Mabung (molting) pada burung merupakan proses bergantinya bulu tua dengan bulu baru yang lebih segar dan indah secara periodik. Mabung adalah fenomena alami yang normalnya terjadi setiap tahun atau lebih dan dalam setahun bisa dua kali untuk species burung terentu.
Saat proses mabung, burung akan mengalami kerontokan bulu. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan bulu baru untuk menggantikan bulu yang rontok tersebut. Selama masa mabung, burung kesayanganmu terlihat kurang aktif bahkan tidak mau berkicau. Yang perlu diingat adalah ‘Mabung itu penting, bukan yang penting mabung.
Mabung atau disebut moulting/molting juga terjadi pada unggas lainnya, seperti ayam, burung dan unggas lainnya. Kadangkala, istilah molting diterjemahkan dengan berbagai istilah seperti ngurak, mabung, ambrol, nyulam, dan sebagainya. Hanya saja ada perbedaan berdasar “asal kata” masing-masing istilah tersebut.
Baca juga : Beberapa Penyebab Burung Murai Batu Mencabuti Bulunya Sendiri
“Ngurak” digunakan untuk menyebut kondisi bulu burung yang sudah tidak beraturan (terorak-arik) dan mulai rontoknya bulu-bulu kecil. Ambrol adalah bulu rontok semua atau proses bulu rontok semua. Sedangkan nyulam adalah tumbuh bulu baru menggantikan bulu yang rontok tetapi secara keseluruhan bulu dalam kondisi bagus (tidak dalam kondisi ngurak).
Kosa kata yang sering muncul dalam proses “moulting” adalah mabung. Mabung ini adalah proses bulu-bulu tumbuh tetapi belum sempurna dan sebagian besar masih terbungkus seperti anak bambu yang mau tumbuh (rebung). Jadi kata mabung memang berasal dari kata “menyerupai rebung”.
Hanya saja secara umum memang sering digunakan beberapa kosa kata tersebut secara berganti-ganti untuk menunjuk proses moulting. Padahal, kalau mendasari dari pembentukan kata-kata tersebut ataupun arti denotatifnya maka proses moulting (sempurna) adalah melalui tahapan sebagai berikut, ngurak (bulu rusak, tak beraturan), ambrol (bulu mulai rontok), dan mabung (tumbuh bulu).
Sementara untuk istilah nyulam adalah pergantian bulu secara tidak sempurna. Jenis-jenis burung tertentu, terutama jenis cucak-cucakan, jarang yang mengalami proses moulting secara sempurna (ngurak, ambrol, dan mabung) dan biasanya melalui proses nyulam.
Inilah mengapa sebabnya cucakrowo yang ditangkarkan biasanya berproduksi terus-menerus bahkan tiap bulan (jika anakkannya dipisahkan dan diloloh sendiri oleh penangkar). Sedangkan untuk anis kembang, murai batu, kenari atau jalak suren misalnya, mengalami berhenti produksi karena indukannya memasuki masa moulting.
Bulu rontok secara normal selama masa mabung sebenarnya dipengaruhi minimal oleh dua faktor utama. Pertama, nutrisi yang mendorong kesiapan fisik burung untuk menumbuhkan tunas bulu baru dan, kedua, terbukanya pori-pori di lapisan luar kulit burung.
Baca juga : Pentingnya Penjemuran untuk Murai Batu agar Sehat dan Durasi Kicaunya Panjang
Selama masa mabung, bulu lama akan segera diganti bulu baru, dan selama rontok itulah burung kehilangan 25% total berat badannya dan mutlak harus diberikan pengganti setidaknya seperempat dari jumlah total protein dalam tubuhnya. Bulu-bulu dan selongsong bulu terdiri atas lebih dari 90% protein, khususnya protein yang disebut keratins.
Protein bulu berbeda dengan protein pada tubuh dan telur serta memerlukan jumlah proporsional yang berbeda atas asam amino (pembangun sel atau blok protein). Burung harus mengonsumsi makanan dengan kandungan asam amino. Yang kemudian akan diserap dan disimpan sebagai keratin bagi keperluan pertumbuhan bulu.
Ketika burung mabung, akan memerlukan energi yang besar untuk memproduksi bulu baru. Keperluan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, menyebabkan burung harus mengonsumsi lebih banyak makanan selama meranggas untuk dapat mempertahankan pertumbuhan bulu baru.
Energi yang diperlukan burung selama masa mabung sebesar dua setengah kali lebih banyak ketimbang burung yang sedang memproduksi telur. Untuk menyediakan protein yang diperlukan untuk peningkatan produksi bulu, maka meningkatkan pemberian asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin.
Protein seperti itu bisa ditemukan di dalam daging hewan. Daging dapat diberikan kepada kebanyakan burung yang sedang mabung dalam jumlah kecil plus pemberian suplemen makanan yang baik. Suplemen multivitamin dan multimineral yang baik seharusnya mengandung berbagai vitamin dan mineral serta asam amino untuk memungkinkan tumbuhnya bulu secara normal.
Meskipun pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering mengganggu masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak merata atau bahkan ada bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam). Faktor-faktor yang berpengaruh pada masa mabung tidak bisa sepenuhnya dipahami, karena sangat kompleks.
Baca juga : Mencegah Kenari Sakit Akibat Perubahan Suhu/Cuaca
Hal itu melibatkan antara lain masalah kadar hormon, siklus perkembangbiakan, umur burung, musim pada saat mabung, dan cuaca harian serta kondisi lingkungan secara umum. Semua menjadi faktor penentu bagi keberhasilan atau kegagalan burung dalam melewati masa mabung.
Namun hal yang paling penting adalah perlunya tambahan pasokan kebutuhan gizi untuk burung selama mabung sehingga burung bisa mengembangkan bulu sebaik-baiknya. Meskipun pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering mengganggu masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak merata atau bahkan ada bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam). Penggangu tersebut antara lain, penyakit, gizi buruk, kimiawi, dan stress.
Seekor burung yang baru selesai masa mabung, lalu dalam waktu dekat mengalami kerontokan ekor, biasanya ada yang menyebut burung tersebut mengalami down mental. Atau dengan kata lain tidak dalam kondisi terbaik ketika diikutkan lomba (gantang). Jika itu yang terjadi, hal terbaik yang harus dilakukan adalah dengan memaksimalkan proses mabung dan sekaligus untuk mengembalikan mental. Karena jika memaksakan burung agar tetap dapat digantangkan, pasti performa tidak baik atau bahkan jadi ‘cabul’ (cabut bulu). (Ramlee)