Komunitas penghobi perkutut lokal irama Nganjuk kembali menggelar kegiatan Latihan Bersama (Latber) bertema Gema Desember Cup pada Minggu, 22 Desember 2024. Kegiatan ini menempati Lapangan Pengda P3SI Nganjuk, Ds. Sombron Kec. Lohceret – Nganjuk. Gelaran lomba ini membuka dua kelas yakni Perkutut Lokal Asli Irama dan Perkutut Crosing/Warna.
“Hari ini kami kembali menggelar Latber Perkutut Lokal Irama untuk terus menyemarakkan hobi di Nganjuk,” terang Didik Sugeng Ariyadi selaku Ketua Pelaksana. Seperti gelaran yang diprakarsai Didik sebelum-sebelumnya di Gema Desember Cup juga lebih mengutamakan kualitas anggungan burung perkutut lokal yang diikutkan berkompetisi.
Jadi tidak dihitung seberapa gacor atau sering burung perkutut ini manggung atau berbunyi dalam waktu yang sudah ditentukan. Menurut keterangan Didik, lomba seperti ini sebenarnya sudah puluhan tahun yang lalu dipratekkan sebelum akhirnya muncul perkutut bangkok, yang kemudian menggeser selera anggungan perkutut para kung mania di negeri ini.
Tidak banyak yang paham akan pakem lomba perkutut lokal asli berirama ini. Pada dasarnya penilaiannya masih sama dengan gelaran lomba perkutut yang ada. Hanya saja irama perkutut lokal ini memang berbeda dengan perkutut bangkok, sedikit lebih cepat. Dengan semakin berkembangnya penggemar dan kegiatan lomba perkutut lokal, selama ini yang lebih banyak menerapkan pakem gacoran, dinilai sudah kurang memadai lagi.
Sejumlah kalangan merasa perlu mengembalikan pada pakem yang mencari “suara merdu” pada perkutut lokal. Hal ini, sesuai dengan kegiatan lomba dengan mengedepankan “seni” suara burung. Seni itu lebih dari hanya sekadar bunyi saja, lebih dari sekadar rajin atau gacor dalam memperdengarkan anggungannya. Tetapi juga harus terdengar indah, merdu, dan nglaras.
Lebih lanjut disampaikan bahwa dengan acara ini diharapkan kung mania yang ada di Nganjuk dan di sekitarnya, masih memiliki semangat untuk tetap menekuni hobi perkutut lokal irama. Karena sebenarnya memelihara burung perkutut ini telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Jawa.
Disampaikan juga bahwa dengan kegiatan ini bisa memastikan bahwa hobi perkutut lokal irama di Nganjuk masih tetap eksis. “Kegiatan yang kami laksanakan hari ini adalah untuk memastikan bahwa hobi perkutut lokal irama masih tetap eksis dan kami akan tetap berusaha mengadakan kegiatan serupa kedepannya,” sambung Didik.
“Sudah beberapa minggu kita edarkan pengumuman lomba ini. Kita juga coba kasih tambahan kelas crossing/warna ternyata juga dapat respon dari pemain kelas warna namun hanya beberapa burung saja,” ujar Didik. “Ya namanya juga uji coba, tetapi kita wadahi biar hobi ini semakin ramai.”
Gelaran ini memunculkan peminat baru pada lomba burung perkutut lokal asli irama yang datang dari luar kota. Seperti Tuban, Jatiroto, Ponorogo, Kediri, dan Mojokerto. Selain itu hadir juga peserta dari Warujayeng khususnya Nganjuk sendiri sehingga menambah semarak acara perkutut lokal asli alam irama.
Latber Gema Desember ini sendiri sempat terancam batal diselenggarakan karena kondisi cuaca yang cepat sekali berubah, dari tadinya cerah bisa menjadi hujan lebat. Beberapa peserta dari luar Nganjuk sempat khawatir bahwa kegiatan ini akan dibatalkan karena cuaca yang tidak mendukung.
Kenyataan tersebut sempat membuat bingung mereka, apakan tetap berangkat atau membatalkan niat menuju lokasi. Para kung mania ada yang menunggu kabar dari rekannya sesama peserta dengan tujuan untuk memastikan kelanjutan kegiatan Gema Desember Cup tersebut.
Namun panitia membesarkan hati mereka dengan memastikan bahwa gelaran akan terus dilanjutkan. Mendung tebal masih tetap bertahan hingga menjelang pelaksanaan latber. “Padahal sehari sebelumnya pada hari Sabtu cuaca di sekitar lokasi lomba begitu cerahnya,” jelas Didik.
“Bahkan pada siang harinya langit begitu jernih tanpa di selimuti mendung. Sehingga kita meyakinkan para peserta dari luar daerah, jika acara berjalan sesuai jadwal sekaligus berharap pada hari Minggu akan lebih cerah lagi. Tetapi ternyata pada hari Minggu mendung tebal mewarnai pagi. Gerimis kecil juga sempat turun.” kata Didik.
Karena kekuatiran tersebut, pihak panitia meminta para peserta datang lebih pagi, agar tidak keburu datang hujan. Tepat jam 08.00 acara penjurian dinyatakan mulai. Cuaca mendung masih bertahan sampai akhirnya sinar matahari pun muncul menerangi lokasi kegiatan.
“Babak pertama yang sempat dikuatirkan akan segera turun hujan kita mulai lebih awal. Syukurlah, pas babak ke-2 sinar matahari muncul dan pancarannya terasa begitu panasnya,” tambah Didik. “Alhamdulillah, acara yang kami gelar hari ini bisa berjalan sampai tuntas meski kami sempat khawatir dengan turunnya hujan,” kata Didik lagi.
Para kung mania pun bernafas lega dan menikmati kinerja gacoannya masing-masing di atas tiang kerekan. Untuk itulah panitia mengucapkna banyak terima kasih atas dukungan, kehadiran dan kerjasama yang diberikan seluruh peserta dan pihak-pihak terkait. Permintaan ma’af juga disampaikan jika selama acara, ada hal-hal yang kurang berkenan.
Pelaksanaan acara pun berjalan sukses dan lancar. Empat babak penjurian berjalan sesuai harapan. Sampai akhirnya penentuan posisi kejuaraan diumumkan. Untuk kelas Lokal Alam Asli, podium pertama berhasil menjadi milik Sangkuriang, amunisi Nuy Ponorogo yang sebelumnya dikenal sebagai kwok mania, yang dikerek pada nomor 18.
Di urutan dua ada Kencono di tiang nomor 10 milik Faiz Tuban dan posisi ketiga direbut Dimas di tiang 15 orbitan Pery Mojokerto. Untuk kelas Crossing/Warna juara 1 diraih Sumil dengan warna silver milik Toha/Pandu Mojokerto. Juara 2 milik Pahing debutan Mbah No Kediri. Sedang urutan ke-3 warna burung cemani/hitam tidak asing lagi nama burung Ontosena milik Nuy Ponorogo.
“Alhamdulillah hari ini ada beberapa peserta pendatang baru. Jumlahnya memang belum banyak, mudah-mudahan akan terus bertambah dan semakin membuat hobi perkutut di Nganjuk dan sekitarnya semakin semarak,” harap Didik di akhir acara. (Ramlee/DD)