Cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu hewan yang tidak bertulang belakang (invertebrata). Hewan yang satu ini masuk kedalam filum Annelida dengan ordo Megadrilacea dan subordo Lumbricina. Sesuai dengan namanya cacing jenis ini merupakan jenis cacing yang dapat mudah ditemukan di dalam tanah.
Cacing tanah memiliki tubuh dengan bentuk gilig, tidak berangka. Di dalam tubuh cacing tanah juga memiliki segmen dalam dan segmen luar. Cacing tanah mempunyai panjang tubuh yang berkisar antara 7,5 – 10 cm dan tubuhnya berwarna kemerahan.
Pada seekor cacing biasanya memiliki segmen yang berkisar antara 90 – 195 yang pada segmen 27 – 32 memiliki kitelum. Kitelum sendiri merupakan alat yang digunakan sebagai proses reproduksi. Kitelum baru akan muncul apabila cacing telah dewasa atau sekitar 2 bulan.
Cacing tanah juga tidak mempunyai telinga, tetapi peka sekali terhadap sentuhan dan getaran. Demikian pula cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi sel-sel fotosensitif tersebar di seluruh tubuh, sehingga dapat mengetahui adanya cahaya dari kegelapan dan biasanya mempunyai kecenderungan kuat untuk menghindari cahaya.
Baca juga : Bekicot, Hewan Bertubuh Lunak yang Kaya akan Protein
Cacing tanah juga tidak mempunyai gigi, maka makanannya berupa bahan-bahan organik yang telah dirombak oleh mikroorganisme tanah• terutama bakteri yang termasuk kelompok mikrobiota tanah, sedangkan oksigen diambil dari air yang melewati kulitnya sebab cacing tanah tidak mempunyai hidung.
Cacing tanah yang telah dewasa menebarkan sebuah telur (kokon) setiap 7 – 10 hari, yang mengandung 2 – 20 embrio dengan rata-rata 7 embrio, setiap kokon diinkubasikan selama 14 – 21 hari pada tempat yang lembab dengan temperaturantara 29 – 30 oC. Setelah menetas, cacing tanah berkembang cepat, selama 60 – 90 hari sudah siap bereproduksi. Karena cacing tanah bersifat hermaprodit, maka laju perkembangannya cepat sekali.
Cacing bergerak dengan menggunakan otot disepanjang tubuhnya. Selain itu pada cacing terdapat kelenjar yang menghasilkan lendir yang dapat bermanfaat untuk memudahkan dalam bergerak. Cacing tanah tidak mempunyai mata akan tetapi sangat peka terhadap sentuhan dan getaran.
Cacing tanah bernafas dengan menggunakan kulitnya karena pada cacing tidak mempunyai alat pernafasan khusus. Sementara ketika kulit cacing tanah disentuh dan terasa basah dan berlendir, itu karena agar memudahkan dalam penyerapan oksigen. Selain itu Cacing tanah termasuk kedalam spesies hewan yang bersifat soliter atau penyendiri.
Biasanya hewan ini hidup dengan membuat terowongan-terowongan di dalam tanah. Selain itu, cacing ini juga dapat jumpai pada tumpukan bahan organik seperti tumpukan ranting ataupun kayu yang telah lapuk. Keberadaan hewan ini juga dapat dilihat dengan munculnya gundukan pada permukaan tanah.
Cacing tanah berperan penting dan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan ekosistem. Meski banyak orang menganggap cacing tanah adalah hewan yang menjijikkan, tetapi hewan melata satu ini bisa menjadi tanda bahwa terjadinya sebuah ekosistem yang sehat.
Baca juga : Keong Mas, Spesies Eksotik Perusak Padi yang Bergizi Tinggi
Banyak orang tidak mengetahui bahwa cacing tanah mampu mengubah sifat fisik, kimia, dan biologi dari profil tanah. Cacing menjadi kontributor utama yang menjalankan tugas memperkaya dan memperbaiki tanah bagi tumbuhan, hewan, dan manusia. Aristoteles mengemukakan pentingnya cacing tanah dalam mereklamasi tanah dan menyebutnya sebagai “usus bumi” (intestines of the earth).
Cacing tanah dapat meningkatkan struktur tanah. Hal ini karena cacing tanah mampu mengubah struktur lingkungan mereka sendiri. Beragam jenis cacing dapat membuat liang horizontal dan vertikal. Tidak hanya itu, sebagian cacing juga bisa hidup sangat dalam di tanah.
Adanya liang tersebut akan membuat oksigen bisa masuk dan karbon dioksida bisa keluar meninggalkan tanah. Bahkan, kotoran pada cacing juga penting untuk struktur remah tanah yang halus. Cacing tanah berperan penting dalam aktivitas memecah bahan organik mati atau dekomposisi.
Nantinya, dekomposisi akan melepaskan nutrisi pada tumbuhan dan hewan mati, serta membuat tumbuhan hidup siap menggunakannya. Tugas dari cacing tanah adalah memakan bahan organik dan memecahnya menjadi potongan-potongan kecil. Hal ini akan memungkinkan bakteri dan jamur untuk memakan dan melepaskan nutrisi.
Cacing tanah juga berfungsi untuk mendukung drainase air di tanah. Penyaluran dan penggalian oleh cacing dapat mengendurkan dan mengaerasi tanah sekaligus meningkatkan drainase tanah. Itu sebabnya, tanah yang banyak cacing dapat mengering hingga 10 kali lebih cepat daripada tanah tanpa cacing.
Di tanah tanpa pengolahan yang banyak memiliki cacing, infiltrasi air bisa mencapai enam kali lebih besar daripada tanah budidaya. Rongga tanah yang muncul akibat cacing juga berfungsi sebagai lorong untuk kapur dan material lainnya.
Baca juga : Undur-undur, Serangga Unik yang Mempunyai Kandungan Zat Anti Diabetes
Cacing tanah selanjutnya bisa membantu meningkatkan ketersediaan hara. Artinya, fungsi tersebut bisa terjadi dalam dua cara, yakni memasukkan bahan organik ke dalam tanah dan membuka nutrisi yang ada dalam orgasme mati serta materi tanaman.
Nutrisi-nutrisi seperti fosfor dan nitrogen, akan tersedia lebih mudah bagi tanaman setelah cacing tanah mencerna dan mengekskresikan dalam cetakan. Cacing tanah juga membantu mengambil nutrisi melalui profil tanah dan mendekatkannya dengan akar tanaman. Nutrisi yang ada di dalamnya juga akan tersedia bagi bakteri, jamur, dan tanaman. Cacing tanah yang sudah mati juga kaya akan protein yang berfungsi mengembalikan nitrogen ke tanah.
Kebanyakan orang mengenal atau menggunakan cacing sebagai umpan untuk memancing ikan. Cacing tanah juga dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit tetapi harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Beberapa negara telah memanfaatkan cacing tanah untuk pengobatan tradisional dan beberapa manfaat yang lain. (Ramlee)