vitalitas pria sebenarnya sudah dikenal sejak jaman dulu oleh kalangan kerajaan di Pulau Jawa.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007, seluruh bagian purwaceng dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Namun akar purwaceng merupakan bagian yang paling berkhasiat.

Purwaceng mengandung senyawa aktif berupa bergapten, Isobergapten, dan Sphondin. Selain itu masih terdapat kandungan seperti Kumarin,Saponin, Sterol, Alkaloid, Marmesin, Umbeliforon, Psoralen, Stigmasterol, serta kandungan lainnya.

Purwaceng yang telah diolah menjadi berbentuk serbuk siap kemas

Dengan adanya kandungan senyawa aktif serta zat lainya, tanaman ini memilki sejuta manfaat bagi kesehatan diantaranya, membantu memperlancar sirkulasi darah, Peluruh seni, penjaga stamina dan daya tahan tubuh, meningkatkan vitalitas pria, mengatasi infeksi, menangkal radikal bebas, serta beragam khasiat lainya.

Masyarakat di Dieng sedari dulu mengolah tanaman ini menjadi herbal alami bagi keluarga. Bagi masyarakat Dieng, purwaceng memilki khasiat utama untuk menghangatkan badan serta meredakan nyeri atau pegal-pegal sepulang berladang/bekerja.

Baca juga : Daun Mangkokan Bisa Dibuat Kuliner Sekaligus Obat Alami

Masyarakat Dieng biasanya mengambil purwaceng di sekitaran hutan atau dari ladang mereka, ada dua cara untuk menikmati purwaceng. Pertama masyarakat di Dieng langsung merebusnya (daun dan batang purwaceng) lalu meminumnya, atau yang paling umum, masyarakat Dieng akan mengeringkan terlebih dahulu tanaman yang sudah di panen.

Setelah itu mereka akan menumbuk purwaceng kering sebelum diseduh. Terkadang masyarakat Dieng mencampurkan bubuk purwaceng ini kedalam teh atau kopi mereka. Untuk meminumnya pun tidak dapat secara sembarangan. Karena masih termasuk tanaman herbal untuk mengonsumsi purwaceng murni dalam sehari hanya diperkenankan 1 (satu) sendok teh, atau 1 (satu) pucuk sendok makan.

Usaha pengemasan purwaceng

Di Dataran Tinggi Dieng, hanya empat desa yang penduduknya membudidayakan tanaman ini. Keempat desa tersebut adalah Desa Patok Benteng, Desa Sikurang, Desa Sembungan, dan Desa Dieng. Usaha membudidayakan tanaman ini di luar Dieng pun pernah dilakukan. Hanya saja, hasilnya tidak sesuai seperti yang diharapkan.

Satu yang membuat tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di Dataran Tinggi Dieng adalah kondisi tanah di Dieng sendiri. Tanah di Dataran Tinggi Dieng memiliki kandungan belerang yang cukup tinggi. Karenanya, tumbuhan yang ditanam di sini dapat tumbuh dengan maksimal.

Berbagai produk olahan purwaceng

Di Dataran Tinggi Dieng, terdapat beberapa industri rumahan yang memproduksi aneka minuman berbahan dasar purwaceng. Setiap industri memiliki ramuan/racikan tersendiri. Karenanya, rasa yang dihasilkan oleh setiap produk pun akan berbeda, walaupun jenisnya sama. Begitu pula dengan harganya.

Karena harga jualnya yang cukup tinggi, sehingga banyak petani lokal yang mulai menanam purwaceng ini. Kini purwoceng banyak dikembangbiakkan oleh para pelaku usaha kecil menengah (UKM) sebagai purwoceng kemasan. Pengunjung Dataran Tinggi Dieng pun dapat membeli bubuk asli purwaceng atau olehannya seperti kopi purwaceng, teh purwaceng, purwaceng rempah, dll. (Ramlee)

By Ramlee

5 thoughts on “Purwaceng Tumbuhan Liar Endemik Dieng Dikenal Sebagai Viagra of Java”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *