Tedong saleko merupakan jenis kerbau langka yang memiliki belang sempurna atau belang simetris yang tersebar di seluruh tubuhnya. Tedong saleko berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat Tana Toraja meyakini kerbau adalah kendaraan bagi arwah menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Kerbau pun memiliki kedudukan unik bagi masyarakat Toraja.
Keseharian masyarakat Tana Toraja, tidak bisa dipisahkan dengan hewan ternak kerbau. Ini berlangsung hingga sekarang. Bahkan, sebelum uang dijadikan alat penukaran transaksi modern, hewan bertanduk ini sudah kerap ditukar dengan benda lain.
Masyarakat beternak kerbau sebagai alat pembajak sawah, sekaligus dianggap hewan sakral dan simbol status sosial. Kerbau dinilai sesembahan tertinggi bagi masyarakat adat Toraja yang meninggal, melalui ritual rambu solo’. Rambu Solo’ ini dilakukan berhari-hari, bahkan ada berminggu-minggu, dan dihadiri ribuan warga.
Salah satu ritual penting adalah penyembelihan kerbau. Dalam kepercayaan Aluk To Dolo, atau agama Toraja kuno, rambu solo’ dilakukan keluarga bangsawan. Makin tinggi nilai kebangsawanan, makin besar dan mewah pula acara. Belakangan ritual ini bisa juga oleh non bangsawan, tetapi memiliki keuangan cukup.
Baca juga : Hewan Berwarna Putih Belum Tentu Albino, Bisa Jadi Leucistic
Tedong dalam bahasa Toraja merupakan sebutan untuk kerbau, sedangkan bonga berarti belang. Dengan demikian, Tedong Bonga diartikan sebagai kerbau belang. Kerbau Toraja ini memiliki motif atau corak belang di sekujur tubuhnya. Warna belang putih tersebut dikenal dengan kulit albino.
Hal menarik dalam ritual ini adalah jenis kerbau yang dikorbankan ternyata memiliki kasta beragam, antara lain tedong bonga, tedong pudu’ dan tedong sambao’. Tedong bonga adalah kerbau dengan kasta tertinggi. Dinamai bonga karena memiliki belang di sekujur tubuh. Tedong bonga ini memiliki beberapa jenis, didasarkan jenis dan belang berada.
Ada juga bonga sanga’daran, yaitu kerbau belang bagian mulut didominasi warna hitam. Ada juga bonga randan dali’ jika warna alis mata hitam. Juga bonga lotong boko’ jika memiliki warna hitam di bagian punggung. Tedong bonga dengan nilai tertinggi adalah tedong saleko atau kerbau belang terbaik. Kulit didominasi warna putih pucat, dengan bercak atau belang hitam di sekujur tubuh.
Lalu ada juga bonga randan dali’ jika warna alis mata hitam. Juga bonga lotong boko’ yang memiliki warna hitam di bagian punggung. Untuk Tedong bonga dengan nilai tertinggi adalah tedong saleko atau kerbau belang terbaik. Kulit didominasi warna putih pucat, dengan bercak atau belalang hitam di sekujur tubuh.
Kerbau ini dikenal dengan keindahan motif belang hitam putih pada tubuhnya dan harganya yang fantastis, bahkan bisa mencapai miliaran rupiah. Umumnya, masyarakat Toraja menyebut kerbau belang mereka dengan nama “tedong bonga”. Tedong Bonga merupakan kerbau belang Toraja secara umum, dengan motif belang hitam putih dalam jumlah dan ukuran yang bervariasi.
Sementara untuk kerbau tedong saleko mempunyai kulit berwarna putih bersih dengan totol hitam tersebar di seluruh tubuh. Kerbau ini seringkali dibandingkan dengan sapi perah Holstein Friesian karena kemiripan warnanya. Tedong saleko mempunyai tanduk berbentuk sabit dan berwarna putih gading pada saat dewasa. Bola mata berwarna putih, dan umumnya tidak terlalu tinggi.
Baca juga : Babi Batang, Hewan Unik Bertubuh Gempal Berotot Penghuni Hutan Sumatera
Tedong saleko, kerban endemik Toraja mempunyai harga yang fantastis. Harga sangat tergantung kondisi kerbau itu, yaitu dari belang, panjang tanduk, tanda khusus di tubuh, hingga panjang ekor. Semakin besar tanduk dan belangnya akan semakin mahal. Kabarnya kerbau dengan kriteria khusus ini harganya bisa mencapai miliaran rupiah.
Kerbau ini berharga sangat mahal mungkin karena digunakan untuk ritual, dan sulit mendapatkan kerbau ini. Dibanding kerbau lain, proses pembiakan saleko relatif susah karena masa birahi betina yang sulit diketahui. Sangat beruntung dan dinilai berkah jika ada yang berhasil membiakkannya.
Seekor saleko jantan yang dikawinkan dengan saleko betina belum tentu melahirkan seekor anak saleko. Saleko bahkan bisa diperoleh dari perkawinan sepasang kerbau biasa. Karena itulah saleko dengan kondisi istimewanya, harganya pasti fantastis.
Dibanding kerbau lain, proses pembiakan Tedong saleko relatif susah karena masa birahi betina yang sulit diketahui, tidak mudah mendapatkan seekor anak saleko. Sejatinya, kerbau belang masuk ke dalam rumpun kerbau rawa Asia (Bubalus bubalis carabanensis) yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia. Hanya saja, untuk jenis kerbau belang, populasinya paling banyak ditemui di Toraja.
Kehadiran kerbau belang dan mengapa bisa terbentuk seperti itu sempat menjadi sebuah misteri sebelum akhirnya berhasil dipecahkan oleh tim peneliti gabungan pada awal 2022. Kerbau albino disebabkan oleh adanya kegagalan mutasi pada gen TYR yang menyebabkan produksi asam amino menjadi berkurang.
Kondisi ini menyebabkan tidak terbentuknya enzim tyrosinase sehingga kulit menjadi putih atau memunculkan warna belang. Beberapa program pemuliaan dan penangkaran dilakukan untuk melestarikan keberadaan kerbau langka ini.
Baca juga : Labi-Labi Moncong Babi, Satwa Endemik Papua yang Semakin Langka
Populasi yang terbatas dan tingginya permintaan menjadi tantangan dalam upaya pelestarian. Kerbau tedong saleko adalah kekayaan budaya dan fauna langka kebanggaan Indonesia. Keunikan motif belang, perannya dalam tradisi, dan harganya yang fantastis menjadikan tedong saleko hewan ternak yang sangat istimewa.
Kerbau tedong saleko ini menjadi favorit masyarakat Toraja karena bulunya yang sangat indah dan sulit didapatkan sebab populasinya sangat terbatas. Mereka yang mampu membeli kerbau jenis ini secara langsung akan meningkatkan gengsinya dan mengangkat status sosialnya. (Ramlee)