Kucing selama ini identik dengan binatang peliharaan yang imut dan menggemaskan. Selain lucu, kucing juga terbilang hewan yang jinak dan aman untuk dipelihara bahkan oleh anak kecil sekalipun. Kehadiran kucing di rumah kadangkala jadi hiburan tersendiri.
Ada banyak jenis kucing di dunia ini, dan hampir semua kucing peliharaan yang kita kenal sangat takut dan anti sama air. Kadang hewan-hewan berbulu ini berontak jika mengetahui dirinya akan dibersihkan dan dimandikan.
Namun ternyata, ada jenis kucing yang tidak takut air sama sekali, yakni kucing bakau. Hidupnya pada habitat spesifik, utamanya di hutan mangrove pesisir pantai dan tepian badan air. Makanannya ikan, walau terkadang memangsa burung kecil, crustacean, dan mamalia kecil. Kebiasaannya menangkap ikan dengan kuku-kuku kaki membuatnya dijuluki fishing cat.
Kucing Bakau (Prionailurus Viverrinus) adalah anggota keluarga Felidae bersama singa, harimau, cheetah, macan, jaguar, dan berbagai spesies kucing lainnya. Kucing bakau merupakan salah satu dari 40 spesies kucing liar yang ada di dunia dan ditemukan di India juga Asia Tenggara.
Baca juga : Mengenal Kucing Busok, Endemik Pulau Raas, Kab. Sumenep Jawa Timur
Kucing bakau termasuk dari 7 jenis kucing liar di Indonesia yang dilindungi yaitu macan dahan (Neofelis spp), kucing emas (Catopuma temminckii), kucing merah (Catopuma badia), kucing batu (Pardofelis marmorata), dan 3 spesies genus Prionailurus. Kucing bakau (Prionailurus viverrinus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), dan macan tandang (Prionailurus planiceps).
Kucing bakau memiliki keunikan pada habitat hidupnya di lahan basah terutama di kawasan rawa, daerah aliran sungai, hutan mangrove, dan tepi pantai. Kucing ini juga diketahui dapat menyelam dan berenang dalam jarak yang jauh untuk berburu mangsa.
Kucing terbesar dalam genus Prionailurus ini tersebar mulai dari timur Pakistan, India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Vietnam, Thailand, Laos, Malaysia, hingga Indonesia. Di Indonesia, kucing ini tercatat menghuni pesisir pantai Jawa dan Sumatra.
Di Indonesia, nama kucing bakau masih jarang terdengar di masyarakat. Sebagian besar masyarakat hanya familiar dengan harimau dan macan tutul ataupun kucing hutan. Dalam hal penelitian dan konservasi pun, kucing ini masih minim perhatian.
Kucing bakau memiliki tubuh yang kekar dengan tungkai kaki dan ekor yang relatif pendek. Mengutip dari Smithsonian’s National Zoo & Conservation Biology Institute, kucing bakau memiliki panjang tubuh sekitar 85 hingga 115 sentimeter dan tinggi sekitar 40 sentimeter.
Kucing bakau jantan memiliki berat sekitar 8 hingga 14 kilogram, sedangkan betinanya lebih ringan yaitu sekitar 5 hingga 9 kilogram. Kucing bakau memiliki bulu pendek berwarna abu-abu coklat dan dilengkapi dengan bintik-bintik hitam, sehingga membuatnya terlihat seperti macan tutul.
Baca juga : Kucing Persia Ras Kucing Paling Populer Dipelihara yang Tidak Memiliki Naluri Berburu
Kucing bakau juga memiliki enam hingga delapan garis hitam yang melintang dari dahi hingga ke lehernya. Matanya bulat dan besar dengan kepala bulat yang memanjang. Menyadur dari Fishing Cat Conservation Alliance, kucing bakau memiliki telinga yang pendek, bulat, dan dapat melipat ketika menyelam untuk mencegah agar tidak ada air masuk ke telinganya.
Kucing bakau merupakan satu dari tiga jenis kucing yang tidak takut air, karena kucing ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di air. Kucing bakau juga mempunyai kemampuan untuk berenang yang sangat baik serta menyelam untuk mengambil makanannya.
Karena kucing bakau didukung dengan adanya selaput di antara jari-jari kakinya dan bentuk ekor memipih yang dapat digunakan sebagai dayung. Selain itu tubuh kucing hutan juga disokong dengan otot-otot kaki pendeknya yang sangat berguna sebagai pengayuh saat berenang.
Kucing bakau juga menunjukkan adaptasi hewan semi-akuatik pada bulunya yang pendek. Dilansir dari International Society for Endangered Cats (ISEC) Canada, bulu kucing bakau pendek dan sangat lebat membuat air tidak bisa menembusnya. Selain menjaga mereka tetap kering, bulu lebat tersebut menjaga kucing bakau agar tetap hangat walau tinggal di habitat yang berair.
Kucing bakau memiliki cakar yang panjang. Cakar mereka bahkan tetap menonjol walaupun sudah ditarik ke dalam. Cakar, tubuh penuh otot, dan kemampuan berenang juga menyelam membuat kucing bakau sangat pandai menangkap ikan. Kemampuannya menangkap ikan membuat kucing bakau dijuluki sebagai fising cat atau ikan pemancing.
Namun, mereka tidak hanya berburu ikan dan hewan laut lainnya. Kucing bakau adalah predator yang kuat, mereka sanggup berburu mangsa yang jauh lebih besar dibanding dengan ukuran tubuhnya. Kucing bakau merupakan hewan nokturnal (hewan yang aktif di malam hari) yang lincah dan sulit untuk ditangkap ataupun ditemui.
Sayangnya, jumlah kucing bakau yang ditemukan di alam semakin menurun bersama dengan terkikisnya lahan basah yang menjadi habitatnya. Hingga saat ini kucing bakau termasuk ke dalam hewan rentan punah dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Pada umumnya kucing bakau dapat bereproduksi sepanjang tahun dan biasanya membangun sarang pada area semak-semak dan alang-alang untuk melindungi anaknya dari predator. Kucing bakau biasanya melahirkan 2-3 anak kucing dengan usia kehamilan 2-3 bulan dan baru bisa aktif bergeak pada usia 1 bulan.
Bayi kucing bakau disapih oleh induknya saat usia 8-9 bulan dan biasanya terjadi setelah kucing ini telah memiliki gigi dewasa serta telah mampu berburu secara mandiri. Berdasarkan catatan pengamatan angka harapan hidup kucing bakau di alam liar pada umumnya 10 tahun.
Baca juga : Elegannya Kucing Anggora sang Harta Karun Bangsa Turki
Kucing bakau aktif di malam hari dan sering berada di dekat perairan. Mangsa utamanya ikan, sementara yang lain adalah burung, serangga, dan tikus. Hewan ini akan turun ke air memakai cakarnya untuk menangkap ikan. Kucing ini menandai wilayahnya menggunakan urinnya yang berbau tajam.
Berdasarkan P.106/MENLHK/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, Indonesia telah memberikan status perlindungan pada delapan jenis kucing. Tercatat, kucing merah, kucing emas, macan dahan, macan tutul, harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], kucing batu, kucing kuwuk [Prionailurus bengalensis], kucing tandang, hingga kucing bakau.
Lebih jauh, perlindungan terhadap satwa bergenus Prionailurus sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Di benua Asia populasinya menurun drastis akibat alih fungsi lahan secara besar-besaran. Berbagai sumber mengatakan bahwa ancaman kepunahan spesies ini terjadi disebabkan aktivitas perburuan liar.
Hewan ini diburu untuk diambil kulitnya, rambut, serta bagian tubuh lainnya. Penangkapan hewan ini untuk dijadikan hewan peliharaan juga terjadi di masyarakat. Perburuan dan jual beli satwa tidak kunjung dapat diredam sampai sekarang. Tanpa solidaritas manusia, minimnya informasi dan kepedulian akan mempercepat kepunahan kucing bakau di dunia. (Ramlee)
[…] Baca juga : Kucing Bakau, si Kucing Pemancing Jago Berenang dan Menyelam yang Kian Terancam Punah […]
[…] Baca juga : Kucing Bakau, si Kucing Pemancing Jago Berenang dan Menyelam yang Kian Terancam Punah […]
[…] Baca juga : Kucing Bakau, si Kucing Pemancing Jago Berenang dan Menyelam yang Kian Terancam Punah […]
[…] Baca juga : Kucing Bakau, si Kucing Pemancing Jago Berenang dan Menyelam yang Kian Terancam Punah […]
[…] Baca juga : Kucing Bakau, si Kucing Pemancing Jago Berenang dan Menyelam yang Kian Terancam Punah […]