Burung branjangan (singing bushlark) merupakan salah satu burung kicauan yang pandai menirukan suara burung lain. Meskipun sesungguhnya suara alasan (lagu asli burung itu di alam) hanya terdiri dari tiga potongan lagu utama, yakni “tit” “cek” atau “cik” dan “tir”.
Keistimewaan branjangan yang tidak dimiliki burung lain adalah kemampuannya berkicau sembari hovering (terbang di tempat). Di alam bebas, burung ini suka terbang secara memanjat (terus membumbung ke atas) sembari berkicau sampai tidak terlihat, dan tiba-tiba sudah meluncur sampai di tanah.
Branjangan memiliki kerabat begitu banyak. Termasuk Alaudidae dengan 75 jenis dalam kerabatnya. Burung ini termasuk burung tanah, yang dalam istilah asingnya ’bushlark’ yang artinya burung semak kecil yang periang.
Makanan utamanya biji-bijian, padi, serangga, dan pucuk tanaman muda. Jika sudah musim berkembang biak tiba, pada bulan Maret hingga September, dan masa puncak dari mulai Maret sampai Agustus, branjangan cepat sekali melakukan perkawinan dan bertelur hampir tiap bulan.
Burung jenis ini di habitat aslinya sangat menyukai tempat kering di area tanah gersang atau tanah yang kondisinya setengah kering. Suka dengan wilayah rumput, stepa, atau wilayah berbatu karang dan juga gunung pasir.
Pada umumnya di Pulau Jawa, bila musim tebang tebu dan musim petik kedelai, branjangan kerap muncul dan menyusun sarang di tempat-tempat kering serta bebatuan. Kicauannya terdengar nyaring dan kadang dengan gayanya yang unik menjadi hiburan tersendiri untuk para petani tebu.
Baca juga : Sogok Ontong, Salah Satu Jenis Burung Kicau Andalan untuk Dijadikan sebagai Masteran Burung Berkicau Lainnya
Burung yang suka bertengger di atas batu ini, asal mulanya dari benua Asia dan juga Afrika. Di Indonesia branjangan banyak berkembang di daerah Jawa, Irian Jaya, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan juga Bali. Salah satu jenis branjangan yang sering dikenal di kalangan pecinta burung di Indonesia yaitu Mirafra Javanica.
Saat ini Branjangan yang banyak temui di pasaran sedikit sekali yang berasal dari tanah Jawa, yang terkenal dengan burung branjangannya yang baik. Namun kini branjangan yang ada di pasar banyak berasal dari daerah Nusa Tenggara maupun Sumatera.
Di kalangan penghobi burung Indonesia, branjangan yang populer adalah yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya dari Jawa Tengah (Petanahan dan Kali Ori) dan Jogja (daerah Wates). Burung dari kawasan ini memiliki ciri-ciri yang disukai penggemar branjangan.
Burung branjangan dari Kawasan itu mempunyai mental yang baik, bodi yang besar, dan volume suara yang keras. Selain itu mempunyai variasi suara yang beragam, serta corak batik atau warna yang menarik, kemerahan atau kekuningan.
Di Pulau Jawa, branjangan dibagi dalam beberapa daerah penyebaran, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Untuk wilayah Jawa Barat maka yang menjadi maskot bagi penggila Branjangan adalah yang berasal dari daerah Sapan. Burung dari daerah Sapan terkenal dengan suaranya yang nyaring melengking dan kristal, jambul juga menjadi ciri khas burung ini (jambul patent).
Branjangan dari daerah Sapan jika dilihat dari fisiknya tidak terlalu besar hanya seukuran 12-13 cm. berbeda jika dibandingkan dengan branjangan dari daerah Jawa Tengah yang dapat mencapai ukuran tubuh 12-14 cm. Pola batik burung dari daerah Sapan cenderung berpola lebih gelap dengan corak batik yang berwarna hitam hampir serupa dengan branjangan yang berasal dari daerah NTB dan Sumbawa.
Sementara itu branjangan dari Sri Kayangan, Kulonprogo (Wates) berdaya tarik tinggi karena ciri fisik yang lebih besar dan memiliki warna dan pola batik yang lebih menarik. Sedangkan branjangan dari Nusa Tenggara mempunyai corak warna bulu yang lebih pekat. Ukuran tubuhnya juga tidak sebesar jenis branjangan dari daerah lain, seukuran 10-12 cm.
Ciri-ciri jantan bisa dilihat dari warna tubuhnya coklat agak tajam dan bulunya tebal. Begitu pula warna paruhnya hitam mengkilat. Jika bertemu burung sejenis muncul jambul dikepalanya agak panjang dan lebih gagah.
Baca juga : Cendet, Burung Predator yang Pandai Tirukan Beragam Suara
Branjangan betina warna bulunya agak kusam. Betina juga memiliki jambul, sehingga jangan terkecoh. Bedanya, jambul betina lebih pendek. Volume suaranya sama-sama keras, namun suara betina terputus-putus dan kurang variasinya.
Untuk membedakan jenis kelamin branjangan, bisa juga dilihat dari paruhnya. Pada branjangan jantan, paruh bagian bawah terlihat putih atau terang sementara yang betina terlihat gelap atau hitam atau kecoklatan.
Branjangan kadang hidup sendiri atau dalam kelompok yang tersebar. Umumnya hidup di daerah terbuka, persawahan yang baru di panen, padang rumput dan tanah bekas injakan kerbau yang mengeras, serta semak-semak yang tidak terlalu rimbun. Biasanya berjalan di atas tanah, bernyanyi diatas tanah atau di udara, baik ketika terbang maupun melayang, sambil perlahan-lahan menurun secara vertikal.
Branjangan di alamnya secara teratur memandikan tubuhnya dengan debu atau pasir yang halus. Untuk menarik perhatian betina atau menandakan daerah kekuasannya, Branjangan akan berkicau naik turun bak helikopter, itu berlaku juga ketika branjangan berlaga di arena kontes.
Di setiap daerah cukup berbeda ragam dan postur dari burung cerdas ini, jenis dan type burung branjangan dikelompokan menurut habitat asal muasalnya. Ada empat jenis branjangan yang dikelompokkan sesuai dengan habitatnya, branjangan sawah, branjangan tegalan, branjangan gunung, dan branjangan pantai.
Branjangan sawah mempunyai warna cerah cenderung putih, Branjangan tegalan mempunyai warna putih kekuning-kuningan, branjangan gunung mempunyai dominasi warna yang gelap, sedangkan branjangan pantai mempunyai warna putih kecoklatan dan kuning pucat.
Baca juga : Ciblek, Burung Kecil Ramping Bersuara Nyaring yang Terus Diburu
Ada pendapat bahwa warna dan habitatnya memiliki keterkaitan secara alamiah. Artinya, warna itu cenderung selaras dengan kondisi alam. Di sawah warna cerah selaras dengan lokasi yang terang benderang. Di tegal warna agak suram, sebab tertutup pohon perkebunan. Di hutan warna gelap, sesuai dengan suasana hutan yang rimbun dengan pepohonan besar. Di pantai putih kecoklatan, mirip warna pasir.
Keselarasan warna dengan habitatnya dibutuhkan burung sebagai kamuflase, penyamaran agar tidak gampang dimangsa predator atau ditembak pemburu. Di dunia burung, mata rantai tertinggi ada pada burung-burung besar pemakan daging, seperti elang dan rajawali. burung predator ini biasa memangsa burung yang lebih kecil.
Namun, belum ada penelitian soal keselarasan warna dengan habitatnya. Apakah karena burungnya yang menyesuaikan diri dengan alam sesuai warna bulunya, atau mereka tidak sengaja menyesuaikan diri. Meski begitu untuk mencari branjangan yang berkualitas sekarang sangatlah sulit, selain pemilik branjangan gacor belum atau tidak akan menjualnya, keberadaan di alamnya pun semakin menipis saja. (Ramlee)
[…] Baca juga : Branjangan, Burung Cerdas yang Suka Terbang Vertikal Sembari Berkicau […]
[…] Baca juga : Branjangan, Burung Cerdas yang Suka Terbang Vertikal Sembari Berkicau […]
[…] Baca juga : Branjangan, Burung Cerdas yang Suka Terbang Vertikal Sembari Berkicau […]