Jengkol (Archidendron pauciflorum atau Archidendron jiringa) adalah salah satu tanaman yang termasuk dalam kelas fabaceae atau polong-polongan. Tidak ada sumber pasti yang menyebutkan negara mana yang menjadi asal dari pohon jengkol. Namun para ilmuan sepakat bahwa tanaman beraroma khas ini berasal dari negara-negara tropis di kawasan Asia Tenggara, seperti Myanmar, Thailand, Malaysia, dan juga Indonesia.

Jengkol merupakan jenis tanaman khas wilayah tropis Asia Tenggara. Di wil;ayah ini pula biji jengkol diolah menjadi rupa-rupa menu makanan. Selama ini memang tidak ada catatan resmi sejak kapan jengkol dikenal di tengah penduduk Indonesia ini. Jengkol agaknya sudah ada sepanjang umur peradaban manusia di Nusantara.

Di Indonesia, beberapa daerah memiliki istilah sendiri-sendiri untuk menyebut tanaman ini. Misalnya jengkol atau erring dipakai orang Jawa, lubi istilah orang Sulawesi, jariang untuk wilayah Minangkabau, jaring untuk daerah Lampung dan joring atau jering untuk daerah Batak.

Pohon jengkol bisa tumbuh besar hingga ketinggian 25 meter

Bagi orang Sumatera jengkol cenderung dianggap sebagai makanan murahan. Penyebabnya, biji jengkol bisa menimbulkan bau tak sedap pada napas dan sisa pencernaan. Pemakan jengkol sering menjadi korban ejekan dari sekelilingnya. Tetapi uniknya, tetap banyak orang-orang yang makan jengkol.

Baca juga : Kemiri, Tanaman Rempah yang Memiliki Beragam Kegunaan

Tumbuhan jengkol adalah jenis pohon liar yang dapat tumbuh dimana saja selama sesuai dengan habitatnya. Di Sumatera, pohon jengkol tumbuh di lereng-lereng pegunungan Bukit Barisan, pekarangan dan ladang-ladang penduduk. Orang Sumatera belum terbiasa membudidayakan tanaman jengkol.

Bunga pohon jengkol

Mereka umumnya memperoleh biji-biji jengkol mentah dari tanaman liar di sekitar hutan atau yang tumbuh secara tidak sengaja di ladang-ladang. Begitu juga di Jakarta. Konon orang-orang Betawi banyak yang menanam pohon ini di pekarangan-pekarangan rumah. Misalnya di wilayah Pondok Gede dan Lubang Buaya. Sekarang dua daerah itu terkenal karena semur jengkolnya, yang disebut-sebut sebagai makanan khas orang Betawi.

Pohon jengkol tumbuh dengan mudah. Dapat hidup pada berbagai tipe tanah dan tumbuh mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.000 mdpl. Tinggi pohon bisa mencapai sekitar 25 meter dengan diameter batang sekitar 40 sentimeter.

Batangnya tegak lurus berwarna cokelat gelap, tidak berbanir, mempunyai cabang lebih dari 3 meter dari permukaan tanah. Pohon jengkol berkembang secara generatif melalui biji, namun juga bisa melalui vegetatif, yaitu melalui cangkok, okulasi dan sambungan.

Pohon jengkol yang berasal dari bibit vegetatif dan berusia 4 hingga 5 tahun umumnya telah menghasilkan buah yang dapat dipanen. Namun pada bibit generatif, pemanenan dilakukan pada usia pohon 7 atau 8 tahun. Jika dirawat dengan baik, jengkol dapat terus berproduksi hingga berumur 30 tahun.

Buah jengkol yang telah masak akan berwarna coklat kehitaman

Daun pohon jengkol merupakan jenis daun majemuk yang tumbuh secara berhadapan antara satu sama lain. Daun ini berbentung lonjong dengan bagian pangkal membulat, sedangkan ujungnya runcing. Panjang daun jengkol sekitar 10 cm sampai 20 cm dan lebarnya sekitar 5 cm sampai 15 cm. Sistem pertulangan daun yaitu menyirip berwarna hijau. Daun yang masih muda lebih lemas dan berwarna merah keunguan.

Baca juga : Kepel, Buah Kesukaan Para Putri Keraton yang Kini Mulai Langka

Bunga jengkol adalah jenis bunga majemuk yang tumbuh di wilayah ujung batang atau ketiak daun. Pertumbuhan bunga ini menyerupai struktur tandan. Terdapat tangkai berukuran sekitar 3 cm yang menjadi tempat tumbuh bunga. Pohon jengkol memiliki musim bunga setiap tahun, terutama pada Juli dan Agustus.

Biji jengkol ada di dalam polongnya

Sementara itu, bunga jengkol mempunyai warna ungu, sedangkan mahkota bunga yang dimiliki berbentuk lonjong dan berwarna putih kekuning-kekuningan. Benang sarinya berwarna kekuningan dan putiknya berbentuk silindris dengan warna yang serupa.

Selain bunga, pohon ini juga menghasilkan buah dan biji. Bagian inilah yang paling digemari oleh masyarakat Asia Tenggara. Buah jengkol berbentuk polong pipih dan membelit berwarna cokelat kehitaman. Di dalam buah ini terdapat biji yang merupakan jenis biji berkeping dua. Buah jengkol yang telah masak masak, polongnya akan membesar dan tempat biji membulat, tiap polong berisi 5-7 buah.

Biji yang dihasilkan pohon jengkol memiliki manfaat sekaligus ancaman bagi kesehatan. Di satu sisi, tanaman ini sangat digemari oleh masyarakat berkat kekhasan rasa dan aromanya, meskipun sebagian orang terganggu ketika mencium aroma jengkol.

Biji jengkol secara ilmiah juga mempunyai dampak negatif bagi tubuh. Bahaya tersebut dapat muncul jika jumlah jengkol yang dikonsumsi terlalu berlebihan. Di dalam jengkol terdapat kandungan asam jengkolat yang dapat memicu penumpukan kristal pada saluran urin.

Jengkol lebih sering terlihat di pasar-pasar tradisional

Meski mengandung senyawa berbahaya, ternyata pohon jengkol mempunyai manfaat besar terhadap kesehatan tubuh. Manfaat ini dapat diperoleh jika pola dan cara mengonsumsi jengkol dilakukan dengan baik. Salah satu manfaat jengkol bagi kesehatan adalah dapat mengontrol kadar gula dalam darah, serta menjaga kesehatan jantung.

Baca juga : Mengenal Buah Delima yang Berguna bagi Kesehatan

Selain itu, kandungan jengkol yang tinggi vitamin, mineral, serat dan asam jengkolat menjadi sumber nutrisi yang baik untuk tubuh. Bahkan penelitian menyebutkan bahwa protein yang terkandung di dalam jengkol lebih banyak dibanding dari kacang hijau. Biji jengkol yang mengandung asam amino dapat menjadi racun dan menyebabkan djenkolism, seperti kejang otot, pirai, retensi urin dan gagal ginjal akut.

Jengkol balado pedas

Selain asam jengkolat pada tanaman jengkol juga terdapat glikosida, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A dan B1, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid, serta tannin yang berpotensi sebagai insektisida, larvasida, dan zat toksik terhadap wereng coklat.

Ekstrak etanol kulit jengkol juga dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Eschericia coli. Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan jengkol hampir selalu memiliki toksik pada dosis tinggi. (Ramlee)

By Ramlee

3 thoughts on “Jengkol, Menimbulkan Bau yang Tak Sedap namun Banyak yang Menyukainya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *