Latpres Pengcab PPPPSI Banyumas yang digelar pada Minggu, 29 September 2024 mampu menghadirkan tontonan yang menarik dan bisa dinikmati. Peserta memadati Gantangan Peci Mas Sokawera – Banyumas, lokasi gelaran bertajuk Anniversary 2Th Pengcab Banyumas.
Para penghobi puter pelung dari Temanggung, Banjarnegara, Wonosobo, Purbalingga, Tegal, Tasikmalaya, dan Banyumas sendiri tentunya. Hadir pula para penggila lomba dari Cilacap, Purworejo, Sleman, dan Jogjakarta. Mereka yang hadir merasa sangat menikmati jalannya acara. Salah satu peserta mengaku bisa mendengarkan suara burung yang sebenarnya.
Teriakan yang biasanya terjadi di lomba-lomba serupa sama sekali tidak ditemui. Kalaupun ada suara dari peserta, kondisinya masih sebatas wajar dan tidak berlebihan. Hary Bawor, selaku Ketua Panitia mengaku senang dengan tidak terdengarnya suara teriakan peserta.
“Lomba hari ini sepi tanpa teriakan peserta. Alhamdulillah saya ikut senang dan bangga,” jelas Hary Bawor. Kondisi tersebut disebabkan selain pada dasarnya para penghobi puter pelung di sekitaran Banyumas ini menikmati jalannya acara, juga kehadiran kwok mania dari luar Banyumas dengan burung-burung gacoannya yang begitu syahdu suara anggungnya.
Menurut Hary Bawor, diadakannya lomba puter pelung dalam rangka silahturahmi dengan penghobi dari berbagai kota. Yang lebih penting kesempatan untuk berbagi ilmu cara mencetak puter pelung berkualitas, seperti yang di paparkan oleh Pak Boy dari Jogjakarta kepada komunitas puter pelung di Banyumas.
Di awal kegiatan, seperti biasanya, juri dan panitia serta pengurus duduk bareng untuk memastikan acara penjurian yang akan dilaksanakan sudah sesuai dengan aturan atau tidak. Lek Sodiq, juri senior dari Jogjakarta pun memberikan arahan agar proses penilaiannya nanti berjalan lancar.
Juri senior tersebut mewanti-wanti juri untuk berlaku jujur, menilai burung apa adanya. “Saya selalu tekankan pada juri-juri semua agar menilai burung apa adanya, sebab jika suatu saat ada komplain dari peserta dengan memberikan nilai tidak sesuai, maka juri yang harus bertanggungjawab,” ungkap Lek Sodiq.
Panitia sendiri merasa terkejut dengan animo kwok mania yang datang memenuhi undangan panitia. Seluruh slot gantangan yang disediakan habis terisi. Panitia membuka dua kelas, yakni kelas Bebas dan kelas Pemula. Kedua kelas ini dimainkan secara bersamaan.
Penjurian dilaksanakan selama 4 babak dengan waktu 25 menit di setiap babaknya. Hadirnya gaco – gaco dari luar kota menambah serunya pertarungan untuk membuktikan siapa yang jadi terbaik. Kemampuan para juri juga akan semakin meningkat dengan diundangnya Lek Sodiq, juri senior dari Jogyakarta. “Semoga kegiatan serupa bakal semakin berkualitas,” harap Krida Tya Yudha peserta dari Purworejo.
Sesuai prediksi, pertarungan pun berjalan menarik. Para jawara bekerja maksimal memperdengarkan suara emasnya di hadapan para juri yang bertugas. Burung-burung trah juara nasional yang bertarung memperebutkan podium pertama di kelas Bebas, menjadi perhatian utama para peserta.
Seusai babak kedua, panitia memberikan istirahat sejenak kepada juri. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh para kwok mania untuk mendengarkan secara langsung burung-burung yang mampu meraih bendera enam warna. Mereka begitu antusias saat diberikan kesempatan oleh panitia buat memantau secara langsung dari jarak dekat.
Diantara mereka segera merekam beberapa burung yang tampil mempesona. Secara tidak langsung kegiatan tersebut menjadi edukasi akan burung-burung berkualitas, sehingga nantinya mereka tahu apa yang harus dilakukan agar bisa lebih berprestasi. Lomba pun berjalan fair play.
Cuaca cerah dan cenderung panas semakin menambah semangat para peserta yang berada di atas gantangan untuk mempertontonkan kemerduan suaranya. Empat babak penjurian yang diberikan, akhirnya memutuskan perolehan juara.
Di kelas Bebas, burung-burung bergelang Boss mendominasi penjurian. Gaco-gaco yang dibawa oleh Team Djaggo, dari lima ekor yang dilombakan empat diantaranya meraih hasil maksimal dengan menempati posisi empat besar.
Untuk posisi pertama berhasil menjadi milik Maha Dewi bergelang Boss 200 yang digantang pada nomor 46 setelah meraih bendera enam warna empat kali. Disusul kemudian Gong 2000 ring Boss 2000, yang berada di nomor gantangan 44 dengan raihan bendera enam warna tiga kali.
Tempat ketiga dimenangkan Kyu – Kyu ring Boss 99 yang digantang pada nomor 60, setelah meraih bendera lima warna empat kali. Menutup posisi empat besar ada Mahesa Jenar ring Boss 409 di gantangan 48 dengan raihan bendera lima warna tiga kali.
Team Djaggo sendiri bisa dikatakan penghobi puter pelung baru yang tertarik ikut turun ke arena lomba. Meskipun pemula namun burung yang ditampilkan mempunyai kualitas yang sangat membanggakan. Seekor lagi jagoan yang dibawa tidak mau bekerja karena sebenarnya sedang mengeram.
Pada kelas Pemula, juara pertama berhasil diraih Blandring debutan Arahiwang BF dari Purworejo, burung ternakan Arahiwang 034 yang menempati nomor gantangan 8. Urutan kedua berhasil diraih oleh Jazz ring Fajiga 200 orbitan Ibnu Purworejo di gantangan 16. Posisi ketiga ada Ventura ring Arahiwang 003 milik Arahiwang BF.
Di akhir acara, Hary Bawor mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu jalannya latber puter pelung Banyumas. “Terima kasih atas kehadiran teman-teman kwok mania semua,” ujar Hary Bawor. “Terima kasih teman-teman dari luar kota seperti Yogyakarta, Purworejo, Wonosobo, dan teman teman Barlingmas semuanya,” tutup Hary Bawor. (Ramlee/BB)