Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L.) atau orang awam saat ini mengenalnya dengan pepaya Jepang merupakan jenis tumbuhan yang termasuk dalam kelompok tanaman herbal. Tanaman ini diketahui banyak tumbuh di Sulawesi Utara dan merupakan tumbuhan tropis dari famili Malvacea atau mallows.

Daun ini juga memiliki nama lain seperti Muskmallow, Sunset Huskmallow, atau Tropic Jewel Hibiscus. Di Manado dan Bolaang Mongondow Selatan, sayuran ini juga dikenal dengan nama Sayur Yondok. Tanaman ini sebelumnya dianggap sebagai spesies Hibiscus atau kembang sepatu, tetapi sekarang diklasifikasikan dalam genus Abelmoschus. Bunganya tergolong sebagai edible flowers atau bisa dimakan.

Gedi merupakan tumbuhan tahunan yang berbatang tegak dengan tinggi sekitar 1,2 hingga 1,8 meter dengan cepat. Akarnya tumbuh tidak terlalu panjang, sementara batangnya tegak, berkayu, dan bercabang-cabang. Daunnya memiliki banyak variasi bentuk, ukuran, dan warna.

Daun gedi mirip dengan daun pepaya

Tangkai tanaman gedi berukuran panjang sekitar 3 hingga 25 cm. Sementara, daunnya ada yang berbentuk lanset, seperti hati, menyirip, ataupun menjari. Daunnya berwarna hijau muda, hijau tua, merah, hingga ungu.

Baca juga : Bidara, Tanaman Istimewa yang Disebutkan dalam Al-Qur’an

Bunganya berukuran cukup besar berbentuk lonceng, berdiameter 7-15, berwarna kuning lemon dengan bagian tengahnya cokelat tua atau kemerahan. Tanaman ini termasuk hermaprodit karena bunganya memiliki organ jantan dan betina yang penyerbukannya dibantu serangga.

Bunga gedi mirip bunga sepatu

Biasanya, bunga tanaman gedi ini akan muncul pada bulan Juli hingga September. Sementara, bagian buahnya berbentuk kapsul lonjong-bulat telur, berbulu, bersudut lima, dan membelah menjadi lima bagian.

Tanaman daun gedi ini tumbuh di bioma tropis yang basah, dengan persebaran aslinya di daerah Asia tropis dan subtropis hingga Australia. Kini, tanaman ini telah menyebar ke berbagai negara di Benua Amerika dan Benua Afrika.

Tanaman gedi ini kerap tumbuh liar di bukit berbatu yang lembab, padang rumput dekat sungai, dan tepi lahan pertanian. Di Nepal, tanaman ini tumbuh pada ketinggian 700 hingga 1700 meter di atas permukaan laut.

Jenis daun gedi yang banyak tumbuh di Indonesia ada dua, yaitu daun gedi warna hijau dan merah. Daun dari tanaman ini kerap digunakan sebagai salah satu bahan dalam kuliner khas Sulawesi Utara, yaitu Tinutuan atau bubur Manado atau tumis sayur gedi.

Tanaman gedi hijau

Sekilas daun gedi mirip dengan daun pepaya Jepang, tetapi keduanya sebenarnya memiliki perbedaan. Tanaman gedi, tulang daun menyirip. Warna daun bervariasi dari terang ke hijau tua atau merah ke ungu. Sementara itu, daun pepaya berukuran sedang sampai besar, berdiameter rata-rata 50 – 70 cm dan panjang 18 – 90 cm, lebar, rata, dan tulang daun tebal. daun gedi identik dengan daun lima jari karena umumnya memiliki lima ruas daun.

Baca juga : Kecombrang, Tanaman Khas Indonesia yang Kaya Manfaat

Tidak seperti tanaman herbal lainnya, daun gedi dapat dikonsumsi sebagai sayuran yang enak, sembari memetik kebaikan di baliknya. Secara spesifik, daun gedi mengandung mucilago yang terdiri atas polisakarida dan protein. Pada bunganya mengandung quercetin-3-robinoside, quercetin-3’-glikosida, hyperin, myrecetin, antosianin, dan hyperoside.

Tanaman gedi merah

Hyperoside memiliki kemampuan antivirus, antinosiseptif, antiinflamasi, kardioprotektif, hepatoprotektif, dan efek protektif terhadap gastrimukosal (lapisan membran mukus pada lambung). Daun gedi juga telah diuji dapat mencegah ovariectomy-induced femoral ostopenia (kondisi densitas mineral tulang yang lebih rendah dari batas normal pada bagian sendi tungkai akibat operasi pengangkatan rahim/ovarium).

Penelitian lainnya menunjukkan, Gedi dapat meningkatkan fungsi penyaringan glomerular, mengurangi proteinuria, hyperplasia messangium yang dapat mengurangi kerusakan jaringan ginjal. Berdasarkan data Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) yang dikeluarkan Kemenkes, daun gedi mengandung riboflavin, kalsium, tiamina, niasin, serat, seng, dan air yang sangat tinggi untuk ragam manfaat dan pengobatan.

Sejumlah literatur terpercaya juga menyebut ragam manfaat dari dedaun hijau ini, yakni, memperkuat imunitas karena fungsinya sebagai antioksidan. Daun hijau ini diyakini dapat menangkal radikal bebas yang dapat memicu terjadinya kerusakan oksidatif dalam tubuh.

Daun gedi mengandung polifenol berupa flavonoid, fenolik dan tanin yang dapat berfungsi menurunkan kolestrol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah. Penumpukan LDL dalam darah dapat menimbulkan penyumbatan aliran darah. Konsumsi daun lima jari dapat mengatasi kolestrol jahat secara alami.

Bubur manado/tinutuan dengan bahan daun gedi

Luka bakar dalam skala rendah dapat diobati dengan daun gedi. Caranya sederhana yakni dengan menumbuk daunnya hingga halus lalu dibalutkan pada luka bakar. Namun, sebagai catatan, pengobatan ini tidak cocok untuk penanganan luka terbuka. Jadi, hanya bisa dilakukan pada luka yang sudah mengering.

Baca juga : Kucai, Tanaman Sayur dengan Kandungan Nutrisi Melimpah

Konsumsi daun gedi dapat mengatasi ragam keluhan penyakit yang berkaitan dengan sistem saraf dan otak. Antara lain daun gedi ini dapat untuk mengatasi sakit kepala, mencegah stress, hingga meningkatkan kemampuan berpikir.

Produk herbal daun gedi

Di samping itu, daun lima jari juga sangat baik untuk memperbaiki fungsi otak, menenangkan hati dan juga baik untuk kesehatan saraf. Konsumsi sayuran hijau ini sekaligus bisa menjadi penenang sistem saraf secara alami. Konsumsi daun gedi juga sangat baik untuk kesehatan tulang seperti mengatasi keropos pada tulang, radang sendi hingga mengatasi rematik.

Secara umum, daun hijau ini dapat memperkuat tulang dan membantu proses pertumbuhan tulang. Selain manfaat di atas, daun lima jari juga dipercaya dapat mengatasi sakit maag dan ginjal hingga memperbaiki gairah seksual yang menurun. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *