Gadung (Dioscorea hispida) adalah sejenis tumbuhan berumbi dari suku uwi-uwian (Dioscoreaceae) yang tumbuh subur di daerah beriklim tropis. Tanaman gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik.

Umbi gadung termasuk termasuk bahan makanan yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, kecuali masyarakat di perdesaan. Pada umumnya umbi gadung diolah pengganti makanan pokok, seperti beras dan sagu. Di Nusa Tenggara dan Maluku, biasa digunakan sebagai makanan pokok sebagai pengganti jagung dan sagu terutama di wilayah-wilayah kering.

Pemanfaatan umbi gadung sebagai bahan makanan masih sangat terbatas, karena umbi gadung mengandung suatu jenis racun, yaitu dioscorin, diosgenin dan dioscin yang dapat menyebabkan gangguan syaraf. Sehingga apabila memakannya akan terasa pusing dan muntah-muntah.

Gadung tumbuh menjalar ke atas

Tumbuhan gadung berbatang merambat dan memanjat, panjangnya sekitar 5 – 20 m. Arah rambatannya selalu berputar ke kiri (melawan arah jarum jam, jika dilihat dari atas). Ciri khas ini penting untuk membedakannya dari gembili (D. aculeata) yang memiliki penampilan mirip namun batangnya berputar ke kanan.

Baca juga : Bengkuang, Umbi Putih yang Mempunyai Segudang Khasiat

Gadung merambat pada tumbuhan berbatang keras. Batangnya kurus ramping, setebal 0,5 – 1 cm, ditumbuhi duri, berwarna hijau keabu-abuan. Daun-daunnya terletak berseling, dengan tiga anak daun menjari, bentuk bundar telur atau bundar telur sungsang, tipis bagai kertas.

Bunga gadung

Bunga jantan terkumpul dalam tandan di ketiak; bunga betina majemuk berbentuk bulir. Mahkota bunganya berwarna kuning, benang sarinya berjumlah enam, dan berwarna kuning juga. Umbinya terbentuk di dalam tanah, berjumlah banyak dan tidak beraturan bentuknya, menggerombol dalam kumpulan hingga selebar 25 cm.

Sementara buahnya, berbentuk elips, berdaging, berdiameter ± 1 cm, dan berwarna cokelat. Ada beberapa varietasnya, di antaranya yang berumbi putih; yang besar dikenal sebagai gadung punel atau gadung ketan (Jw.) sementara yang kecil berlekuk-lekuk disebut gadung suntil dan yang berumbi kuning, antara lain; gadung kuning, gadung kunyit, atau gadung padi.

Umbi gadung dikenal sangat beracun. Umbi ini dapat digunakan sebagai racun ikan atau dioleskan pada mata panah untuk berburu. Sepotong umbi sebesar apel cukup untuk membunuh seorang pria dalam waktu 6 jam. Efek pertama berupa rasa tidak nyaman di tenggorokan, yang berangsur menjadi rasa terbakar, diikuti oleh pusing, muntah darah, rasa tercekik, mengantuk dan kelelahan.

Di Indonesia, khususnya di daerah perdesaan, banyak dikenal cara untuk menghilangkan racun yaitu merendam umbi gadung ke dalam larutan garam atau abu. Kemudian setelah dijemur dilakukan perendaman di dalam air yang mengalir selama 1 hari.

Umbi gadung yang telah siap dipanen

Perendaman ini juga dapat dilakukan pada air yang tidak mengalir dengan cara mengganti air rendaman setiap 4 jam sekali. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air yang mengalir selama 2 hari. Bagian umbi gadung yang dapat dimakan sekitar 85%.

Baca juga : Nanas, Buah Tropis Kaya Nutrisi untuk Kesehatan Tubuh

Dibandingkan dengan singkong, umbi gadung segar (basah) mengandung kadar karbohidrat relatif lebih sedikit, tetapi memiliki kadar air dan protein yang lebih tinggi. Di Indonesia, tanaman gadung belum banyak diusahakan sebagai tanaman pangan, tetapi tanaman gadung tumbuh liar di antara semak-semak, di hutan terlindung dan ditempat lainnya.

Gadung dipanen umbinya setelah banyak dan besar atau sekitar umur ± 1 tahun

Jumlah umbi dalam satu kelompok dapat mencapai 30 umbi. Gadung kuning umumnya lebih besar dan padat umbinya bila dibandingkan dengan gadung putih. Sedangkan jumlah umbinya setiap kelompok tidak berbeda dengan gadung putih.

Secara umum tanaman gadung tidak menuntut iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya. Tanaman gadung membutuhkan penyinaran matahari minimal 10 jam per hari, dengan curah hujan 760 – 1015 mm per tahun. Temperatur minimum 10 oC dengan ketinggian antara 845 – 500 m di atas permukaan laut.

Gadung dapat tumbuh pada semua jenis tanah, baik latosol, alluvial, maupun podsolik, di mana padi dan jagung kurang bagus tumbuhnya. Gadung biasanya ditanam dalam bentuk tunas yang terdapat pada umbinya. Benih yang baik berasal dari umbi yang baik dan sehat. Untuk memperoleh benih yang baik, tunas harus diambil dari tanaman induk yang memenuhi syarat.

Gadung dipanen pada saat umbinya sudah banyak dan relatif sudah besar serta berumur ± 1 tahun. Untuk mengetahui masa tersebut terlihat dari umbinya yang besar dan banyak. Batang pada umbi sudah mati dan siap diganti dengan tunas yang baru.

Proses awal penghilangan racun pada umbi gadung dengan dilaburi abu

Gadung merupakan salah satu sumber pangan berkarbohidrat tinggi yang didominasi oleh pati. Jumlah pati yang terkandung di dalam umbi gadung lebih rendah jika dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain, seperti beras, jagung, maupun ubi kayu. Dibandingkan dengan singkong, umbi gadung segar mengandung kadar karbohidrat relatif lebih sedikit, tetapi memiliki kadar air dan kadar protein yang lebih tinggi.

Baca juga : Pala, Tanaman Rempah Asli Indonesia yang Penuh Manfaat

Umbi gadung mengandung karbohidrat, serat, protein, dan vitamin penting. Kandungan nutrisi ini membuatnya menjadi sumber nutrisi yang kaya, yang dapat menjaga tubuh tetap sehat dan penuh energi. Tingginya kandungan karbohidrat dalam umbi gadung menjadikannya sebagai tambahan energi dan kalori yang baik.

Keripik gadung

Hal ini bermanfaat terutama untuk orang-orang yang membutuhkan asupan energi ekstra, seperti pekerja keras atau atlet. Sayangnya sampai kini umbi gadung masih dianggap sebagai makanan orang miskin. Potensinya begitu tinggi, meski masih hanya diolah sebagai makanan ringan saja.

Padahal gadung memiliki potensi yang tidak kalah dengan tanaman lainnya. Menurut sebuah penelitian, sehektare tanaman gadung dapat menghasilkan 40 ton tepung gadung. Tepung gadung bisa diolah sebagai nasi gadung, roti gadung, kek, hingga makanan lainnya yang berbahan dasar gadung. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *