Rangkong Gading (Buceros/Rhinoplax vigil) merupakan satu-satunya spesies burung rangkong yang dihiasi dengan tulang (casque) yang terbuat dari keratin padat. Sayangnya hal tersebut juga membuatnya menjadi spesies rangkong paling terancam di Indonesia. Burung ini dapat ditemukan di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimantan dan termasuk fauna yang menjadi maskot Provinsi Kalimantan Barat dan dilindungi oleh undang-undang.

Burung berukuran besar ini berasal dari keluarga Bucerotidae. Burung-burung dari famili Bucerotidae dikenal dengan sebutan Rangkong, Julang, dan Kangkareng. Di dunia persebarannya terdapat 45 jenis burung rangkong yang tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon.

Sebagian besar hewan hidup di hutan hujan tropis dan hanya beberapa jenis saja yang hidup di daerah kering seperti di Afrika. Di Indonesia sendiri terdapat 13 jenis yang terdiri dari 7 genus, yaitu Annorhinus, Penelopides, Berenicornis, Rhyticeros, Anthracoceros, Buceros, dan Rhinoplax. Tersebar luas di hutan-hutan Sumatera (9 jenis), Jawa (3 jenis), Kalimantan (8 jenis), Sulawesi (2 jenis) dan Irian Jaya (1 jenis).

Rangkong Gading penghuni hutan hujan tropis

Umumnya, semua jenis burung ini mempunyai paruh panjang dan ringan, bekerja seperti sepasang penjepit untuk menangkap atau mengambil makanan dengan cepat menggunakan ujungnya, kemudian memasukkannya ke dalam tenggorokan. Burung rangkong lebih memilih makanan yang ada di atas pohon (arboreal) di hutan, jarang dijumpai burung rangkong memakan buah-buahan di atas tanah.

Baca juga : Rangkong, Burung Unik Punya Peranan Penting bagi Kelestarian Hutan yang Kian Terancam Punah

Rangkong Gading merupakan spesies burung enggang yang terbesar di dunia dengan panjang tubuh berkisar antara 65 – 170 cm dan berat sekitar 290 – 4200 gr. Rentang panjang sayap 44 – 49 cm dan panjang ekor bagian tengah 30 – 50 cm. Burung ini juga memiliki iris warna merah, paruh kuning, dan merah, dan kakinya berwarna kaki cokelat.

Rangkong Gading mempunyai suara keras nyaring yang terdengar hingga 2 km jauhnya

Burung ini sangat khas dan mencolok, selain karena badannya yang besar, juga karena memiliki paruh besar. Di atas paruhnya, terdapat tulang padat (casque). Tonjolan berwarna merah itu mirip helm. Itulah sebabnya anggota famili Bucerotidae itu mendapat julukan helmeted hornbill, yang berfungsi sebagai ruang dengung suara.

Rangkong Gading merupakan satu-satunya jenis rangkong yang memiliki tulang/cula (casque) penuh berisi, bahkan 13 persen berat tubuhnya terdapat pada tulang tersebut dimana struktur materinya setara dengan gading gajah. Oleh sebab itu, penamaan rangkong jenis Rhinoplax vigil terinspirasi dari balungnya yang memiliki kemiripan dengan gading gajah.

Cula tersebut digunakan dalam perkelahian yang kerap terjadi di dekat pohon beringin yang sedang berbuah. Bahkan suara keras dan melengking terdengar seperti orang tertawa terpingkal-pingkal dan dapat didengar dari jarak dua kilometer.

Rangkong Gading memiliki warna dasar bulu berwarna hitam dengan bagian perut, ekor, dan kaki berwarna putih. Ketika masih muda, paruh enggang gading berwarna putih juga. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia, paruh dan balung akan berubah menjadi oranye atau merah.

Rangkong Gading sedang memakan buah ara

Makanan utama rangkong gading sangat spesifik, berupa buah beringin atau ara berukuran besar. Hanya hutan yang belum rusak yang dapat menyediakan pakan ini dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Makanan lain berupa binatang-binatang kecil hanya dikonsumsi sekitar 2 persen dari keseluruhan komposisi makanannya.

