Matoa (Pometia pinnata), sepertinya belum banyak yang mendengar atau mengetahui buah yang satu ini. Matoa merupakan tanaman buah yang sangat identik dengan tanah Papua. Tanaman ini bisa dijumpai hampir di semua tempat di pulau Papua.

Sekilas jika dilihat bentuk dan rasanya, buah matoa ini seperti buah lengkeng. Bentuk matoa ada yang bulat dan ada juga yang lonjong. Rasa buahnya manis dan enak, serta menjadi salah satu buah favorit di Papua, karenanya diminati banyak orang.

Di Jayapura, harga buah matoa cukup mahal. Perkilogramnya bisa mencapai 100 ribu – 200 ribu Rupiah. Biasanya, dijual di pingiran jalan. Buah Matoa memang banyak terdapat di Indonesia timur, namun sebenarnya buah ini tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

Pohon matoa dapat tumbuh besar dan tinggi

Di wilayah Sumatera utara, Matoa dikenal dengan nama Pakam, di Minangkabau dikenal sebagai Langsek Anggang. Sementara matoa di Jawa Barat dikenal dengan sebutan Leungsir, dan di Pulau Jawa disebut Kayu Sapi.

Baca juga : Buah Kecapi si Asam Manis yang Kian Susah Didapat

Pada Tahun 2006, Menteri Pertanian saat itu mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 160/kpts/SR.120/3/2006 tentang pelepasan matoa Papua sebagai varietas unggul. Dalam surat keputusan tersebut, matoa disebut memiliki keunggulan, seperti daging buah tebal dan mudah lepas dari biji.

Bibit matoa hasil semai biji

Rasa buahnya yang manis, merupakan campuran antara rasa kelapa muda, durian, lengkeng serta rambutan. Kulit buahnya relatif tebal dan keras, serta mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah.

Matoa adalah tanaman asli Indonesia dan sangat cocok untuk dijadikan tanaman penghijauan. Matoa sangat direkomendasikan karena dapat tumbuh di segala medan dan memiliki akar serta pangkal batang yang kuat. Selain itu, ternyata Matoa juga memiliki ketahanan terhadap segala jenis serangga.

Matoa mampu tumbuh besar, hingga tinggi mencapai 50 m dan diameter 140 cm. Batang silindris, tegak, warna putih keabuan, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring hingga datar, bercabang banyak sehingga membentuk pohon yang rindang.

Daun majemuk tersusun berseling, 4-12 pasang anak daun, daun muda berwarna merah cerah, setelah tua menjadi hijau pekat. Anak daun jorong hingga bundar telur, ukuran 30 – 40 cm x 8 – 15 cm. Buahnya bulat atau lonjong dengan panjang 5-6 cm, berwarna hijau, merah bahkan hitam. Biji bulat berwarna cokelat muda.

Pohon matoa yang sedang berbunga, mulai berbunga saat berumur 4-5 tahun

Kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan, meubel, lantai, moulding, perkapalan, tangkai peralatan, dan alat olah raga. Pepagan/kulit kayu digunakan sebagai bahan obat. Pohonnya yang rindang berfungsi sebagai peneduh.

Baca juga : Mengenal Buah Alkesa dan Manfaatnya

Terdapat dua jenis buah matoa di Papua, yaitu matoa kelapa dan matoa papeda. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP] Papua menyebut, masyarakat Papua membedakan matoa berdasarkan tekstur buah/salut biji (arillus).

Matoa memasuki masa panen pada bulan Oktober – Desember

Matoa kelapa memiliki salut biji yang kenyal, menyerupai selaput bagian dalam kelapa muda serta mudah lepas dari biji dengan diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,4 cm. Matoa kelapa lebih banyak tersebar di bagian tengah sampai timur Papua, yaitu Provinsi Papua.

Sedangkan matoa papeda berdiamter 1,4-2,0 cm. Memiliki salut biji yang lembek menyerupai kekenyalan dari papeda dan lengket. Pepeda sendiri dalah makanan khas orang Papua yang terbuat dari pati sagu. Matoa papeda banyak tersebar di bagian barat Papua yaitu Provinsi Papua Barat.

Batang matoa bulat berkayu berwarna cokelat tua. Daun berwarna hijau tua, berbentuk oblong dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing. Daun tebal dengan permukaan berkilau dan licin dengan tulang daun menyirip berwarna hijau.

Buahnya berbentuk bulat lonjong, dengan warna hijau dan permukaan kulit buah licin. Buah tersusun dalam tangkai, dengan satu tangkai terdiri 10-25 buah. Panjang buah sekitar 3 cm, dengan keliling sekitar 7-8 cm. Buah muda keras, setelah masak menjadi lunak ketika ditekan. Berat buah sekitar 35-45 gram dan memiliki rasa manis.

Hasil panenan matoa merah dan matoa kuning

Masyarakat Papua umumnya melakukan penanaman matoa melalui perbanyakan generatif dengan biji. Melalui perbanyakan ini, matoa mulai berbuah pada umur 4-5 tahun. Matoa bisa diperbanyak dengan cara cangkok, yang menjadikan umur berbuah menjadi singkat, yakni umur 2-3 tahun. Seperti kebanyakan buah tropis, matoa memiliki masa panen pada Oktober-Desember.

Baca juga : Mengenal Mamey Sapote si Sawo Raksasa yang Manis

Berdasarkan analisis fitokimia ditemukan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan terpenoid pada ekstrak etanol kulit batang matoa.

Seorang pedagang sedang menjajakan matoa di jalan masuk Bandara Sentani

Ini menunjukkan bahwa matoa mengandung vitamin C yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Antioksidan berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan cara melawan atau menantang radikal bebas dalam tubuh. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa pada ekstrak batang dan kulit matoa memiliki nilai aktivitas antioksidan yang tergolong kuat.

Khasiat buah matoa Papua adalah mampu melawan infeksi virus. Sebab, kandungan nutrisi dalam buahnya dapat membantu melawan infeksi virus pada tubuh. Ada banyak jenis virus yang bisa menyerang tubuh dan meningkatkan risiko penyakit.

\Dengan mengonsumsi buah yang kaya kandungan vitamin C dan antioksidan, seperti matoa, bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga kita memiliki kemampuan untuk melawan infeksi virus penyebab penyakit. Selain itu, buah matoa juga mampu meredakan stres, menambah energi, menyehatkan jantung, dan membuat kulit lebih sehat. (Ramlee)

By Ramlee

5 thoughts on “Mengenal Buah Matoa, Kelengkeng Papua yang Kaya Manfaat”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *