Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan organisme air tawar yang memiliki bentuk dan ukuran kecil serta ramping dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya yang kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan si Rambut Emas Merah. Warna merah pada tubuh cacing sutera dikarenakan adanya Erytrocruorin yang larut dalam darah.

Cacing sutra merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk pakan ikan. Cacing ini sangat dibutuhkan terutama pada fase awal pembenihan ikan air tawar. Tidak hanya ikan air tawar untuk konsumsi, cacing sutra juga dibutuhkan oleh ikan hias.

Karena bentuk cacing sutra yang lembut dan kecil sehingga bisa dikonsumsi oleh ikan-ikan yang ukurannya kecil atau baru menetas sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan tersebut. Kandungan nutrisi pada cacing sutra sangatlah baik untuk menunjang pertumbuhan ikan.

Cacing Sutera sering juga disebut dengan si Rambut Emas Merah

Peranan cacing sutera hingga kini belum tergantikan, walaupun pakan ikan yang baru menetas bisa juga menggunakan kutu air tetapi dalam pengaplikasiannya lebih mudah dengan cacing sutra, peternak juga dapat dengan mudah melakukan kontrol kondisi pakan, karena bentuk cacing sutera yang lebih mudah terlihat dengan mata telanjang dari paka kutu air.

Baca juga : Mengikuti Kontes Ikan Louhan Diperlukan Pemahaman akan Penilaiannya

Cacing sutera termasuk dalam kelompok cacing-cacingan (Tubifex sp.). Dalam ilmu taksonomi hewan, cacing sutera digolongkan dalam kelompok nematoda, atau hewan tingkat rendah karena tidak memiliki tulang belakang (invertebrata). Nama sutera disematkan karena cacing ini memiliki tubuh yang lunak dan sangat lembut seperti sutera.

Siklus hidup Cacing Sutera

Selain mendapatkan julukan sebagai cacing sutera, cacing ini biasa disebut juga sebagai cacing rambut karena bentuk tubuhnya yang panjang menyerupai rambut. Warna tubuh cacing sutera adalah merah, sehingga pada lokasi yang terdapat koloni cacing sutera dalam jumlah banyak, airnya akan terlihat berwarna merah. Apa lagi ketika pagi dan sore hari.

Sesuai dengan karakteristiknya, cacing sutera menghindari cahaya terang, sehingga ketika sinar matahari bersinar dengan intensitas penuh, cacing sutera akan membenamkan tubuhnya ke dalam tanah/lumpur menghindari terpaan sinar matahari dan mulai aktif kembali pada malam hari (nocturnal).

Cacing sutera ini merupakan salah satu jenis bentos (bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan dengan melekat atau membenamkan diri di sedimen). Yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut, kepalanya terkubur dan ekornya melambai-lambai dalam air, kamudian bergerak dan berputar-putar.

Cacing yang hidupnya berkoloni ini, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara. Yang membedakan dengan cacing jenis cacing lumpur adalah cacing sutera memiliki bulu dan ekornya selalu melambai-lambai.

Cacing Sutera hidup berkoloni

Ketika ada getaran atau gerakan pada permukaan air, cacing sutera akan segera masuk ke dalam media/ lumpur untuk melindungi dirinya, karena merasa hal tersebut adalah gangguan atau ancaman. Umunya cacing sutera bisa hidup di substrat lumpur dengan kedalaman 0-4 cm.

Baca juga : Ikan Manfish, Ikan Hias Air Tawar yang Cantik dan Anggun Penghias Akuarium

Seperti hewan air lain, air memegang peranan penting untuk kelangsungan hidup cacing ini. Sekitar 90% cacing sutera menempati daerah permukaan hingga kedalaman 4 cm. Tetapi pada saat remaja (juvenile) atau dengan bobot kurang dari 0,1mg berada di kedalaman 0-2 cm.

Mencari Cacing Sutera di aliran sungai dangkal

Ketika belum dewasa (immature), dengan bobot 0,1-0,5 mg berada di kedalaman 0-4 cm dan saat dewasa (mature), dengan bobot lebih dari 5 mg ada di kedalaman 2-4 cm. Pada kedalamanan tersebut terdapat perbedaan ukuran partikel sumber nutrisi cacing sutera, partikel-partikel yang dimakan cacing sutera berukuran < 63 µm.

Cacing sutera hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis. Tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran pencernaan. Hidup di perairan tawar dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan kaya akan bahan organik.

Makanan utamanya adalah zat-zat organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut. Kebiasaan cacing sutera yang berkoloni antara satu individu dan individu lain sehingga sulit untuk dipisahkan. Famili tubificid ini membuat tabung pada lumpur untuk memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya.

Oksigen tersebut diperoleh dengan cara tubuh bagian posterior menonjol keluar dari tabung dan bergerak secara aktif mengikuti aliran air. Gerakan aktif bagian posterior cacing sutera dapat membantu fungsi pernafasan. Cacing sutera dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung bahan organik tinggi.

Cacing Sutera yang diambil dari perairan dangkal

Hidup di dasar perairan sungai atau parit selokan yang airnya selalu mengalir. Cacing sutera dapat hidup pada perairan tercemar, pada kondisi ini cacing sutera mampu bertahan hidup karena kemampuannya untuk melakukan respirasi pada tekanan oksigen yang rendah. Cacing sutra mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 20-29 ºC, tetapi suhu optimal yang diperlukan bagi cacing sutra berkisar antara 20-30 ºC.

Baca juga : Platy, Ikan Hias Air Tawar Mungil yang Cantik

Cacing sutera ini merupakan jenis hermaprodit, memiliki dua jenis alat kelamin berupa testis dan ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI dengan reproduksi umumnya dengan cara seksual. Namun, untuk membuahi sel telurnya diperlukan sperma dari cacing lainnya dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Selanjutnya, telur hasil perkembangbiakannya dibuahi oleh kelamin jantan yang telah matang.

Budidaya Cacing Sutera

Telur-telur cacing sutera berada di dalam wadah yang dinamakan kokon. Perkembangan telur cacing sutera terjadi di dalam kokon yang berbentuk bulat telur, panjang 1mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh (kitelium). Tubuhnya sepanjang 1-2 cm terdiri dari 30-60 segmen atau ruas.

Telur yang ada di dalam tubuh mengalami pembelahan yang selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari, embrio cacing sutera akan keluar dari kokon. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur di dalam kokon sampai menetas menjadi embrio cacing sutra 10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur, menetas hingga menjadi dewasa dan mengeluarkan kokon membutuhkan waktu sekitar 50-57 hari. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *