Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan tanaman asli Indonesia yang sebagian besar ditemukan di Kepulauan Maluku, terutama di Pulau Banda dan Siau, serta Papua. Seiring berkembangnya zaman, tanaman ini sekarang sudah didistribusikan secara luas ke berbagai negara seperti Grenada, India, Sri Lanka, Mauritius, Singapura, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.

Pala, sebagai tanaman asli Indonesia yang melimpah di daerah timur, terutama di Maluku, telah memberikan kontribusi signifikan dalam perdagangan rempah-rempah sejak abad ke-18. Bahkan, Indonesia masih menjadi produsen terbesar pala di dunia, dengan sentra produksi utama di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, dan Aceh.

Pohon pala tidak hanya dikenal sebagai rempah dalam industri makanan dan minuman, tetapi juga memiliki nilai farmasi yang besar. Buahnya, biji, dan fuli digunakan dalam berbagai industri, termasuk makanan, obat-obatan, kosmetik, dan pembuatan minyak atsiri.

Pohon pala yang tengah berbuah lebat

Tanaman pala tersebar pada wilayah atau negara yang memiliki iklim tropis termasuk diantaranya Guangdong dan Yunan di Cina, Taiwan, Malaysia, Grenada di Kepulauan Karibia, Kerala di India, Sri Lanka, dan Afrika Selatan, terutama juga di negara asalnya, yaitu Indonesia. Pada negara Indonesia, penghasil utama pala ada pada Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, dan Papua.

Baca juga : Vanili, Tanaman Rempah Kerabat Anggrek dengan Segudang Manfaat

Tanaman pala secara umum dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar 0 – 700 mdpl dengan kebutuhan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu 2.000 – 3.500 mm/tahunnya dan kelembapan udara sekitar 50 – 80 %. Pala cocok tumbuh pada suhu udara sekitar 20 – 30 oC dengan struktur tanah tempat tumbuhnya memiliki rentang yang cukup besar yaitu dari tanah padat hingga berpasir serta memiliki derajat keasaman 5,5 – 7.

Bagian-bagian buah pala

Pala termasuk tanaman berumah dua yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda. Pohon pala berukuran sedang, tingginya antara 5 – 20 m. Daunnya berwarna hijau dengan tulang daun yang menyirip, buahnya berbentuk bulat lonjong berwarna kekuning-kuningan dan akan terbelah dua ketika matang.

Sementara bijinya berbentuk bulat lebar dengan tekstur keras berwarna keputihan dilintasi oleh urat merah-merah coklat. Pala juga mempunyai aril yang terdapat antara daging dan biji buah pala dan berwarna merah cerah ketika segar dan warna coklat kekuningan bila dikeringkan.

Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna cokelat. Umur tanaman pala cukup panjang, bahkan bisa mencapai 100 tahun.

Pemanenan pala dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun. Pertama, saat awal musim hujan yang memberikan hasil buah pala dengan kualitas paling baik. Kedua, pertengahan musim hujan dengan jumlah buah pala yang siap panen paling banyak diantara periode lainnya.

Buah pala yang telah masak

Periode ketiga, dipanen pada akhir musim hujan di mana jumlah pala siap panen semakin menurun. Pala dipanen bijinya, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis.

Baca juga : Kapulaga, Rempah Aromatik Kaya Manfaat dan Khasiat

Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Tanaman pala merupakan tanaman yang cukup lama pertumbuhannya hingga pemanenan. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun.

Lapisan fuli pembungkus biji pala

Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.

Produk utama dari tanaman pala adalah minyak atsiri yang dapat dihasilkan melalui penyulingan dari bahan baku berupa daging buah, biji, dan fuli pala. Pada minyak atsiri mengandung berbagai senyawa, yang paling banyak dan menjadi ciri khas adalah myristicin.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) syarat untuk kadar myristicin dalam minyak atsiri pala minimal 10%. Kandungan myristicin lebih tinggi kadarnya terdapat pada daging buah pala dibandingkan dengan biji dan fulinya.

Secara umum, terdapat 3 bagian pala yang bernilai ekonomis. Pertama, biji pala yang acapkali digunakan sebagai rempah, bumbu masak, pengharum, kosmetik, hingga minyak. Kedua, bunga pala atau fuli, yang berwarna merah muda sebagai bahan baku kosmetik.

Masyarakat tengah memanen buah pala

Selain itu, daging buah pala juga bisa diolah menjadi produk olahan seperti sirup, manisan, kecap, bahkan selai. Namun, nilai ekonomis yang terakhir ini tidak menjadi komoditas ekspor. Sebab, pala kini hanya diekspor dalam wujud primer berupa biji dan bunganya yang sudah ditumbuk maupun belum.

Baca juga : Kluwak, Bumbu Rempah Berwarna Hitam Mempunyai Rasa Gurih yang Khas

Selama ini, masyarakat Indonesia memanfaatkan biji pala sebagai rempah-rempah masakan untuk menambah cita rasa dan aroma makanan sedangkan daging buah yang aromanya harum dan rasanya sedikit masam dimanfaatkan untuk bahan baku sirup ataupun manisan. Pala bisa disebut sebagai tanaman herbal yang mempunyai nilai ekonomis dan multiguna.

Pala, pemicu kolonialisme di Nusantara

Karena setiap bagian dari tanamannya dapat dimanfaatkan untuk pengobatan herbal berbagai penyakit. Biji, buah, daun, dan aril dari tanaman pala dapat diambil minyak atsiri atau minyak esensialnya. Minyak atsirinya dapat digunakan untuk aromaterapi karena aromanya yang harum.

Selain itu, minyak atsiri juga mengandung berbagai senyawa yang dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu minyak atsiri dari pala menjadi potensi pengembangan obat dengan berbagai aktivitas farmakologis yang dapat mengatasi berbagai penyakit. Diantaranya Memberikan efek antiradang, antinyeri dan meningkatkan sirkulasi darah, juga memiliki sifat antibakteri, antijamur, antidepresan, dan antikanker. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *