Baza Hitam (Aviceda leuphotes) merupakan jenis burung pemangsa berukuran kecil yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Baza hitam termasuk kedalam famili Accipitridae yang sama dengan elang dan burung pemangsa lainnya. Burung pemangsa berukuran sedang yang sangat khas.

Baza hitam atau yang dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan nama Black Baza memiliki ukuran tubuh yang tergolong kecil. Panjang tubuhnya berkisar 30 sampai 35 sentimeter, dengan rentang sayap mencapai 66 sampai 80 sentimeter, dan berat sekitar 168 sampai 224 gram.
Meski terlihat anggun, Baza hitam memiliki sayap yang pendek dan lebar. Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan manuver yang lincah saat berburu serangga di tengah pepohonan. Paruhnya juga kuat dan melengkung, cocok untuk menangkap dan memakan serangga yang berukuran kecil hingga sedang.

Penampilannya seperti Elang, namun jangan terkecoh oleh penampilannya yang menyerupai elang. Baza hitam sebenarnya lebih dekat secara taksonomi dengan Jalak dan burung-burung pengicau daripada dengan burung Elang. Ini menunjukkan keanekaragaman dan kompleksitas hubungan antara spesies dalam keluarga burung pemangsa. Meskipun tampak garang dengan paruh tajam dan cakar kuat, Black Baza sebenarnya bukanlah burung yang agresif.
Baca juga : Elang, Burung Predator Tercepat di Dunia
Burung ini mudah dikenali dari bulu hitam pekatnya yang kontras dengan pita dada putih tebal, dan garis-garis putih berkarat di perut, serta jambul hitam yang menonjol. Jambulnya ramping dapat ditegakkan secara vertikal atau miring ketika bertengger, tetapi cenderung disembunyikan saat terbang.

Habitat Baza hitam adalah hutan lebat di dataran rendah hingga kaki bukit. Baza hitam lebih sering ditemukan bertengger di pohon-pohon tinggi atau terbang dalam kawanan besar di luar musim kawin. Baza hitam ditemukan di hutan lebat, sering pada kelompok kecil.
Baza hitam juga diketahui menghabiskan banyak waktu dengan bertengger pada tenggeran terbuka yang terlihat dari bawah hutan kanopi. Saat bertengger, jambul tegaknya yang mencolok serta pola warna kontras menjadikannya mudah dikenali dan mudah dibedakan dari spesies lain.

Sedangkan pada saat terbang, burung pemangsa ini cenderung mengatupkan jambulnya. Jika saat terbang terlihat dari atas, terlihat pola “kotak-kotak” di sayap atas. Saat berada di udara, Baza hitam sekilas mirip burung gagak. Burung ini sering terlihat terbang dalam kelompok kecil atau bahkan kawanan besar, terutama saat musim migrasi.
Sebagai predator, Baza hitam mengandalkan kelincahannya dalam menangkap mangsa. Baza hitam berburu serangga dengan menerkam langsung di udara atau mengambilnya dari dedaunan menggunakan kaki-kakinya. Tidak jarang, Baza hitam juga menyergap burung kecil seperti kicuit dengan terjangan cepat ke arah kawanan.

Selain berburu sendiri, Baza hitam juga diketahui bergabung dalam kelompok burung dari berbagai spesies saat mencari makanan. Uniknya, meskipun dikenal sebagai pemangsa, Baza hitam ternyata juga memakan buah kelapa sawit. Tidak hanya perilakunya yang menarik, baza hitam juga memiliki ciri fisik yang khas. Paruh bagian atasnya memiliki dua lekukan kecil seperti gigi yang merupakan ciri khas burung dalam genus Aviceda.
Baca juga : Jalak Suren, Burung Penjaga Rumah yang Kini Mulai Menghilang dari Alam Liar
Burung jantan memiliki ciri khas berupa bulu putih pada bagian scapulars (tulang belikat) serta sebagian bulu sekunder. Sementara itu, betinanya hanya memiliki warna putih pada skapular dan menampilkan lebih banyak pita berwarna cokelat kemerahan di bagian bawah tubuh dibandingkan dengan jantan yang memiliki lebih sedikit pola serupa. Suara Baza hitam terdengar seperti “chu-weep”.

Beberapa deskripsi lain menyebutkan suaranya mencicit lembut atau berisul melengking yang mirip dengan burung camar. Salah satu fakta menarik lainnya adalah burung ini memiliki aroma yang tidak sedap, sering digambarkan seperti bau serangga tertentu. Saat musim kawin tiba, Black Baza semakin menarik perhatian. Burung ini kerap melakukan pertunjukan udara yang memukau, berupa terbang akrobatik di udara untuk menarik perhatian pasangan.
Secara umum, baza hitam berkembang biak di hutan gugur terbuka atau hutan hijau sepanjang tahun, termasuk kawasan hutan sekunder dan daerah yang didominasi bambu. Baza hitam cenderung memilih area dekat sungai atau daerah dengan banyak celah terbuka. Saat berbiak memilih hutan kaki bukit dan dataran rendah, tetapi dapat ditemukan di habitat yang lebih terbuka di daerah perlintasan dan wilayah tujuan migrasi.

Bersifat cukup sosial di luar musim kawin, sering terbang dalam kawanan besar dan bertengger mengelompok. Mengeluarkan suara mirip peluit yang melengking dan bergema, sering kali saat saat terbang. Baza hitam membangun sarang dari ranting-ranting di atas pohon yang tinggi, seringkali di sekitar hutan-hutan rimba atau tepi hutan.
Sarang tersebut biasanya ditempatkan di pohon yang dilindungi dengan baik oleh daun-daun yang rimbun. Betina akan bertelur dalam sarang tersebut dan kedua induknya akan saling bergantian mengerami telur dan mengasuh anak-anaknya. Setelah telur menetas, anak-anak Baza hitam akan tetap tinggal di sarang selama beberapa minggu sebelum akhirnya mampu terbang dan mandiri.

Selama masa ini, induk jantan dan betina bekerja sama untuk memberikan makanan kepada anak-anak mereka. Setelah mencapai kedewasaan, Baza hitam akan membentuk pasangan dan memulai siklus berbiaknya sendiri. Di luar musim kawin, Baza hitam dapat ditemukan di berbagai habitat lain, seperti hutan bakau, perkebunan, taman, sawah, hingga lahan pertanian yang dikelola manusia.
Baca juga : Cendet, Burung Predator yang Pandai Tirukan Beragam Suara
Selama musim berbiak, Baza hitam cenderung melakukan migrasi jarak jauh untuk mencari tempat yang lebih baik dalam hal sumber makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai. Migrasi ini melibatkan pergerakan massa yang spektakuler, di mana baza hitam dapat membentuk kelompok besar saat mereka bergerak bersama dalam perjalanannya.

Selama migrasi, Baza hitam dapat menempuh jarak yang cukup jauh, melintasi perairan dan hutan-hutan yang luas. Baza hitam menggunakan kemampuan terbangnya yang lincah untuk menavigasi melalui rute yang ditentukan oleh perubahan musim dan ketersediaan sumber daya. Pola imigrasi ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi Baza hitam dalam menghadapi perubahan lingkungan dan memastikan kelangsungan hidupnya di berbagai wilayah.
Dalam beberapa dekade terakhir, populasi Black Baza masih terbilang stabil, meskipun habitatnya terancam oleh deforestasi. Kehadiran burung ini juga menjadi indikator penting dari kesehatan ekosistem hutan tempat Baza hitam tinggal. Oleh karena itu, menjaga kelestarian hutan-hutan di Asia Selatan dan Asia Tenggara sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup burung-burung ini. (Ramlee)
