Kembali Pengda PPPPSI Bali selenggarakan latbernil puter pelung di Gantangan Gunung Galunggung, Ubung Kaja, Denpasar Utara, pada Minggu, 16 Oktober 2022. Puluhan peserta, tampak antusias menghadiri undangan panitia.
Kegiatan kemarin menjadi pembuktian, bahwa hobi anggungan burung puter pelung di Pulau Bali masih tetap diminati dan kembali menunjukkan eksistensinya. Hanya dengan tetap menggelar acara seperti itulah geliat hobi ini akan tetap semarak.
“Hari ini gelaran kami mendapatkan dukungan penuh dari peserta. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas apa yang sudah diberikan peserta,” terang Made Tendha selaku Ketua Pengda Bali. “Apa yang bisa kita saksikan hari ini adalah bentuk kekompakan dan kerjasama panitia dan peserta, sehingga mereka berkenan hadir dan ikut meramaikan kegiatan.”
Dan seperti kegiatan latbernil Pengda Bali yang sudah-sudah, selalu mengangkat tema menarik dalam setiap gelarannya. Kali ini bertema Latbernil Gita Lestari Nyanyian Alam. Sebuah tema yang sarat akan makna di dalamnya. Sebuah ajakan bersama untuk melestarikan keberadaan puter pelung di Nusantara.
Menurut I Gede Yudana, salah satu pengurus daerah Bali bahwasanya Gita Lestari Nyanyia Alam yang dimaksud adalah, dengan berkumandangnya suara puter pelung, alam semesta turut berbahagia. Sehingga Tuhan memberkati kita sebagai umat-Nya.” “Kita mengabdikan diri untuk melanjutkan tugas leluhur dalam melestarikan puter pelung.” tutur Yudana.
Sementara jalannya acara ini cukup lancar. Bahkan antar peserta baik itu puter pelung mania lama maupun pemain baru, terlihat cukup gayeng dengan suasana persaudaraan yang sangat akrab. Tali silahturahmi antar penghobi rupanya makin erat.
Tapi tidak demikian dengan jago-jago yang digantang. Lihat saja, sejak peluit babak pertama dimulai semua gaco saling pamer anggung suara emasnya. Demi mendapat perhatian dan mendapat nilai tertinggi dari tim juri yang bertugas.
Secara keseluruhan, acara dan penjurian berlangsung tanpa kendala. Panitia dan para pemain juga sangat puas dengan lomba. Sementara itu, dari dalam arena dikabarnya bahwa persaingan perebutan posisi kejuaraan berlangsung seru dan sedikit menegangkan.
Cuaca mendung mewarnai acara dari awal hingga berakhir. Suasana yang syahdu tersebut ternyata justru semakin meningkatkan semangat peserta untuk larut dalam kegiatan tersebut. Panitia melombakan dua kelas pada kesempatan kali ini, yakni kelas Madya dan Utama.
Area gantangan dibagi menjadi dua blok, dengan masing-masing blok menandingkan kelas Madya dan Utama, ya kedua kelas ini dilangsungkan penilaian secara bersamaan. Persaingan ketat langsung ditunjukkan para kontestan di kelas Utama.
Tidak kurang ada sebelas burung sukses meraih bendera empat warna. Pada babak kedua pembuktian siapa yang jadi terbaik di kelas ini berjalan semakin sengit. Ini setelah tiga burung tampak mendapatkan bendera lima warna nilai 43 ¾, yakni burung-burung di gantangan 9, 10, dan 27.
Memasuki babak ketiga, perolehan lima warna menyisakan dua burung saja. Gantangan nomor 10 mengendor dengan hanya mendapatkan empat warna saja. Dengan kondisi seperti ini penentuan juara harus dituntaskan hingga akhir.
Dan setelah para jago-jago tersebut bersaing ketat selama empat babak penuh. Akhirnya di kelas Utama, Barata bergelang Barata 590 yang jadi andalan KBA BF Kong Black dari Jembrana berhasil menembus podium tertinggi, sebagai juara pertama.
Barata yang dikawal langsung oleh Kong Black itu, sukses merebut posisi terdepan dengan torehan nilai 43½ dan 43 ¾ di tiga babak berikutnya. Barata di gantangan nomor 9 tampil begitu mempesona sejak babak kedua dan menutup babak keempat dengan kembali menorehkan capaian yang sama membuatnya tak terkejar para pesaing.
Sedangkan Ningrat besutan I Made Suta dari Padang Sambian di gantangan nomor 27, harus puas merebut posisi runner up. Burung puter pelung ternakan PDS 015 tersebut mendapatkan nilai 43 ½, 43 ¾, 43 ¾, dan 43 ½.
