Tidak banyak masyarakat tahu jika selain komodo, Indonesia masih mempunyai satu lagi jenis hewan yang disebut-sebut sebagai dinosaurus yang masih hidup di jaman modern ini. Tampangnya mirip kadal raksasa di Film Godzilla yang sangat populer beberapa tahun lalu. Hampir mirip dengan Spinosaurus, karena memiliki sirip pada punggung hingga bagian ekornya.
Hewan itu adalah Soa-soa Layar (Hydrosaurus amboinensis). Kadal asli Indonesia ini berasal dari daerah Indonesia Timur, seperti Sulawesi (Latimojong, Tempe, Pampama, Palopo, Makasar, Poso, dan Manado), serta tersebar di beberapa daerah lain, seperti Kepulauan Togian, Buton, Ambon, Seram, Bacan, Ternate, Halmahera, Waigeo, Papua, dan Filipina.
Eko Rusdianto pernah menuliskan kenangannya tentang kadal eksotik Soa-Soa Layar di portal Mongabay Indonesia. Pertengahan Juni 2018 , udara panas, matahari menyengat. Di sisi tebing tanah sungai dengan beberapa rimbun pohon, di Desa Cimpu dan Suli, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Salah satu kadal terbesar tampak sedang beristirahat. Merapatkan badan di ujung tangkai, di akar yang menyembul dan pula di batang pohon. Namanya, Soa-soa layar dengan nama lokal piccara. Mendekatinya harus mengendap.
Suara berisik membuat sang kadal cepat berlari. Di jarak sekitar 10 meter, kadal itu menoleh dan mulai mengawasi. Kepalanya bergoyang naik turun, seolah mengangguk. Ketika terdengar suara yang mencurigakan, kadal itu membuang diri ke aliran sungai. Menyelam dan muncul di sisi lain sungai.
Bagi warga Cimpu dan Suli, soa-soa hanyalah kadal biasa. Tak ada yang berniat mengganggu apalagi memelihara. Anak-anak kecil hanya suka mengganggu anakannya, karena saat menghindar soa-soa akan menunjukkan atraksi yang memukau. Soa-soa kecil tidak menyelam, tetapi akan berlari dengan posisi tegak, menggoyangkan kaki dengan cekatan, lalu ekor bergoyang cepat. Serupa sedang berjalan di atas air.
Ketika masih anakan, soa-soa tak ubahnya cicak air. Saat dewasa, soa-soa menampakkan perubahaan wujud yang menyeramkan. Badan kadang dominan berwarna hitam. Mulai kepala hingga ekor ditumbuhi duri kecil. Pada soa-soa jantan, bagian pangkal ekor bahkan tumbuh berbentuk layar. Tidak salah jika soa-soa dijuluki pula miniatur Dinosaurus, lebih tepatnya Spinosaurus.
Soa-soa memiliki panjang tubuh hampir 75 – 100 cm ketika sudah dewasa. Memiliki kemampuan berenang dan memanjat pohon yang sangat baik dan merupakan hewan omnivora, pemakan sayuran, serangga, ikan, burung, maupun mamalia kecil lainnya. Soa-soa layar adalah kadal semi akuatik dalam familia Agamidae.
Soa-soa layar juga memiliki gelambir kulit pada lehernya. Gelambir kulit tersebut akan mengembang apabila merasa sedang terganggu, terancam oleh predator dan tentu saja untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Ketika memasuki masa kawin, Soa-soa jantan akan berperilaku agresif dan bertarung untuk memperebutkan Soa-soa betina.
Soa-soa betina bertelur sekali dalam setahun, dengan jumlah 5-9 butir. Telur-telur itu menetas 65 hari kemudian. Soa-soa memerlukan aliran air yang baik, persediaan makanan, dan kondisi lingkungan yang tidak terganggu. Sampah yang jadi gundukan di tebing-tebing sungai tentu membawa dampak buruk bagi satwa. Soa layar mampu hidup sampai umur 10 – 15 tahun.
