Pecut kuda merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang populer di Indonesia yang biasa ditemukan di daerah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa. Tanaman pecut kuda tumbuh liar di berbagai tempat dan mampu hidup di berbagai kondisi cuaca dan tanah.
Tanaman pecut kuda tumbuh liar di pekarangan belakang rumah, lapangan, tempat yang biasa ditumbuhi banyak rumput, tempat-tempat yang kurang terawat, atau di pinggir-pinggir jalan. Tanaman pecut kuda juga dikenal sebagai gulma di beberapa negara, keberadaan tanaman pecut kuda mampu mengganggu pertumbuhan tanaman lain yang dibudidayakan.
Tanaman pecut kuda ini, biasanya menjadi tanaman gulma pada area perkebunan. Tanaman liar ini disebut pecut kuda karena bentuk bunganya mirip bentuk pecut yang sering digunakan untuk menjalankan kereta kuda.
Tanaman pecut kuda ini telah dikenal di Filipina dengan nama Kandikadilaan, sedangkan di China bernama Yulongbian. Daun pecut kuda punya bentuk dan penampilan yang sedikit mirip daun mint, maka terkadang banyak orang yang salah mengira dalam membedakan kedua daun tersebut.
Baca juga : Krokot, Sering Dianggap sebagai Tanaman Gulma Nyatanya Bisa Dijadikan Obat
Tanaman pecut kuda ini berasal dari Benua Amerika. Tanaman ini bisa ditemukan di wilayah cerah, sedang, dan terlindung dari sinar matahari. Tanaman ini juga bisa tumbuh pada ketinggian hingga mencapai 1500 mdpl. Tanaman pecut kuda termasuk tanaman tahunan, tingginya sekitar 50 cm hingga 1 meter.
Daun pecut kuda merupakan tanaman terna tahunan yang tumbuh tegak berwarna hijau dan bisa mencapai tinggi 20-90 cm. Daunnya tunggal dan bertangkai dengan letak berhadapan. Helaian daun pecut kuda ini berbentuk bulat telur dengan pangkal menyempit, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan jelas berlekuk-lekuk sepanjang 4-8 cm, lebar 3-6 cm, dan berwarna hijau tua.
Daun pecut kuda memiliki bunga majemuk yang tersusun dalam poros bulir memanjang, seperti pecut dan panjangnya 4-20 cm. Bunga pecut kuda memiliki ukuran yang kecil, berwarna ungu, dan terkadang juga berwarna putih.
Bunganya mekar dalam waktu yang berbeda, ukurannya kecil, berwarna ungu, jarang yang berwarna putih. Masyarakat suku Angkola Tapanuli Selatan, Sumatera Utara mengenal Pecut kuda dengan nama Tappar begu.
Tumbuhan ini sering digunakan oleh Datu (sebutan untuk seorang dukun disana) untuk mengobati orang yang kesurupan karena melanggar aturan adat yang berlaku di suku Angkola. Menurut penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam Pecut kuda ini antara lain glikosida, saponin, flavonoid, tanin, terpenoid dan alkaloid.
Senyawa-senyawa yang kimia terkandung dalam Pecut kuda diyakini oleh masyarakat Indonesia dapat mengobati berbagai penyakit seperti batuk, radang tenggorokan, keputihan, hepatitis A dan rematik. Semua bagian dari tanaman pecut kuda, mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan bijinya, diketahui memiliki potensi atau bisa digunakan untuk pengobatan alternatif.
Baca juga : Rumput Teki, Tanaman Gulma yang Berkhasiat Obat
Manfaat daun pecut kuda sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan telah banyak digunakan sebagai obat tradisional atau obat alternatif. Daun pecut kuda sejak dulu telah digunakan untuk berbagai masalah kesehatan seperti meredakan gangguan pernapasan, obat alergi, flu batuk, pilek, konstipasi, demam, gangguan menstruasi, dan lain sebagainya.
Kandungan antibakteri dalam tanaman pecut kuda telah diteliti dan terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Fungsi ini juga diketahui bisa secara aktif menghambat bakteri Streptococcus pyogenes lebih baik dibandingkan dengan penggunaan obat penisilin.
Pecut kuda diketahui memiliki potensi manfaat sebagai obat keputihan pada wanita. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak tanaman pecut kuda yang telah dijadikan serbuk bisa membantu pertumbuhan jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab keputihan.
Tanaman pecut kuda sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan tradisional di Afrika untuk mengobati berbagai macam penyakit, termasuk demam. Ini karena tanaman pecut kuda memiliki fungsi sebagai antioksidan dan anti-peradangan, meski memiliki zat antivirus yang lemah.
Tanaman ini punya kandungan asam asorbik yang punya sifat antioksidan dan bisa meningkatkan kinerja sistem imun. Fungsi tersebut berpotensi bantu melawan penyebab infeksi yang juga bisa menimbulkan demam, seperti virus Covid-19.
Ekstrak dari tanaman pecut kuda diketahui bisa membantu mempercepat penyembuhan luka. Melalui sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus, luka yang terbuka dapat tertutup kembali dengan sempurna pada hari ke-12 setelah penggunaan salep dari ekstrak tanaman pecut kuda 5%.
Baca juga : Genjer Tanaman Gulma yang Manfaatnya Tidak Kalah dari Sayuran Hijau Lain
Air perasan dan bubur tanaman pecut kuda dinilai berpeluang meredakan sejumlah gejala pada kulit, seperti ringworm, bisul, dan kulit mengelupas. Cara pakainya pun tidak sulit. Anda cukup tempelkan air perasan atau bubur secara langsung pada kulit. Dan beberapa manfaat lainnya.
Meski terbukti memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, daun pecut kuda tetap perlu digunakan dengan hati-hati. Ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan daun pecut kuda, di antaranya sebagai berikut, penggunaan bubur secara langsung pada kulit bisa menimbulkan iritasi dan ruam. Lebih baik digunakan bersama dengan sesuatu yang bisa mendinginkan kulit, misalnya es batu.
Konsumsi suplemen secara berlebihan berisiko menyebabkan mual dan muntah. Perlu diingat sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter sebelum memanfaatkan daun pecut kuda sebagai tanaman obat untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan terjadi. (Ramlee)