Pungguk Wengi (Ninox rudolfi) merupakan burung hantu endemik Pulau Sumba, Indonesia. Burung hantu pungguk wengi dalam Bahasa Sumba Timur disebut katowai yang artinya pemanggil babi. Bila malam hari di kebun terdengar suara pungguk wengi, pertanda ada babi hutan yang mendekat mencari tanaman ubi.

Burung pungguk wengi dalam bahasa Inggris disebut Sumba Boobook. Habitat burung pungguk wengi adalah di hutan primer dan sekunder, serta tepian hutan termasuk petak-petak hutan tersisa dari dataran rendah hingga ketinggian 930 mdpl.

Pungguk Wengi hanya keluar pada malam hari

Daerah penyebaran burung pungguk wengi hanyalah di Sumba, Nusa Tenggara. Pungguk wengi merupakan spesies burung hantu yang berukuran cukup besar. Panjang tubuh pungguk wengi dewasa bisa mencapai ukuran 35 – 40 cm.

Baca juga : Burung Hantu, Sang Pemburu Malam yang Punya Tampilan Eksotis

Burung hantu ini memiliki dagu dan alis berwarna putih, memiliki mahkota, totol-totol putih, dan bagian atas berwarna cokelat dengan sedikit totol-totol. Warna bulu tenggorokan putih dan tubuh bawah bergaris cokelat, dengan iris berwarna cokelat. Ukuran tubuh betinanya cenderung lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh yang jantan.

Sepasang burung Pungguk Wengi

Pungguk wengi lebih sering dijumpai terbang soliter atau berpasangan. Atau dalam kelompok kecil yang terpencar sampai 4 individu. Tidak mudah melihat burung hantu jenis ini di Pulau Sumba, sebab sebagaimana burung hantu pada umumnya, pungguk wengi bergerak pada malam hari.

Pada waktu siang hari, pungguk wengi bersembunyi di lubang-lubang pohon. Makanan utama burung pungguk wengi adalah serangga. Belalang menjadi sumber makanan favorit pungguk wengi. Burung ini begitu sulit diidentifikasi, jika tidak mendengarkan suaranya, atau terlihat di bawah cahaya bulan. Sebab, kepak sayapnya nyaris tidak terdengar.

Pungguk Wengi di lubang pohon

Pada periode berbiak, pungguk wengi menjadikan lubang pohon yang seukurah tubuhnya sebagai sarang dan tempat tidur. Umumnya, jenis pohon yang dijadikan sarang adalah marra (Tetrameles nudiflora). Pada malam hari burung ini akan segera keluar dari sarangnya.

Baca juga : Tarsius, Primata Terkecil di Dunia yang Unik dan Paling Langka di Dunia

Mata merah dengan sorotan tajam terlihat melintas senyap. Tidak lama, sosok tersebut hinggap di dahan pohon. Pungguk wengi lebih banyak terlihat di Pre Komba, blok hutan di kawasan Taman Nasional Laiwanggi Wanggameti. Tepatnya, di ujung timur Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Pungguk wengi sedang makan belalang

Sesaat kemudian terdengar suara khasnya “kook… kook…. kook” dalam frekuensi cepat, terdengar nyaring. Seolah, ingin menunjukkan wilayah teritorialnya. Kini populasi burung punggok wengi mengalami penurunan.

Penurunan populasi pungguk wengi salah satunya diakibatkan oleh menyempitnya habitat alaminya akibat ulah manusia. Selain itu popularitas burung hantu secara keseluruhan sebagai hewan peliharaan di Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini dapat membahayakan kehidupan sejumlah spesies burung hantu yang jumlahnya kurang melimpah.

Kehadiran Pungguk Wengi di kebun bisa menjadi pertanda kedatangan babi hutan

International Union for Conservation of Nature [IUCN] menetapkan status konservasi pungguk wengi adalah Near Threatened atau Hampir Terancam Punah dengan tren populasi yang menurun. Diperkirakan, populasinya tinggal 6.000-15.000 individu dewasa yang menghuni hutan Pulau Sumba secara umum.

Baca juga : Sugar Glider, Mamalia Nokturnal Lucu yang Mampu Meluncur di Udara

Berkurangnya tutupan hutan akibat pembukaan lahan dan pembakaran berulang untuk penggembalaan dan pertanian, menjadi ancaman serius lestarinya habitat pungguk wengi. Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, pungguk wengi ternyata tidak termasuk dalam daftar dilindungi.

Pungguk Wengi yang kian menurun populasinya

Dengan kenyataan bahwa satwa ini semakin menurun populasinya, pemerintah harus segera mengambil langkah dengan memasukkan pungguk wengi dan beberapa jenis burung hantu lainnya ke dalam daftar spesies dilindungi di Indonesia untuk mengurangi perburuan. Dengan tetap lestarinya pungguk wengi akan membuat ekosistem alam berjalan dengan baik. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *