Gambas (Luffa acutangula) dikenal juga dengan sebutan oyong atau blustru, merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Biasanya gambas menjadi salah satu isian sop atau sayur bening. Tanaman yang berasal dari India ini telah beradaptasi dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini anggota keluarga Cucurbitaceae yang juga mencakup mentimun dan labu.
Dalam penamaan bahasa Inggris gambas dikenal dengan nama towel gourd. Jika dilihat sekilas mungkin sebagian menganggap bahwa ini adalah pare. Meskipun terlihat mirip, gambas dan pare memiliki perbedaan. Gambas memiliki tekstur kulit yang keras sedangkan pare mempunyai tekstur kulit yang agak lunak dan tidak tajam serta berasa pahit.
Tanaman gambas memiliki akar tunggang dengan akar utama yang lebih besar dibandingkan dengan akar sekunder. Akar tunggang berfungsi sebagai sumbu utama dan penopang, sementara akar lateral adalah cabang akar yang tumbuh dari akar primer dan bergerak kesamping.
Gambas merupakan tanaman semusim dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman ini juga dijumpai di semak, tepi sungai dan pantai. Tanaman ini dapat ditanam di ladang, sawah, dan tegalan.
Baca juga : Pare, Tanaman Berbuah Pahit Kaya Khasiat untuk Kesehatan
Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman ini membutuhkan iklim yang kering dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim dan dalam kisaran suhu 18 – 24 °C. Tanah yang paling ideal bagi budidaya gambas adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi, dan berdrainase baik, serta mempunyai pH 5,5 – 6,8.
Gambas berbatang lunak dengan bentuk segi lima. Tanaman ini tumbuh merambat, serta mempunyai sulur yang digunakan sebagai alat untuk merambat. Gambas memiliki tangkai daun berwarna kuning kecoklatan dengan panjang 3-8 cm, teksturnya berbulu halus dan berlekuk.
Daunnya besar dan berbentuk hati. Daun gambas memiliki bentuk berlekuk (emarginatus), dengan ujung daun meruncing dan tepi daun bergerigi. Warna daun dan tulang daun dapat berbeda, tergantung pada spesies. Helaian pada daunnya bewarna hijau redup dengan panjang 10 cm – 25 cm bertekstur kasar dan bentuknya lonjong (silindris).
Gambas mempunyai bunga, dan bunganya termasuk berkelamin satu (monoecus) yaitu bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Bunganya berwarna kuning, dapat menyerbuk sendiri (self pollination) dan menyerbuk silang (cross pollination).
Buah gambas berbentuk bulat panjang dengan bagian pangkal kecil. Buahnya berukuran panjang 15 cm – 60 cm, lebar 5 cm – 12 cm dengan diameter 5 cm – 8 cm. Tiap buah berbiji banyak, bentuk bijinya gepeng, berwarna hitam dan rasanya pahit. Tiap biji berukuran panjang 0,6-0,8 cm dan lebar 0,5-0,6 cm dengan struktur kulit agak keras.
Pemanfaatan tanaman ini biasanya diolah sebagai sayuran. Bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran adalah buah muda, pucuk daun, dan bakal bunga. Para petani biasanya akan memanen buah oyong pada saat masih muda, ditandai dengan masih segar dan berwarna hijau.
Baca juga : Labu Kuning, Sumber Pangan Fungsional Asal Benua Amerika yang Manis Rasanya
Karena apabila dipanen pada saat sudah tua, maka biasanya akan semakin mongering dan tentu tidak akan enak untuk diolah menjadi makanan. Buah yang sudah tua berwarna hijau kecoklatan hingga kuning coklat, dan kulit biji berwarna hitam dan keras.
Namun walaupun sudah tua/kering buahnya masih bisa dimanfaatkan sebagai sabut pencuci, bahan penyaring kasar. Bagian dalam dari buah yang sudah masak terdapat anyaman sabut yang rapat. Sabut ini sering digunakan sebagai spons alami.
Sayuran ini juga memiliki beragam zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan nutrisi pada gambas antara lain karbohidrat, karoten, lemak, protein, asam amino, alanine, arginine, sistin, asam glutamate, glisin, hidroksiprolin, serin, triptofan, asam pipekolat, flavonoid dan saponin.
Dalam buah gambas juga terdapat kandungan senyawa yang memberikan rasa pahit yakni luffein. Tanaman gambas dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bagian dari tanaman gambas yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat yaitu buah, biji, daun, akar, dan batangnya. Diantaranya diabetes, penyakit kuning, infeksi kurap, disentri, wasir, sakit kepala, dan kusta.
Berbagai sumber menyatakan buah gambas dapat digunakan mengatasi rematik, nyeri sendi, otot, dan nyeri dada. Juga dapat memperbanyak air susu ibu (ASI) serta menghilangkan jaringan kulit mati. Buah gambas secara empiris diketahui memiliki efek diuretik (meluruhkan kemih), menghilangkan bengkak dan dapat menurunkan tekanan darah.
Di beberapa bagian di Afrika Barat, ekstrak daun gambas dimanfaatkan untuk mengobati luka yang disebabkan oleh cacing. Getah daunnya bahkan secara tradisional digunakan sebagai pencuci mata untuk mengobati radang mata. Buah dan biji gambas di daerah tertentu di Afrika dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk berbagai penyakit, termasuk penyakit kelamin.
Baca juga : Okra, Sayuran Kekinian yang Kaya Serat dan Nutrisi
Gambas adalah salah satu jenis sayuran rendah kalori karena tidak mengandung lemak jenuh atau kolesterol serta tinggi serat. Kandungan serat dalam oyong dapat membantu mengatur pergerakan usus, mencegah sembelit, dan membuat Anda merasa kenyang lebih lama. Selain itu, oyong juga mengandung enzim yang membantu pencernaan dan meningkatkan kesehatan usus.
Berbeda dengan di Indonesia yang masih menganggap gambas sebagai komoditi sayuran minor, Thailand sudah mengekspor gambas ke beberapa negara Eropa untuk komunitas warga Asia yang menetap di Eropa. Serat dari buah tua dari gambas jenis tertentu, ternyata juga menjadi komoditi ekspor yang menjanjikan.
Serat buah tua gambas dimanfaatkan sebagai penyaring minuman keras lokal seperti arak palem. Spons gambas ini di beberapa negara di Afrika, biasa dijual di pasar-pasar, bahkan di pasar swalayan. Serat dari jenis gambas tertentu ini di beberapa negara sudah menjadi bahan baku industri untuk pembuatan topi. Jepang dan Brasil, contohnya, adalah pengekspor loofah sponges untuk Amerika Serikat. (Ramlee)