Di dunia hanya ada 3 jenis Soa-soa Layar, yaitu : Soa-soa Ambon (Hydrosaurus amboinensis), Soa-sao Filipina (Hydrosaurus Pustulatus), dan Soa-soa Halmahera (Hydrosurus weberi). Karena habitat di alam liar menjadi rusak dan juga karena perburuan, membuat populasinya menurun tajam.
Untuk menjaga keberadaannya, maka pemerintah memasukkannya ke dalam daftar satwa dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Penangkapan di alam tanpa seizin pihak berwenang merupakan perbuatan melanggar hukum yang bisa dikenai sanksi.
Soa-soa Layar dikalangan penghobi reptil dikenal dengan nama Saigon (singkatan dari Sailfin Dragon). Kadal air ini memiliki kemampuan berlari dan berenang yang cukup cepat. Kepala kadal Soa-soa Layar berukuran kecil dengan moncong panjang dan lubang hidung oval pada bagian ujung moncong.
Pada bagian kepalanya terdapat punuk besar dan kecil. Bentuk tubuhnya silindris, berwarna gelap cokelat kehijauan, padat berisi dan pada bagian belakang memiliki tulang lanset besar yang tertutupi sisik-sisik kecil.
Soa-soa mempunyai empat tungkai panjang dan pada bagian kaki depan maupun belakang terdapat sirip kulit. Hewan ini memiliki panjang ekor dua kali lipat panjang tubuhnya. Pangkal ekornya tebal, berbentuk bulat dan semakin pipih pada bagian ujungnya. Bentuk ekor yang sedemikian rupa akan membantu kadal ini berenang sekaligus mengarahkan ke tujuannya.
Binatang ini hidup di pepohonan sekitar aliran sungai atau kolam yang ada di hutan. Populasi di hutan alam saat ini cenderung menurun seiring laju deforestasi hutan yang semakin meningkat. Kadal ini memerlukan habitat dengan kualitas air yang baik, persediaan makanan, dan kondisi lingkungan yang tidak tercemar.
Di sungai Suli dan Cimpu, Luwu yang menjadi habitat Soa-soa Layar, saat ini kondisinya semakin kritis. Warna airnya keruh dan kawasan sekitarnya telah beralih fungsi menjadi perkebunan kopi dan cengkeh. Hal ini memberikan ancaman terhadap keberlangsungan hidup kadal yang masih berkerabat dekat dengan Iguana ini.
Soa layar memang belum populer sebagai satwa peliharaan yang jinak. Hal ini karena kadal air yang ada di tangan para pehobi umumnya dari tangkapan alam yang masih liar. Menjadikan soa layar sebagai satwa kesayangan tidaklah mudah.
Di habitat aslinya soa layar dianggap kadal biasa karena sosok saat masih bayi dan remaja berwarna cokelat kehitaman seperti kadal umumnya. Sosok seperti kadal biasa itulah yang membuat soa layar tidak dilirik sebagai binatang peliharaan. Masyarakat yang tinggal di Maluku Utara, soa layar bahkan malah dianggap sebagai hama.
Soa layar memang pemakan segala alias omnivora yang pandai berenang. Soa dalam bahasa Maluku berarti sungai. Hewan itu kadang menyantap buah dan sayur milik penduduk. Dampaknya, petani sering kali menangkap soa layar di lahan.
Penghobi reptil yang menangkarkan soa layar, mengatakan, kecantikan soa layar dewasa kerap sirna karena hasil tangkapan alam menyisakan banyak luka. Itu karena kehidupan di alam liar yang ganas. Sebut saja bekas ekor yang terluka atau putus. Goresan luka juga bisa terjadi saat soa layar ditangkap. (Ramlee)
Kereenn
Serem…hehehe…yg membanggakan itu satwa endemik Indonesia
[…] Baca juga : Soa Soa Layar Dinosaurus Mini dari Indonesia Timur […]
[…] Baca juga : Soa Soa Layar Dinosaurus Mini dari Indonesia Timur […]
[…] Baca juga : Soa Soa Layar Dinosaurus Mini dari Indonesia Timur […]
[…] https://remen.id/soa-soa-layar-dinosaurus-mini-dari-indonesia-timur/ […]