Tiga besar ditutup oleh Petir ring KBA 009 di gantangan nomor 10 debutan KBA BF Kong Black Jembrana lainnya. Petir sebenarnya tidak tampil mengecewakan. Dengan memperoleh nilai yang sama dengan sang runner up tetapi kalah di nilai aduan. Kong Black jauh-jauh dari Jembrana berhasil menampilkan gaco-gaconya untuk tampil begitu ciamik dan berbuah prestasi baik.
Sementara itu pada saat yang sama, kelas Madya menyajikan pertarungan burung-burung yang hampir memenuhi separuh kapasitas gantangan, juga menyuguhkan pertarungan yang lumayan sengit. Tidak seketat di kelas Utama, memang.
Di kelas ini, hanya ada tiga burung yang bersaing ketat sejak babak pertama dinyatakan dimulai. Ketiganya secara intens mampu meraih bendera empat warna dengan nilai 43 ½ tersebut. Burung-burung itu ada di gantangan 37, 50, dan 58. Terus menjaga asa menjadi yang terbaik seusai babak kedua.
Panitia memberikan waktu istirahat sejenak kepada juri yang bertugas selepas babak kedua. Sajian nasi Jinggo untuk santap siang, menambah keakraban diantara peserta. Beberapa harapan juga terlontar. Seperti yang diutarakan oleh AKBP (Purn) I Ketut Wijana SH, seorang pemula yang begitu bersemangat.
“Sudah mulai ada peningkatan. Pemula sudah berani tampil walaupun sifatnya sebagai penggembira.”
“Tetapi tidak sedikit yang mendapatkan juara juga. Semoga bisa lebih maju lagi,” lanjut pemilik WPG BF. “Memang masih ada yang belum berani ikut turun bertanding karena takut kalah. Sebaiknya perasaan seperti itu dihilangkan, lebih baik ikut saja dahulu biar tahu sampai sejauh mana kualitas burung yang ada.”
Imam Hariadi pemilik Elha BF yang juga hadir mengamini apa yang diutarakan oleh Ketut Wijana. “Semoga gelaran lomba seni suara puter pelung yang ada di Bali ini bisa lebih semarak lagi. Yang penting ikut dahulu, agar bisa sekalian mengukur kemampuan jika ingin berprestasi.”
Acara makan siang bersama dengan sajian nasi Jinggo khas Bali. Para penghobi menikmati sajian sederhana tersebut. Canda tawa sering kali pecah. Tak ada kendala berarti selama acara berlangsung dan suasan terlihat guyub, rukun serta kondusif. Semua peserta menerima apa yang jadi keputusan tim juri yang bertugas.
Memasuki babak ketiga, tensi persaingan meningkat. Ini karena kini ada lima burung yang berhasil mendapatkan bendera empat warna, mencoba mengganggu kesempatan juara ketiga burung yang sebelumnya mendominasi.
Pada babak terakhir, ketegangan meningkat seiring adanya enam burung yang berhasil mendapatkan empat warna. Diantaranya ada terlihat terselip bendera usulan untuk disetujui oleh koordinator juri menjadi lima warna.
Setelah melewati empat babak penjurian, akhirnya perumus memutuskan posisi kejuaraan. Di kelas Madya ini, Bimaniyu orbitan I Ketut Wijana dari Denpasar bergelang Nero yang digantang pada nomor 54 sebagai juara pertama.
Sukses ini tidak lepas dari penampilan Bimaniyu yang menggila pada dua babak akhir sebelum akhirnya menutupnya dengan raih bendera lima warna. Keberhasilannya ini sekaligus menggagalkan persaingan sengit tiga burung sedari babak pertama.
Disusul kemudian Taksaka andalan Nesa Serangan ring KDR 527 yang menempati nomor gantangan 58 sebagai juara kedua. dan menutup urutan ketiga besar ada Wirasaba amunisi AA Wiranata, hasil ternakan Gita Bali BF pada gantangan nomor 50.
Made Suka Ardhana Ketua IV Pengda Bali, yang ditemui awak media menuturkan bahwa kualitas burung yang dilombakan terlihat semakin baik, pun demikian dengan antusias pesertanya. Meskipun jika dihitung tidak kurang dari 30 peternak yang telah terdaftar dan memiliki plakat PPPPSI, namun yang hadir di gantangan masih minim.
“Semoga yang telah terdaftar di PPPPSI merasa tergerak untuk ikut memajukan hobi puter pelung di Bali. Hanya dengan mengikuti kegiatan semacam latbernil inilah kualitas burungnya dapat diukur sebaik apa,” ungkap Made Suka Ardhana.
“Ya, mudah-mudahan kegiatan lomba puter pelung di Bali semakin ramai. Biar bisa lebih greget lagi, sehingga nantinya bisa ikut bersaing dengan pemain-pemain dari Pulau Jawa,” harap Made Suka Ardhana. “Mungkin nanti di bulan Desember, bertepatan dengan hari jadi Pengda PPPPSI Bali bisa tergelar lomba besar puter pelung,” kata Made Suka Ardhana menutup obrolan. (Ramlee/Elh)