Sansevieria merupakan tanaman hias tropis yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Pada awalnya, tanaman ini banyak ditanam sebagai pagar rumah. Jenis sansevieria yang banyak ditanam kala itu adalah Sansesvieria trifasciata. Tanaman ini lebih dikenal dengan nama lidah mertua.

Sansevieria sangat mudah dirawat, tidak membutuhkan banyak lahan, dan dapat berfungsi sebagai penyerap polutan. Ketiganya adalah sifat utama sansevieria yang memenuhi kriteria terhadap tuntutan masyarakat yang semakin sibuk, tak punya lahan yang luas, serta sarat dengan polusi.

Pada perkembangannya, banyak ditemukan ratusan spesies dan kultivar sansevieria lain yang bentuk dan warna daunnya sangat beragam. Alasan kenapa tanaman ini mempunyai banyak ragam adalah karena perbanyakan yang dilakukan pada tanaman ini tidak selalu menghasilkan jenis yang sama dengan induknya.

Sansevieria trifasciata

Kecantikan sansevieria ditunjukkan dari ragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna daun. Ragam jenis yang ada di alam tidak hanya diperoleh dari persilangan tanaman tetapi juga karena mutasi. Tanaman ini mudah mengalami mutasi, bahkan saat dilakukan pengembangbiakan melalui stek daun, yang seharusnya anakan akan seperti induknya namun pada sansevieria akan sering terjadi mutasi sehingga anaknya berbeda dengan induknya.

Baca juga : Sansevieria Tanaman Hias yang Mempunyai Bentuk dan Warna Daunnya Sangat Beragam

Selain itu keistimewaanya adalah ada berbagai ukuran daun baik yang besar, kecil, bentuk memanjang atau pendek, melebar atau membulat juga corak warna yang juga beragam. Daya tarik lainnya adalah mampu tumbuh di naungan yang sangat minim cahaya dan pada tempat yang mendapat cahaya penuh.

Sansevieria cylindrica

Tetap tumbuh pada kondisi kering sehingga jika beberapa hari tidak disiram pun tanaman ini masih mampu tumbuh. Pembudidayaanya pun sangat sederhana dan mudah. 7 (tujuh) syarat yang harus dimiliki tanaman agar menjadi tren dan diterima masyarakat yaitu cantik, variasi bentuk beragam, variasi warna tinggi, perawatan mudah, tingkat perbanyakan sedang, pertumbuhan lambat, serta bersifat anti polutan dan anti radiasi.

Bertambahnya variasi penampilan dan karakter sansevieria juga banyak dipengaruhi karena adanya mutasi dari spesies yang sama sehingga menampilkan bentuk, ukuran, dan warna daun yang berbeda. Mutasi dapat terjadi akibat perbanyakan melalui stek daun dan karena adanya pengaruh dari faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, suhu, dan pengaruh cahaya.

Sinar matahari memiliki spectrum yang beragam berdasarkan panjang gelombang elektromagnetik, salah satunya adalah sinar X dan Gamma yang bergelombang pendek. Keduanya merupakan radiasi pengion yang dapat melepas energi (ionisasi) ketika melewati atau menembus materi.

Proses ionisasi itu terjadi dalam jaringan tanaman sehingga menyebabkan perubahan sel, genom, kromosom, dan DNA atau gen. Perubahan ini disebut mutasi, hanya saja intensitas sinar X dan Gamma dalam sinar matahari sangat rendah sehingga mutasi di alam sangat lamban. Mutasi juga dapat terjadi dengan menginduksi mutagen yang berasal dari bahan-bahan kimia yang ditransfer ke molekul lain yang memiliki kepadatan electron yang cukup tinggi sehingga struktur DNA pada tanaman berubah.

Sansevieria hahnii pagoda

Meski demikian adakalanya tanaman mutasi kembali normal apabila dikembangbiakan secara generatif. Walaupun mengalami mutasi, tanaman mutan tetap menyimpan gen normal. Pada generasi tertentu gen normal itu berpeluang muncul kembali. Mutasi akan bertahan bila bagian tanaman yang mengalami mutasi diisolasi dan diperbanyak dengan kultur jaringan.

Baca juga : Perawatan Tanaman Hias Sansevieria agar Tampil Sehat dan Cantik

Kesamaan sosok sansevieria pada jenis-jenis tertentu mudah mengecoh. Perbedaan fisik meskipun hanya sedikit kadang jadi alasan untuk menaikkan harga dengan memberi nama baru. Penamaan yang tidak mengacu pada sumber yang benar akan membuat tanaman ini mempunyai dua nama. Kerancuan ini dapat terjadi karena tanaman kurang cocok dengan lingkungan yang baru sehingga penampilannya berubah.

