Gayam (Inocarpus fagiferus) merupakan tanaman multimanfaat yang berasal dari kawasan Malesiana bagian timur, terutama di Indonesia. Gayam termasuk anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dapat tumbuh setinggi 20 sampai 30 meter dengan diameter 4 hingga 6 meter.

Tanaman gayam juga tumbuh di beberapa kawasan yang tersebar di Samudra Pasifik, seperti Mikro-nesia, Melanesia, dan Polinesia. Buah gayam dibawa oleh para migran sebagai makanan ketika mereka melakukan perjalanan. Di Indonesia tanaman ini tersebar luas dengan berbagai nama sesuai daerahnya masing-masing.

Pohon ini pada umumnya ditanam di pedesaan sebagai peneduh pekarangan dan kuburan. Pohon ini sering kali tumbuh berdekatan dengan kolam atau mata air sehingga diduga memiliki kemampuan menyerap air yang kuat dari sekitarnya.

Pohon gayam tua kokoh berdiri

Karena anggapan itu, pohon gayam juga merupakan salah satu tumbuhan penghijauan. Akar pohon gayam memiliki ciri khusus yaitu berupa akar papan atau juga dikenal dengan (buttress–rooted). Akar tersebut termasuk akar tunggang dengan perakaran yang dalam.

Baca juga : Jengkol, Menimbulkan Bau yang Tak Sedap namun Banyak yang Menyukainya

Tanaman gayam dengan sistem perakaran papannya, menyebabkan pohon tidak mudah rebah dan mampu melindungi tanah dari gerusan air. Perakaran gayam mampu membelah tanah sehingga juga berfungsi sebagai biopori untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah.

Buah gayam

Batang pohon gayam biasanya memiliki diameter setinggi dada 300 mm, meskipun ada pula yang tumbuh hingga diameter 900 mm. Batangnya ditopang secara khas di bagian dasarnya dan bergalur. Batang gayam berwarna coklat keabuan dengan tekstur kasar. Batang gayam beralur memiliki serat-serat yang berpilin dan memiliki banyak cabang dengan arah percabangan mendatar.

Daun gayam terletak pada cabang atau ranting bertipe spiral. Daun gayam dewasa berbentuk bulat telur. Permukaan daunnya bergelom-bang dangkal hingga dalam. Daun dewasa tebal dan mengilap. Bagian pangkal daun membundar, tepi daun rata dengan ujung tumpul hingga runcing.

Berdasarkan variasi ukuran daun, terdapat tanaman gayam yang berdaun lebar dan berdaun sempit. Tanaman gayam berdaun lebar memiliki panjang daun antara 3–43 cm dengan lebar daun lebih dari 12–15 cm. Pada tanaman bertipe daun sempit memiliki panjang daun antara 21–25 cm dengan lebar antara 10–12 cm.

Pucuk daun gayam memiliki warna bervariasi, merah hingga hijau, tergantung pada tipe ukuran daunnya. Warna ini berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi hijau gelap saat daun dewasa. Daun muda terletak pada ranting. Pertulangan daun menyirip. Tulang daun utama berwarna hijau kekuningan, rata dengan permukaan daun.

Seorang penduduk desa sedang mengumpulkan buah gayam yang telah jatuh dri rantingnya

Bunga gayam berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun atau buku ranting. Gayam memiliki bunga lengkap yang tersusun dalam satu rangkaian perbungaan. Bunga gayam berwarna putih hingga putih krem, terdapat lima helai mahkota dan ujung mahkotanya melengkung keluar, beraroma, dengan ukuran 1–1,5 cm. Seluruh bunga dalam satu tangkai perbungaan akan mekar serempak.

Baca juga : Mengenal Kabau, Kerabat Pete dan Jengkol

Pohon dewasa mulai berbuah pada umur 7–8 tahun, buahnya bergerombol, terletak pada ranting. Setiap rangkaian buah biasanya terdiri atas 3–4 buah. Buah gayam dikelompokkan sebagai buah batu berdaging, berbiji satu. Struktur buah gayam terdiri atas kulit luar (exocarp), daging buah (endocarp), dan biji (semen).

Buah (biji) gayam harus dikupas dulu dari buahnya

Buah gayam muda berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi hijau kekuningan. Buah berbentuk bulat lempeng (flat) dengan ketebalan sekitar 1–2 cm. Panjang dan lebar buah hampir sama sekitar 6–9 cm dan berat buah segar antara 50–90 g. Kulit buah memiliki urat yang jelas dan berdaging.

Waktu anthesis bunga terjadi hampir bersamaan sehingga buah gayam dapat dipanen bersamaan dalam satu tandan buah. Setiap pohon dewasa yang berbuah dapat menghasilkan 500–800 buah. Produksi buah akan meningkat, terutama pada umur antara 10–30 tahun, setelah itu produksinya mulai menurun. Pada daerah kering yang curah hujannya rendah, musim buahnya akan tertunda dan produksi buahnya juga berkurang.

Biji terbagi atas kulit biji atau cangkang (testa), kulit ari, dan lembaga atau daging biji. Daging biji terdiri dari endospermae (cadangan makanan) dan embrio. Kulit biji berserat dan keras. Biji (benih) digunakan untuk bahan propagasi.

Dalam cangkang biji terdapat daging biji (endospermae) yang digunakan untuk bahan pangan (Heyne 1987). Ukuran biji berkisar antara 5–8 cm dengan berat sekitar 40–60 g. Berat daging biji sekitar 40–50 g. Daging biji dibungkus oleh kulit ari yang tipis.

Jengkol

Buah gayam yang telah tua dan masak tidak dapat dimakan langsung, harus direndam air terlebih dahulu kemudian direbus atau dibakar. Buah gayam yang telah dimasak ini dikonsumsi sebagai makanan ringan. Buah gayam dapat juga dijadikan produk olahan semisal emping (keripik gayam). Daging buah gayam sekilas mirip jengkol.

Baca juga : Kluwak, Bumbu Rempah Berwarna Hitam Mempunyai Rasa Gurih yang Khas

Selain buah, daun gayam juga dapat direbus dan air rebusan daun gayam dapat dijadikan obat tradisional untuk diare serta obat mencret. Tanaman gayam memiliki kandunga zat kimia saponin dimana kandungan ini berfungsi untuk membersihkan kotoran dalam usus besar dan saluran pencernaan. Selain itu gayam juga memiliki kandungan Flavonoida (zat antioksidan) kandungan ini berfungsi untuk kekebalan tubuh sehingga tubuh terjaga dari berbagai penyakit.

Gayam yang telah dimasak

Tanaman gayam memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai penghasil pangan, penghasil kayu bangunan, penahan tanah dari gangguan erosi, membantu penyimpanan air ke dalam tanah, daunnya sebagai pakan ternak, kanopinya yang rimbun sebagai tempat satwa berkembang biak dan peneduh. Batangnya yang berpilin digunakan sebagai bahan ukiran.

Sebagai penghasil pangan, daging bijinya dapat direbus, dibuat keripik, dan diolah menjadi tepung. Batangnya dapat digunakan untuk kayu reng, kayu bakar, dan bahan ukiran. Akarnya yang padat dan dalam dapat menahan erosi dan banjir serta membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah.

Keripik gayam

Walaupun telah diketahui kegunaannya, hingga saat ini masyarakat belum melakukan pembudidayaan tanaman gayam. Beberapa alasan yang menyebabkan masyarakat tidak melakukan penanaman gayam, karena tanaman ini dinilai tidak memiliki nilai ekonomi dan belum tersedia informasi cara perbanyakan dan pembudidayaannya. (Ramlee)

By Ramlee

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *