Undur-undur darat (Myrmeleon sp.) merupakan hewan tingkat rendah yang banyak ditemui di tanah berpasir, gembur dan kering. Undur-undur juga dapat hidup di tempat tersembunyi seperti lantai tanah berpasir, tepi sungai, di pinggir pohon, atau dibawah pagar.
Undur-undur juga banyak dijumpai pada daerah berpasir halus, tanah di hutan terbuka dan kering, daerah-daerah yang harus terlindung dari sengatan matahari, angin dan hujan secara langsung. Undur-undur memang sering terlihat di tempat yang kering dan teduh.
Kalau pekarangan atau halaman rumah memiliki tekstur tanah berpasir, dan terlihat terdapat beberapa lingkaran kecil atau lubang berbentuk corong di pasir tersebut, maka bisa jadi itu adalah tempat tinggal serangga yang bernama “undur-undur”.
Nama Undur-undur “Myrmeleon” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Myrmex (ant) yang berarti semut dan leon (lion) yang berarti singa. Sehingga jika disimpulkan bahwa hewan ini mempunyai bentuk seperti semut, dan sifatnya yang suka memangsa hewan berukuran lebih kecil diibaratkan seperti singa.
Baca juga : Trenggiling, Mamalia Darat Bersisik yang Kian Terancam Punah
Dalam bahasa Inggris, undur-undur dikenal dengan nama antlion. Secara klasifikasi, ia merupakan larva serangga dari famili Myrmeleontidae, ordo Neuroptera (serangga bersayap jala) yang merupakan predator dari semut (Conomyrma sp.).
Dikenal juga sebagai kelompok binatang holometabola, yakni serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Undur-undur dewasa mempunyai bentuk tubuh yang mirip dengan capung dengan perut yang panjang disertai dengan dua pasang sayap yang tidak berwarna dan transparan.
Bentuk tubuh yang paling membedakan dengan capung yaitu capung tidak memiliki antena di kepala, sedangkan undur-undur dewasa memiliki antena di kepalanya. Undur-undur tidak bisa terbang selincah capung dan memiliki ukuran mata yang lebih kecil dibandingkan dengan capung.
Undur-undur dewasa betina akan menghasilkan telur yang diletakkan di dalam tanah berpasir. Dalam sekali bertelur undur-undur betina bisa mengeluarkan sampai 20 telur dan diletakkan di pasir yang bersuhu hangat. Telur kemudian akan menetas menjadi larva dengan tumbuh yang pipih, gempal, berkaki enam, dilengkapi dengan sepasang taring yang panjang di ujung kepalanya.
Selanjutnya adalah fase kepompong atau pupa. Larva undur-undur akan berubah menjadi kepompong dan terbenam di dalam pasir dengan kedalaman beberapa cm. Kemudian, setelah usia kepompong menginjak satu bulan, undur-undur dewasa akan keluar dan menunggu sayapnya kering sehingga bisa terbang bebas. Undur-undur dewasa bisa bertahan hidup antara 20 sampai 25 hari.
Fase awal hewan ini berbentu larva nantinya akan membentuk pupa dan bermetamorfosis menjadi Myrmeleon atau undur-undur. Larva undur-undur sendiri tidak memiliki anus, sehingga sisa-sisa metabolismenya tidak akan dikeluarkan melainkan disimpan dan baru dikeluarkan saat undur-undur berubah menjadi bentuk dewasa.
Baca juga : Mengenal Jangkrik, Hewan Bersuara Nyaring di Malam Hari
Larvanya berbentuk lonjong cenderung membulat. Berukuran sepanjang kuku manusia, kira-kira 1,5 cm (0,6 inci). Rahangnya panjang dan melengkung pada bagian ujungnya seperti sabit panjang, yang dapat menyuntikkan racun ke dalam mangsa.
Masa larva pada umumnya berkisar antara dua sampai tiga tahun. Penampakan undur-undur dewasa mirip dengan capung jarum, bahkan perilaku terbangnya mirip. Pada stadium dewasa (capung) kira-kira berukuran 4 cm (1,5 inci).
Selain dari keunikan morfologinya, cara satwa ini menangkap mangsa pun terbilang menarik. Untuk menangkap mangsanya, ia akan membentuk lubang berbentuk corong atau kerucut sebagai rumah sekaligus tempat perangkap untuk mencari mangsa.
Perangkap ini sering dikenal sebagai doodlebugs atau sand dragons, karena bentuknya berkelok-kelok dan spiral seperti jejak. Undur-undur membenamkan diri didasarnya untuk menunggu mangsa yang terperangkap. Mangsanya adalah serangga-serangga yang terjebak pada lubang, contohnya semut.
Semut (Conomyrma sp.), merupakan makanan ideal bagi undur-undur. Meskipun panjang tubuhnya hanya 1,5 cm tetapi ia mampu menangkap mangsa yang lebih besar dari dirinya karena seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut-rambut kaku yang menjadi jangkar di pasir tempatnya mengubur diri. Ukuran dari lubang ini sendiri tidak tergantung dari besaran tubuh, melainkan dari rasa lapar.
Semakin lama undur-undur tidak makan, maka semakin besar pula ukuran lubangnya. Hal menarik lainnya adalah efek dari irama biologi, dimana undur-undur akan menggali lubang paling besar ketika bulan purnama (dengan 29,5 hari lingkaran dalam isolasi).
Baca juga : Bekicot, Hewan Bertubuh Lunak yang Kaya akan Protein
Sekilas serangga ini tampak tidak memiliki manfaat penting untuk manusia. Akan tetapi masyarakat di beberapa daerah telah memanfaatkannya sebagai obat bagi penderita diabetes. Seperti masyarakat Kepulauan Karimun Jawa, yang secara tradisional telah memanfaatkan satwa ini sebagai obat penurun gula darah dengan menggunakan pisang sebagai campurannya.
Berdasarkan beberapa sumber, undur-undur mempunyai kandungan zat anti diabetes yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kepopulerannya juga terbukti dari semakin banyaknya kalangan pebisnis yang membudidayakan dan menjual serangga yang berjalan mundur ini.
Meskipun demikian, agar populasinya tidak habis maka diperlukan usaha konservasi untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Mengingat sudah semakin jarang dijumpai undur-undur di habitat aslinya. Mungkin karena pemukiman sudah mulai padat, namun biasanya di pedesaan hewan ini masih mudah untuk didapatkan. (Ramlee)
[…] Baca juga : Undur-undur, Serangga Unik yang Mempunyai Kandungan Zat Anti Diabetes […]
[…] Baca juga : Undur-undur, Serangga Unik yang Mempunyai Kandungan Zat Anti Diabetes […]