Kepel (Stelechocarpus burahol) adalah jenis pohon yang menghasilkan buah yang bentuk dan warnanya mirip seperti sawo. Buah ini mempunyai beragam manfaat. Keistemawaan pohon ini juga menjadikannya sebagai gambar perangko yang diterbitkan PT. Pos Indonesia pada tahun 1998 dan 2010.

Pohon Kepel di beberapa daerah di Indonesia, dikenal juga sebagai pohon kecindul, cindul, simpol, burahol, dan turalak. Dalam bahasa Inggris, tumbuhan langka ini dikenal sebagai Kepel Aple. Pohon Kepel tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Indonesia, hingga Kepulauan Solomon, bahkan Australia.

Pohon kepel adalah flora khas atau tumbuhan identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketentuan ini telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Kepala DIY No. 385/KPTS/1992 mengenai Penetapan Flora dan Fauna Daerah Provinsi DIY.

Pohon kepel mampu tumbuh tinggi menjulang

Pohon kepel bisa tumbuh hingga ketinggian 20 meter sampai 25 meter dan diameter batangnya sekitar 40 cm. Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan bekas tempat bunga dan buah. Bunga dan buah kepel memang muncul di batang pohon, bukannya di pucuk ranting atau dahan.

Baca juga : Buah Kesemek, si Genit dari Asia Timur yang Kaya Gizi

Daun kepel berbentuk lonjong meruncing dengan panjang 12 cm sampai 27 cm dan lebar 5 cm hingga 9 cm. Daunnya berwarna hijau gelap dengan permukaan mengkilap dan tidak berbulu. Tangkai daun tumbuhan kepel sekitar 1,5 cm.

Bagian daun tanaman kepel juga memiliki manfaat kesehatan

Bunga tumbuhan kepel berjenis kelamin tunggal. Saat bunga masih muda atau baru tumbuh, warnanya kehijuan dan akan berubah seiring waktu menjadi keputihan. Uniknya, bunga pada tumbuhan ini akan muncul setelah tanaman berusia 8 tahun.

Sedangkan buahnya siap dipetik 4 bulan setelahnya. Musim buah kepel terjadi sebanyak 2 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Desember hingga Februari dan bulan Juni sampai Juli. Saat musim hujan rasa buahnya kurang manis, sedangkan saat musim kemarau rasanya akan lebih manis, meskipun jumlah buahnya lebih sedikit dibandingkan musim hujan.

Buah kepel atau buah burahol tumbuh bergerombol pada batang pohon. Bentuk buahnya lonjong kebulatan dengan diamater sekitar 5 cm sampai 6 cm. Warna kulit buahnya kecoklatan seperti buah sawo. Sedangkan daging buah kepel berwarna kekuningan dan berbeda dengan sawo yang warna kecoklatan.

Buah kepel menghasilkan banyak biji berwarna cokelat dan bentuknya oval. Pada satu buah kepel biasanya terdapat 4 sampai 6 biji dengan ukuran sekitar 3 cm. Biji buah ini bisa dimanfaatkan untuk kerajinan gelang, tasbih, dan hiasan.

Bunga kepel muncul pada batang pohon dan bukannya di dahan atau ranting-rantingnya

Flora ini berasal dari kawasan Asia Tenggara, lebih tepatnya berasal dari daerah Indonesia dan Malaysia. Sebarannya saat ini mencakup kawasan Filipina, India, Kepulauan Solomon, Australia, Amerika Selatan, dan Florida. Habitat yang cocok agar tanaman ini tumbuh subur adalah lingkungan tropis yang lembap dengan ketinggian hingga 600 meter diatas permukaan laut.

Baca juga : Jamblang, Buah Mirip Anggur yang Mulai Langka yang Banyak Manfaatnya

Pohon Kepel merupakan flora identitas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kala itu, Sultan Mataram memerintahkan untuk menanam pohon itu di halaman istana untuk diambil dan dimakan buahnya terutama buat para putri sultan. Hanya dengan memakan buah kepel yang sudah masak ini, para putri ini dari tubuhnya akan menebarkan aroma yang sedap.

Pohon kepel akan berbuah dua kali setahun

Keringatnya akan wangi dan napasnya harum. Pohon kepel mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, melalui buahnya terbukti berkhasiat mengobati beberapa penyakit atau masalah tubuh secara alami. Daun kepel berkhasiat mengobat asam urat secara alami. Caranya adalah dengan meminum air rebusan daun kepel secara teratur.

Kandungan pada daging buah pohon kepel mampu bekerja sebagai zat anti kanker. Kandungan efektif tersebut antara lain isoflavon, acetogenin, styryl lactones, dan lain-lain. Kandungan isoflavon akan bertugas mengendalikan sifat estrogenik sel kanker. Selain itu daging buah kepel dipercaya mempunyai khasiat memperlancar air kencing dan mencegah inflamasi ginjal.

Sebagai tanaman putri raja, pohon ini mempunyai filosofi yang dipercaya oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Nama kepel berasal dari bahasa Jawa yang artinya kepalan atau genggaman tangan manusia. Maknanya menandakan giat atau greget dalam bekerja.

Bila dijabarkan, pohon kepel melambangkan “manunggaling sedya kaliyan gegayuhan” yang artinya adalah bersatunya niat dengan bekerja. Selain itu, ada pula mitos buah kepel yang membuat masyarakat tidak berani menanamnya. Pada zaman dulu masyarakat percaya bahwa jika pohon ini ditanam sembarangan atau tidak untuk kepentingan keraton, maka akan kuwalat atau mendapat bencana.

Buah kepel mirip dengan buah sawo

Kepel tergolong salah satu tanaman langka Indonesia. Keberadaannya semakin sulit ditemukan walaupun kepel ditetapkan sebagai flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penyebab pohon kepel langka berawal dari anggapan tentang kepel sebagai pohon eksklusif yang hanya ditanam di sekitar keraton dan hanya dimanfaatkan oleh para bangsawan.

Baca juga : Buah Kecapi si Asam Manis yang Kian Susah Didapat

Selain itu, populasinya yang jarang disebabkan oleh rendahnya minat untuk membudidayakan tanaman ini. Latar belakangnya adalah nilai ekonomi tanaman kepel yang dianggap rendah dan kurang menarik. Daging buahnya hanya sedikit sedangkan sebagian besar buah berisi biji. Sebuah kajian di Taman Nasional Meru Betiri menunjukkan bahwa regenerasi kepel di sana tidak seimbang (populasi abnormal).

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menanam pohon kepel di area Food Park Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, pada Desember 2022

Penyebabnya kemungkinan karena masyarakat memanen buah sehingga tidak tersedia untuk regenerasi secara alami. Penyebab lainnya buah yang dimakan satwa liar di pohon atau di permukaan lahan hutan terbawa air hujan serta masuk ke sungai sehingga busuk dan mati.

Pohon langka ini masih dapat ditemui di kawasan keraton Yogyakarta, TMII, Taman Kiai Langgeng Magelang, Kebun Raya Bogor, dan Taman Buah Mekarsari. Namun, jika ingin membudidayakannya, kini bisa membeli bibitnya di penjual bibit karena taman langka ini sudah mulai diperbanyak oleh para pembudidaya. (Ramlee)

By Ramlee

11 thoughts on “Kepel, Buah Kesukaan Para Putri Keraton yang Kini Mulai Langka”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *