Akhir-akhir ini kembali marak perdagangan burung derkuku/tekukur kalung tempuk (nyambung). Seperti diketahui jika derkuku (Streptopelia chinensis) banyak terlihat di alam bebas hidup di pohon-pohon, di dekat daerah pertanian. Warna bulunya kelabu kecokelatan dan hampir merata di seluruh badannya.
Pada bagian sayap terdapat bercak-bercak hitam atau bercorak hitam. Bagian leher sebelah atas dilingkari oleh gelang/kalung berwarna hitam bertotol-totol putih. Selama ini jenis derkuku yang ada di nusantara adalah yang berjenis corak kalungnya tidak menyambung atau melingkari seluruh lehernya.
Memang ada derkuku yang mempunyai corak di lehernya yang menyambung tanpa putus, tetapi itu dari jenis yang berbeda. Sementara yang ada di nusantara, belum pernah ada bukti secara nyata keberadaannya. Meskipun beberapa pemerhati burung anggungan, menyatakan kemungkinan ada.
Berbeda dengan corak kalung yang ada di burung perkutut. Ada beberapa motif kalung yang nyambung pada burung perkutut, dan burung ini dipercayai mempunyai kekuatan tertentu yang dapat mendatangkan rejeki bagi pemiliknya.
Baca juga : Asal Mula Burung Perkutut Bangkok di Indonesia
Kepercayaan-kepercayaan seperti inilah yang dimanfaatkan oleh banyak oknum dengan bermain tidak jujur dengan memanfatkan kurang paham dan cermatnya pembeli. Dengan bumbu-bumbu klenik, biasanya calon pembeli akan percaya apa yang diceritakan si penjual.
Tidak dipungkiri bahwa derkuku jenis kalung tempuk/tepung asli memang ada walau sangat sulit ditemui, kalaupun ada mungkin sangat jarang sekali dan harganya sangat fantastis. Adanya kelangkaan tersebut banyak sekali penjual yang bermain tidak jujur dengan memanfaatkan kurang pahamnya dan cermat pembeli.
Karena dengan membeli seekor burung derkuku hanya seharga puluhan ribu saja di kios-kios burung yang kemudian melalui operasi kecil yang akan menyulap corak kalung derkuku yang aslinya tidak menyambung menjadi menyambung. Dan dapat dipastikan harga burung tersebut akan naik drastis.
Dengan modal tidak sampai seratus ribu akan mendatangkan keuntungan berkali-kali lipat banyaknya. Di daerah Madiun ada orang yang sanggup melakukan operasi kecil tersebut dengan upah hanya empat puluh ribu saja.
Baca juga : Pemeliharaan Burung Perkutut yang Disiapkan Lomba agar Tidak Tampil Mengecewakan
Setelah melalui operasi kecil tadi, akan terlihat motif yang melingkar jadi tidak rapi lagi. Si oknum biasanya juga meyakinkan dengan modus pencabutan bulu, dan mengatakan bahwa bulu motif kalung tersebut akan kembali muncul.
Untuk unggas, hasil operasi tersebut akan pulih kembali tanpa terlihat adanya bekas sayata. Jadi bulu di sekitar jahitan kulit akan tetap tumbuh, tetapi tetap tidak akan bisa rapi. Selama ini tidak ada yang merasa tertipu, meskipun burung yang diperoleh ternyata jauh dari harapan. Bahkan seringkali berusaha menjualnya kembali.
Ervan Sholeh Hantara pemilik Pawiro BF Jogja, melalui akun media sosialnya pernah mengungkapkan secara gamblang modus yang dilakukan terhadap burung-burung derkuku ini. Pawiro, begitu Ervan biasa dipanggil, mencurigai adanya praktik-praktik nakal yang dilakukan.
Berikut kenyataan yang diungkapkan oleh pemerhati burung anggungan dari Jogjakarta tersebut:
1. Dengan klaim jaringan di alam, berarti di alam ada koloni jenis tekukur kalung tempuk. Tapi nyatanya belum ada satupun peneliti atau pengamat/bahkan pemburu itu sendiri melihat koloni (lebih dari sepasang) tekukur kalung tempuk dialam.
2. Dengan banyaknya jumlah tekukur kalung tempuk beredar dipasaran, berarti jenis kalung tempuk ini mempunyai gen kuat, artinya bisa diternakan. Tapi kenyataannya dari puluhan pasang bahkan ratusan ekor dari hasil ternakan tekukur kalung tempuk (jantan) dikawinkan dengan tekukur kalung tempuk (betina), tidak satupun anakannya jadi tekukur kalung tempuk (hanya jadi tekukur kalung normal).
Baca juga : Upaya Mencetak Burung-Burung Juara dari Kandang Sendiri
3. Terdapat bukti-bukti kuat bahwa kalung tempuk yang kebanyakan beredar adalah palsu, cek lingkar leher (pas kalungnya) akan lebih kecil dibanding tekukur normal.
4. Lingkar leher akan sulit ditarik/lebih kenyal pada kalung tempuk yang palsu dibandingkan tekukur normal.
5. Suara tekukur kalung tempuk palsu lebih kecil dibandingkan tekukur normal, hal ini disebabkan karena volume dalam kantung udara leher sedikit ketekan oleh sempitnya kulit leher. Sehingga suara yang terdengar seperti burung kecekik.
6. Ada bekas sayatan dan bentuk pola tumbuh bulu pas di bawah leher (posisi kalungnya) tidak normal, walau untuk bekas sayatan akan sangat sulit dilihat, karena untuk hewan jenis unggas kulit akan bisa tumbuh normal lagi tanpa ada keloit/benjolan bekas luka. Cek burung burung yang dulunya liar dan ngruji akan banyak luka, tetapi setelah sembuh luka luka tersebut akan tidak nampak.
7. Jelas harga yang fantastis untuk tekukur kalung tempuk yang memancing adanya praktik-praktik nakal disini. Apapun bisa dilakukan demi segepok rupiah.
Tetap mewaspadai beredarnya tekukur kalung tempuk palsu, tekukur jahitan, dan tekukur semiran/diwarnai. Karena selama ini belum pernah ada ditemukan burung-burung tekukur (Streptopelia chinensis) mempunyai ciri layaknya yang terdapat di perkutut. (Ramlee)
[…] Baca juga : Demi Rupiah Melimpah, Kalung Burung Derkuku Jadi Nyambung […]
[…] Baca juga : Demi Rupiah Melimpah, Kalung Burung Derkuku Jadi Nyambung […]