Liga DMS tahun 2024 kembali bergulir untuk yang kedua kalinya. Menempati lokasi di Lapangan Gawanan Colomadu Karanganyar, pada Minggu 30 Juni 2024. Acara berlangsung lancar dan sukses, ada tiga kelas yang dilombakan yakni kelas Senior, kelas Junior, dan kelas Pemula.
“Alhamdulillah kegiatan hari ini lancar dan sukses, seluruh kelas yang kami buka diserbu oleh peserta. Meskipun ini merupakan gelaran lokal namun beberapa daerah di luar Solo ikut hadir meramaikan,” jelas Jatmiko, salah satu panitia event.
“Ternyata ada serangan ndaftar , beberapa peserta luar kota diluar dugaan datang langsung menyerbu tanpa ngelist dan pemberitahuan terlebih dulu,” sambung Eko LMS yang bertugas di meja pendaftaran peserta. “Ya gak papa, malah tambah ramai.”
“Dan lagi, kita tidak mempermasalahkan adanya dekoe mania dari daerah di luar Solo Raya. Seperti yang datang dari Jogjakarta, Purworejo, Semarang, dan Kendal. Kehadiran mereka sekaligus menjadi tolak ukur kualitas derkuku di Solo Raya.”
“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh peserta yang hadir dan memberikan dukungan, ” terang Eko. Lebih lanjut disampaikan dukungan yang besar ini memang menjadi harapan panitia gelaran. “Kami sadar bahwa tanpa dukungan, maka kegiatan ini tidak akan berjalan sesuai harapan.”
Berdasarkan keterangan dari Agung Cahyanto selaku Ketua PPDSI Surakarta bahwa Liga DMS sengaja diadakan bukan hanya sekedar kompetisi mencari juara. Selain itu diadakannya Liga DMS juga bertujuan untuk memacu peternak Solo Raya agar lebih bersemangat dalam mencetak dan mengorbitkan derkuku berprestasi di arena lomba.
Sehingga mereka akan terus melakukan upaya kesana. “Tujuan kami jelas bahwa Liga DMS adalah satu satu cara untuk memacu peternak lokal untuk bersama-sama memajukan ternak derkuku yang ditekuni sehingga produk yang mereka hasilkan benar-benar memiliki kualitas lomba,” tutur Agung.
“Dengan cara ini kami ingin peternak di Solo Raya bisa lebih giat untuk melakukan upaya meningkatkan mutu dan kualitas ternaknya,” sambung pemilik Sadewa BF ini. Hanya dengan adanya kompetisi yang bergulir secara kontinyu tujuan tersebut dapat diwujudkan.
Bagi dekoe mania yang mengikuti Liga DMS yang melombakan tiga kelas tersebut memiliki makna yang luar biasa. Kemenangan yang akan mereka raih begitu berarti, yakni dapat membuktikan kualitas derkukut orbitannya.
Masuk daftar juara adalah incaran yang tidak bisa ditawar-tawar lagi karena akan berdampak pada gelaran selanjutnya. Meraih podium pada masing-masing kelas yang diikutinya, adalah target yang harus direalisasikan.
Sebagai pembuktian bahwa kualitas derkukut miliknya layak untuk menyandang predikat sebagai jawara. Karena hasil dari setiap podium yang diraih, khususnya untuk posisi 10 besar kejuaraan akan ada penilaian khusus.
Mereka yang masuk 10 besar, selain berhak untuk mendapatkan trophy dan piagam, panitia juga akan memberikan poin yang akan menentukan langka berikutnya. Yakni menjadi yang terbaik di setiap kelasnya.
Karena semakin sering meraih juara di posisi 10 besar, maka kesempatan untuk mendapatkan gelar sebagai jawara akan terbuka dengan lebar di akhir putaran. Menjadi yang terbaik di Liga DMS merupakan kebanggaan tersendiri bagi para dekoe mania.
Akumulasi poin inilah yang akan menentukan seberapa besar kesempatan dekoe mania untuk bisa menembus podium paling depan. Semakin tinggi raihan kejuaraan pada setiap liga, maka kesempatan dan peluangnya akan semakin besar.
Jatmiko pemilik Jat BF Solo, menuturkan bahwa poin akan tetap diberlakukan di setiap putaran liga karena sudah menjadi komitmen dan tradisi yang berlangsung sejak lama. “Liga DMS 2024 akan tetap memberlakukan poin untuk peraih juara 1 sampai 10 di setiap kelas karena ini sudah menjadi kesepatakan bersama untuk menentukan siapa yang nantinya akan mendapatkan gelar terbaik Liga DMS 2024.”
Persaingan perebutan posisi kejuaraan semakin memanas. Perlawanan yang dilakukan peserta untuk saling menjadi pemenang di barisan paling depan, tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Satu tujuan bagi mereka, yakni mengakhiri penjurian dengan nilai memuaskan.
Saling kejar perolehan nilai yang dipertontonkan sejak Liga DMS #2 dinyatakan dimulai menjadi aktraksi menarik. Cuaca cerah semakin mendukung para kontestan untuk memperlihatkan kemampuannya terbaiknya agar mendapatkan perolehan bendera tertinggi di masing-masing kelas yang dilombakan.
Juri dan koordinator yang bertugaskan untuk mengawasi dan menilai sekaligus menghujamkan bendera persis di bawah kerekan milik peserta, benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Empat babak penjurian yang diberikan, seakan perlu ditambah untuk menikmati performa orbitan mereka yang berada di atas kerekan.
Belum lagi supporter yang berbaris tanpa komando, semakin menciptakan nuansa semarak penuh celetukan. Sampai akhirnya, ketika peluit panjang dibunyikan sebagai batas akhir penjurian selesai, maka perekap merangkum siapa yang berhak mengisi daftar juara.
Di kelas Senior, terjadi adu duel antara Sangkuriang di tiang 20 dan Bimo di tiang 33. Keduanya mampu meraih bendera lima warna hingga babak ketiga. Memasuki babak keempat, terjadi pertarungan sengit antar keduanya.
Sangkuriang bergelang Sword 1117 milik Daud Tony akhirnya menuntaskan perlawanan pesaing terdekatnya tersebut dengan kembali meraih lima warna di babak terakhir. Bimo ring JNG 201 andalan H. Sunaryanto harus puas jadi runner up setelah hanya mampu mendapatkan bendera empat warna. Melengkapi tiga besar ada Ilusi ring LMS 368 milik Kanjeng Pangeran di tiang 28.
Di kelas Junior, Setyaki besutan H. Sunaryanto sukses menjadi yang terdepan. Menempati nomor kerekan 160, derkuku bergelang Arya 55 ini ditetapkan sebagai juara setelah meraih bendera lima warna selama empat babak penjurian. Keberhasilan ini seolah menuntaskan dendam dan rasa penasaran H. Sunaryanto, setelah tempo hari di Jogja, burungnya tidak satupun yang nyantol juara.
Pada urutan kedua dihuni Tirtonadi, andalan Wawan Soba yang dikerek pada nomor 164. Keberhasilan derkuku ring B2W 2190 setelah mendapatkan empat bendera lima warna, hanya saja aduan suara tengahnya kalah oleh sang jawara. Wisanggeni milik Erwan dari Kora Gede, ring SMD 522 pada kerekan 142 menyusul pada urutan ketiga dengan raihan bendera empat warna pada babak pertama dan kedua serta dua kali bendera lima warna.
“Setyaki ring Arya 55 feeling saya dulu bakal moncer ternyata benar,” kata Agung Cahyanto mengomentari juara di kleas Junior. “Burung ini kedepannya bakal bahaya dan kini terbukti sudah sekarang.” H. Sunaryanto si empunya burung mengamini apa yang disampaikan oleh Agung. “Cerdas njenengan Pak Agung.”
Di kelas Pemula, podium pertama dan kedua berhasil diraih dua burung milik Atasa BF dari Bantul. Juara pertama milik Mata Hati ring Sabel 23 di tiang nomor 63 dan Suara Hati ring Atasa 11 yang dikerek di tiang 136 ada di urutan kedua. Dan di tempat ketiga ada Gembuk, milik Rawan dari Sragen bergelang Dago 20 yang berada di nomor kerekan 70. (Ramlee/Jat)