Buah kalangkala (Litsea garciae) merupakan buah khas Kalimantan Selatan yang diperjualbelikan di pasar-pasar tradisional dalam bentuk segar. Adapula tersedia di warung makan khas Banjar dalam bentuk siap santap.
Litsea garciae yang bersinonim dengan Litsea sebifera yang asli Pulau Jawa, terutama di daerah Priangan. Iklim yang lembap dan hujan yang merata cocok untuk pertumbuhan huru tangkulak (nama kalangkala di Sunda).
Pohon kalangkala tumbuh secara liar di hutan atau bisa juga di kebun dan pekarangan rumah di perdesaan. Pohonnya besar dan dapat tumbuh mencapai ketinggian puluhan meter. Pohon kalangkala sangat mencolok penampilannya dari jauh.
Ini karena bentuk dahannya yang horizontal, membentuk sudut sekitar 45 derajat dari batang utama. Dahannya sangat rapuh, sehingga apabila memanennya dengan menebas dahannya atau memetiknya dengan menggunakan tangga.
Baca juga : Kepel, Buah Kesukaan Para Putri Keraton yang Kini Mulai Langka
Bunga yang selanjutnya tumbuh menjadi buah menempel dengan tangkai besar ke dahan dan ranting. Dahan-dahan yang berbuah seperti ditempeli buah-buah ini di sepanjangnya. Kalangkala berbuah setahun sekali (musiman) sehingga buah ini hanya dapat ditemui pada saat tertentu.
Biasanya banyak tumbuh di daerah hulu sungai. Buah ini sudah jarang diketahui oleh generasi muda. Buah kalangka ini bentuknya bulat, kulit buahnya lunak. Sebagian ditutup kelopak buah yang keras. Kulit buah muda warnanya hijau dan berangsur-angsur merah muda jika matang.
Daging buahnya lunak mirip dengan buah alpukat tetapi warna dagingnya putih. Sedangkan bijinya bundar, keras, berwarna coklat. Panen buah biasanya dilakukan serempak dalam satu pohon karena buah masak hampir secara bersamaan.
Umumnya buah kalangkala ini diambil dari dalam hutan. Penjual buah-buahan di Pasar Ahad Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, mengatakan jika buah kalangkala banyak dipasok dari kawasan Martapura, Kalimantan Selatan.
Dulu masyarakat pedesaan di Pulau Jawa mengolah biji dan buah kalangkala sebagai bahan baku minyak untuk lampu penerangan. Artinya selain menjadi buah konsumsi, buah kalangkala bisa dimanfaatkan juga sebagai sumber bioenergi.
Penyebaran kalangkala hingga ke Pulau Bangka dan Kalimantan. Di Pulau Jawa kini tanaman wuru lilin (kalangka) hampir tidak terlihat lagi jejaknya. Kalangkala kini justru kerap disebut sebagai buah hutan Kalimantan.
Baca juga : Jamblang, Buah Mirip Anggur yang Mulai Langka yang Banyak Manfaatnya
Saat ingin mengolah buah kalangkala, maka tinggal menarik kelopak itu dari tangkainya. Buah kalangkala akan terlepas dengan mudah. Pengolahan buah kalangkala dicopot dari tangkai dan kelopaknya, kemudian dicuci bersih dengan air sampai bersih.
Kemudian rendam buah kalangkala dalam air hangat hingga semua buah tercelup di air. Jika memakai air terlalu panas daging buahnya pipih, dan jika memakai air dingin daging buahnya tidak matang. Setelah itu taburi air rendaman tadi dengan garam secukupnya.
Setelah dua atau tiga jam, buah kalangkala siap disantap. Daging buah kalangkala bertekstur lembut dilindungi kulit buah yang sangat tipis. Sehingga buah ini mudah sekali penyok dan membusuk membentuk noda hitam pada kulit. Sayang kulit buah yang tipis dan lunak gampang memar dan menghitam membuat kalangkala tidak tahan pengangkutan jarak jauh.
Buah yang telah direndam air panas dapat dimakan daging buah bersama-sama kulit luarnya yang tipis. Tekstur daging buahnya lembut seperti buah alpukat, berwarna hijau kekuningan, mempunyai citarasa gurih dan manis.
Terasa ada kandungan sedikit lemak dan protein juga di dalam daging buah, seperti juga halnya rasa daging buah alpukat. Citarasa mirip alpukat beralasan karena keduanya masih sekerabat. Daging buah ini membalut biji besarnya yang berwarna cokelat muda hingga cokelat tua.
Buah ini dapat dimakan bersama nasi atau dicampurkan dengan sambal terasi atau menambahkan irisan bawang merah mentah saat merendam buah kalangkala. Buah kalangkala yang matang biasanya dibuat masyarakat sekitar untuk makanan pendamping, ada yang menyebut gangan kalangkala atau cacapan kalangkala.
Baca juga : Gandaria, Buah Eksotis yang Kaya Manfaat
Buah ini bagi orang Banjar menjadi sayur yang sedap saat makan. kalangkala memang menjadi sayuran buah sebagai pelengkap makan nasi dan ikan yang mempunyai cita rasa tersendiri bagi penyukanya. Sayur kalangkala ini berasa gurih, asin dan sedikit asam. Rasa yang khas ini menjadikan acara makan semakin nikmat.
Biji buah kalangkala dapat dibuat obat untuk mengobati bisul. Caranya, dengan menumbuknya dan menghaluskannya, kemudian ditempelkan ke bagian yang sakit. Namun perlu penelitian lebih lanjut tentang manfaat tumbuhan kalangkala untuk manfaat lainnya.
Berdasarkan riset, buah kalangkala mengandung asam laurat hingga 71 %. Jumlahnya lebih besar daripada asam laurat asal kelapa (sumber utama asam laurat nabati) yang hanya 44-52%. Dunia farmasi mengenal asam laurat sebagai asam lemak rantai sedang yang bersifat antibakteri, antiprotozoa, dan antivirus.
Air susu ibu (ASI) sumber utama asam laurat. Konsumsi pucuk daun kalangkala membantu memperbanyak dan melancarkan produksi air susu ibu (ASI). Rasanya mirip pucuk jambu bol. Perlu penelitian khusus untuk kalangkala, sebab banyak manfaat dari alpukat Kalimantan ini. (Ramlee)
[…] Baca juga : Kalangkala, Buah Hutan Langka Teman Bersantap Masyarakat Banjar […]