Sempidan merupakan kelompok burung berukuran besar dari keluarga Phasianidae dengan genus Lophura yang terkenal dengan keindahan bulunya, terutama yang jantan. Burung-burung dalam genus ini dikenal karena penampilannya yang mencolok.

Sering kali tampil dengan bulu berwarna gelap mengkilap dan area kulit wajah berwarna cerah, biasanya merah atau biru. Bentuk tubuh ayam sempidan seperti campuran antara ayam dan pheasant sehingga sering disebut gallopheasant.
Besarnya hampir seperti ayam kalkun. Panjang ukuran sempidan jantan antara 40 hingga 90 cm. Dengan bulu yang panjang indah. Sempidan jantan umumnya berbulu panjang dan berparas indah, memiliki ornamen berwarna menyolok di sekitar muka.

Ornamen ini akan mengembang saat musim kawin, untuk menarik perhatian sempidan betina. Sempidan betina sendiri umumnya tidak semenarik sempidan jantan. Betina berwarna coklat suram yang berguna untuk menyamar saat mengerami telur di sarang yang terletak di atas tanah.
Baca juga : Pheasant, Ayam Hias Berbulu Eksotis Berharga Fantastis
Burung ini hidup di habitat hutan primer yang jarang terjamah manusia. Hutan pegunungan bawah dan hutan dengan perbukitan dengan ketinggian 300 hingga 2200 mdpl. Sempidan mampu berlari cepat untuk menghindari pemangsa. Burung besar ini juga mampu terbang rendah dalam jarak yang dekat.

Sempidan tersebar luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara dengan jumlah total sebanyak 11 spesies. Enam jenis diantaranya ada di Indonesia. Semuanya berada dalam satu marga yang disebut Lophura. Uniknya, jenis-jenis Sempidan Indonesia ini hanya ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan (termasuk Brunei, Sabah dan Serawak).
Kebanyakan spesies sempidan mendiami hutan dataran rendah, perladangan, dan lembah hutan, seringkali di dekat aliran sungai. Sempidan cenderung hidup di lantai hutan, namun begitu sulit ditemukan meskipun mempunyai penampilan yang menarik.

Burung ini umumnya hidup di lantai hutan dataran rendah hingga pegunungan. Sering ditemukan menjelajah dan mengorek serasah daun yang jatuh di dasar hutan untuk mencari makan. Makanan burung sempidan di alam liar sangat bervariasi karena sempidan adalah pemakan segala (omnivora).
Makanan sempidan meliputi serangga (semut, rayap, cacing, larva), tumbuhan (buah-buahan, biji-bijian, daun, dan sayuran), serta hewan kecil lainnya seperti siput kecil. Sempidan mencari makanannya dengan cara mengais serasah di lantai hutan saat pagi hingga sore hari.

Burung sempidan berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar), di mana jantan melakukan ritual kawin yang menarik dengan memamerkan bulunya yang indah. Sempidan jantan juga akan mengeluarkan suara kerasnya buat menarik perhatian sempidan betina.
Baca juga : Gosong Saobi, Burung Gosong Berkaki Merah dari Pulau Saobi Madura yang Mirip Burung Maleo
Burung sempidan membuat sarang yang sederhana di atas tanah, biasanya tersamar dengan baik di lantai hutan atau di semak-semak. Sarang ini umumnya terbuat dari bahan-bahan alami yang tersedia di sekitarnya. Sempidan betina memilih lokasi sarang di tempat yang tersembunyi.

Sering kali berada di antara akar pohon, di bawah semak belukar, atau di area dengan banyak daun kering untuk perlindungan dari predator dan elemen alam. Sarang dibangun menggunakan material seperti ranting kecil, daun kering, rumput, dan kadang-kadang lumut.
Sarangnya sendiri cenderung berupa “garukan” atau cekungan dangkal di tanah yang dilapisi dengan bahan-bahan tersebut untuk menciptakan tempat yang lembut dan aman bagi telur. Setelah sarang siap, sempidan betina akan bertelur (sekitar sembilan butir per periode).

Musim kawin terjadi saat peralihan musim hujan dan kemarau, umumnya di bulan April-Juli di Indonesia. Masa pengeraman telur sempidan sekitar 20-24 hari. Anak burung (piyik) menetas dengan bintik hitam di sayap, mirip induk betina. Bulu anak sempidan jantan mulai terlihat lebih gelap dari betina saat usia 4 bulan.
Lalu akan berubah warna saat dewasa pada usia 1-3 tahun. Setelah menetas, anak burung sempidan sudah berbulu dan dapat bergerak aktif (termasuk berlarian di tanah), yang merupakan tahap perkembangan normal. Pada masa ini, induknya masih merawat dan mengawasi anak-anaknya.

Induk burung, terutama betina, berperan penting dalam menjaga sarang tetap bersih dan merawat anak-anaknya hingga mereka bisa mandiri. Meskipun tidak ada data spesifik mengenai umur pasti perpisahan penuh untuk semua spesies sempidan.
Baca juga : Mandar Gendang, Burung Endemik Maluku Utara itu Kian Terancam Punah
Umumnya burung-burung dalam ordo yang sama (Galliformes, seperti ayam atau burung kuau) cenderung mandiri relatif cepat. Anakan sempidan akan mulai menjauh dari induknya secara bertahap saat kemampuan terbangnya membaik dan mahir mencari makan sendiri, seperti serangga dan buah-buahan.

Anak burung sempidan secara bertahap akan berpisah dari induknya setelah cukup matang untuk mencari makan sendiri dan bertahan hidup. Proses ini bervariasi, tetapi anakan sempidan mulai meninggalkan sarang dan berkeliaran di tanah pada usia muda setelah menetas.
Di Indonesia, ada beberapa spesies burung sempidan yang hidup di Sumatera dan Kalimantan, seperti Sempidan Sumatera (Lophura inornata), Sempidan Merah Sumatera (Lophura erythropthalma), Sempidan Merah Kalimantan (Lophura pyronota), Sempidan Biru Sumatera (Lophura rufa), Sempidan Biru Kalimantan (Lophura ignita), dan Sempidan Kalimantan (Lophura bulweri). Semuanya termasuk famili ayam pegar dan punya corak serta habitat spesifik, seringkali terancam punah karena deforestasi.

Banyak spesies sempidan menghadapi ancaman serius, terutama akibat hilangnya habitat (deforestasi) dan perburuan liar, yang menyebabkan penurunan populasi mereka di alam liar. Beberapa di antaranya, seperti Sempidan Biru Kalimantan, berstatus Vulnerable (rentan) menurut IUCN. Upaya konservasi, baik in-situ (di habitat asli) maupun ex-situ (di penangkaran), sangat penting untuk menjaga kelestarian burung-burung menawan ini. (Ramlee)