Baca juga : Paok, Burung Cantik yang Pemalu

Rangkong Gading terbiasa tinggal di hutan primer yang berisi pohon-pohon sangat besar dan jauh dari manusia. Burung ini biasa membuat sarang di lubang pohon yang berada di ketinggian 20 – 50 meter dari permukaan tanah. Lubang ini biasanya terbentuk dari bekas patahan batang atau sisa lubang dari hewan lain yang kemudian mengalami proses pelapukan.

Rangkong Gading juga menyukai serangga sebagai makanannya

Sama seperti semua jenis burung enggang, Rangkong gading hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya (monogami). Setelah menemukan lubang sarang yang tepat, sang betina akan masuk dan mengurung diri. Butuh sekitar 180 hari bagi rangkong untuk menghasilkan satu anak.

Bersama rangkong jantan, lubang sarang akan ditutup menggunakan adonan berupa tanah liat yang dibubuhi kotorannya. Celah sempit disisakan pada lubang penutup untuk mengambil hantaran makanan dari sang jantan, dan juga untuk menjaga suhu dan kebersihan di dalam sarang.

Sang jantan lah yang bertugas mencari makan untuk anak dan betinanya di sarang. Maka, bisa dikatakan jika satu ekor jantang Rangkong Gading terbunuh, itu sama dengan membunuh satu keluarga Rangkong Gading di alam. Rangkong Gading, yang hanya menghasilkan satu anakan per tahun.

Di dalam sarang, sang betina akan meluruhkan sebagian bulu terbangnya (moulting) untuk membuat alas demi menjaga kehangatan telur. Burung betina tidak akan dapat terbang dan bergantung sepenuhnya pada sang jantan, sampai sang anak keluar dari sarang. Tahap bertelur, mengerami, menetas, sampai anak siap keluar dari sarang membutuhkan waktu selama enam bulan.

Rangkong Gading bersama pasangannya di depan lubang pohon yang akan dijadikan sarang

Uniknya, sarang Rangkong Gading bukanlah sarang buatan, melainkan harus sarang alami. Rangkong Gading hanya bisa berkembangbiak pada lubang pohon yang tinggingya 50 meter atau lebih tinggi. Pohon yang memiliki sarang yang layak bagi Rangkong Gading hanya didapati di pohon hutan hujan purba yang memiliki diameter di atas satu meter.

Baca juga : Baza Hitam, Burung Predator yang Eksotis

Lubang pohon itu memiliki ciri khas bongol di depannya. Dan sarang alami yang dibutuhkan rangkong sangat jarang ditemui, apalagi ketika pembalakan hutan liar terjadi. Artinya, rangkong gading sangat membutuhkan hutan, seperti hutan itu membutuhkan burung ini.

Paruh Rangkong Gading setara gading gajah

Hilangnya hutan sebagai habitat utama, minimnya upaya konservasi, dan maraknya perburuan adalah perpaduan mengerikan bagi masa depan rangkong gading. Berbagai jenis pohon beringin yang menyediakan makanan utama bagi rangkong gading dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sehingga keberadaannya tidak pernah diharapkan.

Investigasi Rangkong Indonesia dan Yayasan Titian yang didukung oleh Dana Konservasi Chester Zoo, mencatat selama tahun 2013 sekitar 6.000 Rangkong Gading dewasa dibantai di Kalimantan Barat untuk diambil kepalanya. Kemudian, sepanjang 2015 tercatat sebanyak 2.343 paruh rangkong gading berhasil disita dari perdagangan gelap.

Rangkong Gading semakin sulit dijumpai

Jenis burung ini dilindungi menurut UU No. 5 Th 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan telah tercatat dalam lampiran daftar jenis satwa dan tumbuhan liar dilindungi pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999. Selain itu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 memasukkan rangkong gading sebagai jenis prioritas dalam kelompok rangkong.

Sejak akhir tahun 2015, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengklasifikasikan enggang gading sebagai salah satu satwa dengan status status critical endangered atau terancam punah, yang merupakan satu tahap menuju kepunahan. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *