Burung kacer adalah salah satu burung berkicau yang cukup banyak penggemarnya. Burung ini mempunyai kicauan yang sangat merdu, lantang, dan mempunyai variasi suara yang lebih dibandingkan dengan burung berkicau jenis lainnya. Selain suara kicaunya yang khas, ada gaya khas dari kacer yang menjadi primadona para penggemar burung berkicau tanah air.
Burung kacer mempunyai karakter fighter atau petarung. Burung ini cenderung agresif terhadap burung lain yang dianggap sebagai “pesaing”, ketika burung kacer (jantan) harus melindungi daerah teritorialnya. Juga pada saat berkompetisi mendapatkan pasangan dan tempat bersarang.
Hal ini terlihat dari perilaku burung kacer jantan yang suka melakukan atraksi seperti berdiri di atas batu atau ranting sambil memperlihatkan warna bulunya dan bersuara nyaring untuk mengusir burung lain yang masuk ke wilayahnya. Pada saat berkicau, burung kacer mempunyai gaya unik yang sering disebut oleh kicau mania dengan gaya ngobra.
Yakni ketika burung kacer ini berkicau sambil membuka ekornya. Sehingga penampilannya semakin terlihat gagah. Gaya ngobra atau buka ekor ketika burung kacer berkicau merupakan salah satu tanda burung memiiki mental yang bagus, terutama dilakukan pada waktu dilombakan. Namun, terkadang bayak dijumpai (ketika lomba) burung kacer hanya gacor saja dan kurang ngobra atau tidak ngobra sama sekali.
Baca juga : Kacer, Burung Bersuara Merdu yang Mampu Menirukan Suara Burung Lain
Burung ini disukai banyak orang, sekaligus paling banyak menimbulkan masalah. Salah satunya adalah ketika mbagong. Bahkan ada ungkapan di kalangan kicau mania, yaitu “jangan pelihara kacer kalau tidak mau mbagong“. Ungkapan ini bisa memberi semangat bagi para kacer mania yang sering mengeluhkan gaconya selalu menunjukkan perilaku mbagong.
Mbagong adalah perilaku burung kacer yang menandakan kondisi atau mentalnya sedang down. Perilaku ini ditandai dengan mengembangkan bulu dada dan perutnya. Burung kacer mbagong mempunyai penampilan yang kurang bagus. Suara yang dihasilkan jadi kurang merdu. Ciri lain yang bisa dilihat jika kacer mbagong adalah bulu mengembang seperti balon, mendongakkan kepala seperti kuda laut, ekor menekuk kebawah dan suara yang tidak bervariasi.
Hingga kini penyebab kacer mbagong masih menjadi pertanyaan bagi para kicau mania, meski sebenarnya perilaku itu berkaitan dengan perawatan dan karakter burung itu sendiri. Ketika burung kacer berada dalam kondisi kurang fit, stres, maupun ngedrop mentalnya maka sifat fighternya cenderung tidak muncul. Jika dipaksakan, burung cenderung mbalon atau mbagong. Untuk mengembalikan sifat tempurnya, maka harus bisa memunculkan kembali mental bertarungnya.
Kebanyakan burung kacer pasti mbagong dan itu tidak dapat dipungkiri karena sudah bawaan dari alamnya. Menurut beberapa pemain, bahwa burung kacer yang bagus-bagus di lapangan lomba sepintas memang tidak mbagong, tetapi jika dilihat sehari-harinya mesti akan sempat mbagong cuman yang terpenting adalah perawatan dan penguncian di lapangan yang harus ekstra ketat.
Ada beberapa penyebab kacer mbagong, diantaranya adalah akibat extra fooding (EF) berlebihan. Untuk memastikan apakah kacer kita mbagong akibat pemberian EF secara berlebihan, patokan yang bisa digunakan adalah porsi pemberian jangkrik. Jika burung selama ini diberi jangkrik dengan porsi lebih dari 3 ekor pada pagi hari dan 3 ekor pada sore hari, maka terapi pertama adalah menurunkan porsinya ke level standar tersebut, yakni 3/3.
Setelah lima hari, porsi jangkrik dinaikkan lagi menjadi 4/4. Kemudian, pada hari ke-10, porsi jangkrik kembali dinaikkan menjadi 5/5. Setelah 2 minggu menjalani terapi, kacer bisa dicoba ke lapangan. Bagi yang tidak biasa melombakan burung, bisa ditrek dengan kacer lain. Nah, apabila penampilan kacer selama di lapangan atau ditrek tidak berubah, dalam arti masih saja mbagong, maka porsi jangkrik tetap dipertahankan 5/5, ditambah 2-3 ekor ulat bumbung. Biasanya, pemberian ulat bumbung sangat membantu mengatasi kacer mbagong.
Baca juga : Decu, Burung Kecil Mirip Kacer dengan Kicauan yang Nyaring
Mbagong juga bisa disebabkan kondisi kacer yang tidak fit. Untuk memastikannya, bisa dilihat kotorannya (feces). Jika kacer sebelumnya jarang mbagong, kemudian menjadi sering mbagong, disertai dengan mencret (kotoran banyak mengandung air), maka kemungkinan besar penyebabnya memang karena kondisi kurang fit.
Tetapi mencret pun bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti cacingan, burung stres, dan bisa juga akibat faktor lain seperti penyakit. Jika mencret akibat cacingan, biasanya pada kotoran terlihat ada gelembung-gelembung. Maka jika itu yang terjadi bisa segera mengobatinya dengan obat cacing.
Kalau mencretnya akibat stres, maka harus segera diperiksa apakah lingkungan kandang memang nyaman bagi burung. Bisa juga mengingat kembali, apakah pernah mengganti voer dengan merek lain. Pasalnya, burung kacer ini sangat sensitif dengan perubahan pakan, termasuk pakan kering seperti voer.
Mbagong juga bisa terjadi akibat pergantian sangkar dan tenggeran. Karena terkadang penggemar kacer sering gonta-ganti sangkar, terutama jika ada model sangkar baru yang menarik minatnya untuk segera dibeli. Begitu pula dengan tenggeran yang terkadang diganti tanpa memperhatikan bahwa burung sebenarnya sudah merasa nyaman.
Karena itu, jika kacer yang sebelumnya anteng, atau kalapun mbagong tidak terlalu sering, kemudian terlalu sering mbagong setelah pergantian sangkar dan / atau tenggeran, maka solusi terbaik adalah mengembalikan suasana seperti dulu. Artinya, sangkar dan / atau tenggeran tidak perlu diganti dulu.
Mbagong akibat mandi tidak intensif. Pengemar burung kacer, sering kali terkendala waktu, sehingga tidak semuanya bisa merawat burung secara intensif. Misalnya, karena keterbatasan waktu, burung dimandikan ketika pemilik punya waktu luang. Karena mandi yang tidak bisa teratur, sementara kacer sebenarnya membutuhkan mandi, maka ada ketidaknyamanan yang dialami burung tersebut.
Baca juga : Mandi Pasir, Kebiasaan Burung untuk Membersihkan Bulu dan Menghilangkan Kutu
Dampaknya, kacer kemudian sering memekarkan bulu-bulu tubuhnya, kepala ditekuk ke belakang, seperti kepala kuda laut yang ada di perairan laut. Padahal, kacer perlu dimandikan sesuai dengan waktu yang diinginkannya. Misalnya burung lebih senang mandi pagi, siang, atau sore/malam hari. Ketikabisa memberi kesempatan kepada burung untuk mandi sesuai dengan waktu yang diinginkannya, burung pun merasa nyaman.
Untuk mengetahui waktu mandi yang tepat bagi individu kacer tertentu, bisa dicoba dengan memasukannya ke karamba mandi pada pagi hari. Kalau burung mau mandi, berarti burung senang mandi di pagi hari. Jika kacer tidak mau mandi pada pagi hari jangan dipaksa, apalagi sampai disemprot dengan air . Bisa mencobanya lagi pada siang hari dengan cara yang sama. Kalau tetap tidak mau, dicoba lagi pada sore atau malam hari.
Burung yang sudah mau mandi pagi, bisa dimasukkan kembali ke karamba mandi pada siang dan sore hari, untuk mengetahui apakah dia juga suka mandi siang dan sore hari. Karena itu, dalam perawatan harian, ada kacer yang mau mandi 1-3 kali sehari, dan ada juga yang hanya dua hari sekali, atau bahkan dua kali dalam seminggu. Semua ini harus didasarkan pada kemauan burung itu sendiri.
Tetapi burung yang kebanyakan mandi juga dapat bermasalah karena burung akan sering “didis” (merawat bulunya) sewaktu dijemur. Maksimal penjemuran sekitar tiga jam itu sudah sangat cukup, dengan alasan burung jadi itu tidak perlu lama-lama dijemur karena nanti kalau pas di lapangan akan cepat habis tenaganya alias gembos tengah jalan.
Burung perlu dikerodong setelahnya agar burung kacer dapat beristirahat. Supaya nantinya dapat fit saat di lapangan (waktu dilombakan). Sekadar tambahan referensi, untuk burung kacer yang kebanyakan bagong, bisa dilakukan terapi mandi pasir. (Ramlee)