Sansevieria hahnii green mould, merupakan hasil stek daun dari S. hahnii pagoda

Sansevieria mudah berubah bentuk, penampilan baru ini kerap stabil sehingga nama barunya menjadi paten. Sansevieria trifasciata yang merupakan spesies paling banyak menghasilkan varian-varian baru karena adanya penyimpangan, menghasilkan kurang lebih 60 varian. Sementara yang termasuk kedalam sansevieria species ada lebih dari 140 jenis.

Sansevieria dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Pembiakan generatif diawali dengan proses penyerbukan bunga betina oleh bunga jantan, yang selanjutnya akan menghasilkan buah yang di dalamnya ada biji. Biji inilah yang akan ditanam sebagai individu baru. Biji sansevieria bersifat diploid, artinya satu biji terdapat dua bakal calon anakan.

Keuntungan dari cara perbanyakan menggunakan biji adalah tidak mengganggu bentuk fisik induknya. Selain itu, pembiakan secara generatif memungkinkan untuk dihasilkan jenis-jenis atau hibrida baru yang berbeda dari induknya. Hibrida baru akan terbentuk jika proses penyerbukan dari tanaman yang berbeda jenis. Anakan yang dihasilkan akan memiliki sifat yang merupakan gabungan dari kedua induknya. Namun cara pembiakan generatif memakan waktu yang sangat lama.

Selain itu, perbanyakan sansevieria dapat pula dilakukan secara vegetatif, cara ini yang sering banyak dilakukan. Diantaranya adalah dengan pemisahan (split) anakan, stek daun (leaf cutting), stek pucuk, cacah daun, stek rimpang, dan kultur jaringan (tissue culture).

Pemisahan anakan

Pisah anakan merupakan cara konvensional. Rimpang sansesvieria kaya tunas yang bisa tumbuh menjadi anakan. Pada awalnya, tunas tampak seperti bintik pada rimpang, tunas tersebut akan tumbuh membesar menjadi batang dan daun. Setelah memiliki akar yang cukup, tunas ini bisa dipisahkan dan ditanam sebagai individu baru.

Baca juga : Berawal Tidak Suka Tanaman Dadan Pamungkas 18 Tahun Geluti Budidaya Sansevieria, Omzet Puluhan Juta Perbulan

Semua jenis sansevieria dapat dikembangbiakkan dengan metode ini karena semua jenis sansevieria mempunyai rimpang. Meskipun demikian setiap jenis sansevieria dalam menghasilkan anakan berbeda-beda. Ada jenis sansevieria yang sangat lambat dalam menghasilkan anakan, misalnya S. cylindrica.

Stek daun

Stek daun dilakukan dengan menumbuhkan potongan daun sehingga menghasilkan tunas baru. Keuntungan dari metode ini adalah jumlah anakan yang dihasilkan melimpah. Karenanya, stek daun sangat tepat dilakukan oleh para pembudidaya yang ingin menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak.

Umumnya anakan hasil pembiakan vegetati akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya, akan tetapi tidak berlaku untuk pembiakan dengan stek daun. Jenis sansevieria yang berwarna kuning hijau atau putih hijau pasti akan menghasilkan anakan hijau polos jika daunnya distek (hal ini sudah menjadi karakter mutlak sansevieria). Dengan demikian cara stek daun bisa dihasilkan spesies atau varietas baru.

Stek rimpang

Stek pucuk dilakukan dengan cara memisahkan pucuk yang sudah berbonggol dari tanaman induknya. Tehnik ini lazim diterapkan pada sansevieria jenis sarang burung. Sementara stek rimpang dilakukan dengan cara memotong rimpang yang memiliki calon tunas atau memungkinkan untuk tumbuh akar. Cara ini umumnya diterapkan pada tanaman induknya yang sudah mempunyai rimpang yang sudah cukup tua.

Metode perbanyakan dengan kultur jaringan berangkat dari teori yang dikemukanan oleh seorang ilmuwan bernama Haberlandt. Teori tersebut menyatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi organisme sempurna jika ditempatkan di lingkungan yang mendukung.

Metode pembiakan dengan kultur jaringan

Berdasarkan teori tersebut, sel dari salah satu bagian tumbuhan akan tumbuh membentuk akar, batang, daun dan bagian tumbuhan lainnya, jika mendapat nutrisi yang tepat. Pada tahun 1934, teori ini terbukti kebenarannya melalui keberhasilan tehnik kultur jaringan yang dilakukan oleh seorang ilmuwan bernama White.

Saat ini, kultur jaringan diklaim sebagai metode perbanyakan tanaman yang bisa menghasilkan anakan paling banyak dibandingkan dengan metode lain. Berbeda dengan perbanyakan melalui stek daun, anakan yang dihasilkan melalui metode kultur jaringan akan lebih seragam dengan sifat-sifatnya sama seperti tanaman induknya. Metode kultur jaringan digunakan untuk melestarikan jenis sansevieria yang langka dan memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat. Motode kultur jaringan membutuhkan biaya lebih mahal dibandingkan dengan metode lainnya. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *