Tupai (Treeshrew) adalah kelompok mamalia berukuran kecil yang sering disamakan dengan bajing (Squirrel) karena mempunyai beberapa kesamaan fisik. Namun secara ilmiah keduanya memiliki kekerabatan yang sangat jauh. Banyak yang bingung membedakan antara tupai dan bajing. Ada sekitar 15 jenis tupai di Indonesia.
Jika dilihat sekilas keduanya memang mempunyai kemiripan, tupai digolongkan kedalam insektinvora (hewan pemakan serangga) bersama cerurut sedangkan bajing digolongkan dalam rodentia (hewan pengerat) bersama tikus.
Tupai mempunyai bulu lebat layaknya kucing. Warna bulu tersebut bervariasi pada setiap spesies, tetapi umumnya berwarna cokelat gelap, abu-abu, dan pada bagian perut agak putih. Tupai memiliki otak yang relatif besar meski tubuhnya berukuran kecil. Ukuran tubuh satwa ini tergolong kecil dan ramping, yaitu dengan panjang kepala dan tubuhnya sekitar 15 cm.
Ekor tupai memiliki panjang rata-rata 18 cm. Ekor tersebut nyaris sama panjang dengan tubuhnya dan berbentuk lebar, tegak, serta berumbai. Tupai biasa membiarkan ekornya menjuntai di atas punggung. Ukuran ekor yang panjang pada tupai sangat bermanfaat saat satwa ini melompat dari suatu pohon menuju pohon yang lain.
Ciri khas yang paling mudah mengenali tupai ialah terdapat kumis di wajahnya. Kumis dan ekor tupai berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat untuk memanjat bahkan melompat dari ranting pohon ke pohon lainnya. Apabila kumis tupai dipotong maka keseimbangan hewan ini akan hilang. Selain itu kumis juga berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi benda ketika malam hari.
Ketika melompat ekor tupai biasanya dibuat agak pipih untuk memudahkan proses melompat. Selain itu tupai juga biasa memanfaatkan ekornya sebagai selimut ketika tidur khususnya saat suhu dingin. Tupai memiliki bentuk moncong yang cukup panjang dan agak runcing pada bagian ujungnya.
Baca juga : Jelarang, Bajing Pohon Raksasa Penyendiri yang Kian Langka
Sementara itu di dalam mulut tupai terdapat gigi yang digunakan untuk makan. Akan tetapi barisan gigi tersebut tidak dilengkapi dengan gigi seri sebagai pemahat. Ada yang unik pada gigi tupai, hewan ini memiliki gigi yang mudah copot seperti gigi manusia, kemudian bisa tumbuh kembali (layaknya gigi manusia pada masa kanak-kanak). Namun, tupai tidak memiliki gigi geraham.
Tupai mempunyai empat alat gerak atau sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Menariknya tupai memiliki kemampuan untuk mengubah posisi kaki 180 derajat, sehingga memudahkan untuk berlari atau memanjat pohon jika tiba-tiba musuh datang menghampiri dan memberi ancaman.
Pada alat gerak atau kaki tersebut terdapat kuku yang berukuran sangat kecil tetapi begitu tajam. Tupai memanfaatkan kuku ini untuk memudahkan aktivitasnya ketika memanjat pohon, karena kuku tersebut membuat gaya gesek antara kaki dan objek yang dipanjat lebih kuat. Dengan kuku ini pula tupai dapat bergelantungan dengan bagian kepala berada di bawah.
Satwa lincah dan berbulu ini, terkenal pintar, satwa ini mampu membuat sarang yang apik sebagai tempat perlindungan ataupun menyimpan makanan. Kepintaran satwa ini terletak ketika membuat sarang yang bertekstur halus seperti kapas atau daun pisang muda. Sarang tersebut dirangkai berbentuk lingkaran dengan satu jalan keluar.
Menurut cara hidup dan perilaku tupai, satwa ini mampu mengelompokkan jenis kacang-kacangan yang dikumpulkan dan menyusunnya secara rapi di dalam sarangnya. Satwa ini, juga pandai berbohong, apabila ada pemangsa yang mengincar simpanan makanannya, maka satwa ini akan berpura-pura menggali tanah untuk mengecoh pemangsa agar mengira bahwa lokasi tersebut tempat mereka menyimpan makanannya.
Tupai dikenal aktif bergerak dan mencari makan pada waktu siang hari. Hal tersebut dikarenakan jika tupai bergerak maka ia akan kehilangan panas tubuh dengan cepat, sehingga tubuhnya menjadi dingin. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka tupai akan melilitkan ekornya dengan sangat erat pada tubuhnya agar tetap merasa hangat.
Pada saat melompat tupai akan meregangkan kaki depan dan belakangnya agar lebih mudah melayang. Jauh lompatan yang bisa dilakukan oleh tupai mencapai empat meter dan dapat terjun bebas dari ketinggian sembilan meter dengan pendaratan mulus di atas tanah menggunakan kakinya.
Sebaran hewan ini, dapat hidup di berbagai macam lingkungan, seperti kawasan hutan hujan tropis sampai wilayah semi kering di padang pasir, namun satwa ini idtak mampu bertahan hidup di kawasan dengan tingkat suhu yang terlalu dingin seperti di kutub ataupun suhu yang terlalu panas seperti gurun.
Baca juga : Sugar Glider, Mamalia Nokturnal Lucu yang Mampu Meluncur di Udara
Satwa ini, biasanya membuat sarang dipohon berdaun lebat, agar terlindung dari hujan maupun pemangsa. Di Indonesia tupai tidak hanya ditemukan di Pulau Kalimantan tetapi juga di Pulau Sumatera khususnya di bagian barat, Pulau Nias, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. Satwa ini hidup di hutan-hutan yang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 1700 meter di atas permukaan laut.
Sebagai kelompok mamalia, tupai melakukan perkembangbiakan dengan cara vivipar atau melahirnya anaknya. Kematangan reproduksi akan masuk saat binatang ini berusia tiga sampai empat bulan dan ketika telah mencapai masa tersebut, maka tupai dianggap mampu untuk melakukan perkawinan.
Sebelum melakukan perkawinan tupai jantan dan betina biasanya akan terlibat proses komunikasi terlebih dahulu. Terkadang kedua individu ini akan berkejaran selama beberapa saat. Pada beberapa spesies, tupai jantan biasanya akan mengeluarkan suara aneh yang bertujuan untuk menakuti betina agar segera berhenti berlari.
Ketika betina berhenti berlari, maka saat itulah proses perkawinan akan berlangsung. Umumnya proses ini berlangsung dalam waktu 40 sampai dengan 60 menit. Proses perkawinan tersebut akan meninggalkan sperma dari tupai jantan di dalam tubuh betina yang nantinya akan berkembang menjadi proses kehamilan.
Masa kehamilan tupai berlangsung cukup singkat, yaitu hanya sekitar 40 hari. Setelah itu tupai betina akan melahirkan anaknya sebagaimana kelompok mamalia lainnya. Biasanya tupai akan melahirkan anak berjumlah antara satu sampai empat ekor.
Tupai betina akan terus mengurus dan mengasuh anaknya yang baru lahir dengan menyusui dan mencarikan makanan untuk mereka. Setidaknya masa tersebut berlangsung sampai anak tupai berusia enam hingga delapan pekan. Ketika telah mencapai usia tersebut, anak tupai dianggap telah mampu untuk hidup dan mencari makan sendiri.
Interval kehamilan tupai tidak begitu lama. Dalam satu tahun, satwa ini dapat hamil satu atau dua kali. Satu-satunya hal yang mengakibatkan penurunan populasi tupai secara serius adalah kondisi habitatnya yang terus mengalami penyusutan karena pemanfaatan oleh manusia untuk perkebunan atau pemukiman.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa tupai adalah kelompong binatang insektivora atau pemakan serangga. Namun pada kenyataannya tupai terkadang dikelompokkan sebagai herbivora karena juga mengonsumsi buah-buahan. Bahkan berdasarkan pengamatan, tupai memang lebih menyukai buah daripada serangga kecuali dalam keadaan tertentu.
Baca juga : Kukang, Primata yang Bergerak Lambat Kian Terancam Punah
Buah yang menjadi makanan favorit tupai adalah buah bertekstur kulit keras seperti kenari, hazelnut, chesnut, dan buah cemara. Maka dari itu tidak heran jika gigi tupai mudah sekali aus. Satwa ini biasanya menyimpan makanan di dalam kantong yang berada di area pipinya.
Status kelangkaan tupai berbeda-beda tergantung dari spesiesnya. Akan tetapi khusus untuk spesies Tupaia javanica, berdasarkan data yang ada di International Union of Conservation for Nature (IUCN) Red List, satwa ini masuk dalam kelompok binatang kategori Least Concern (LC). Status tersebut diperoleh oleh spesies yang menjadi binatang khas Indonesia tersebut pada tahun 2016.
Hal itu dikarenakan setelah dilakukan penelitian kondisi tupai tidak mengindikasikan masuk ke dalam spesies yang terancam atau hampir punah. Akan tetapi jumlah populasinya mengalami penurunan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Tupai memiliki peranan penting dalam melakukan penyebaran biji di dalam kawasan hutan. (Ramlee)
[…] Baca juga : Tupai, Mamalia Mungil Pintar yang Kian Terancam Keberadaannya […]