Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar populer. Ikan ini sangat potensial untuk dibudidayakan. Tercatat pada tahun 2011, produksi ikan patin di Indonesia mencapai 229.267 ton. Sekilas ikan patin mempunyai ciri-ciri seperti hiu namun hidup di air tawar.

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dicari oleh masyarakat. Ikan ini begitu diminati sebagai menu kuliner karena memiliki kandungan lemak paling rendah jika dibanding jenis ikan lainnya. Permintaan pasarnya pun cukup tinggi, sehinga memberikan proses cerah dalam hal pembudidayaan.

Secara fisik ikan patin mempunyai struktur anatomi atau morfologi mirip seperti ikan lele namun dengan beberapa perbedaan. Patin sebenarnya terbagi menjadi berbagai macam spesies yang hidup di negara berbeda. Di Indonesia, umumnya ikan patin dengan nama latin Pangasius djambal atau Pangasius nasutus ini hidup di sungai besar, muara sungai, dan perairan danau.

Seorang angler asal Kutai Kartanegara-Kalimanatan Timur menunjukkan ikan patin tangkapannya

Penamaan patin digunakan merujuk pada keluarga Pisces yang berada dalam famili Pangasidae. Sementara untuk spesies yang lebih spesifik biasanya diberi tambahan nama, seperti patin siam atau Pangasius sutchii dan patin djambal atau Pangasius djambal.

Setidaknya ada delapan jenis ikan patin yang berasal asli dari Indonesia. Kedelapan spesies tersebut adalah Pangasius djambal, Pangasius niewenhuisii, Pangasius macronema, Pangasius humeralis, Pangasius micronemus, Pangasius lithosoma, Pangasius nasutus, serta Pangasius polyuranodon.

Baca juga : Gurami, Komoditas Ikan Air Tawar yang Menjanjikan

Pada kepala patin terdapat organ mulut, mata, tutup insang, dan sirip. Bagian kepala mempunyai ukuran yang terbilang kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Mulut ikan ini berada di bagian paling ujung dan letaknya segaris horizontal dengan mata, sedangkan sirip dada yang tumbuh di kepala berada tepat di bawah mata.

Posisi mulut ikan patin juga termasuk dalam salah satu ciri kelompok catfish, karena selain berada di ujung kepala, posisinya mulutnya agak sedikit ke bawah. Kemudian tepat di kedua sudut mulut ikan ini tumbuh dua pasang kumis berukuran pendek yang berperan sebagai indera peraba.

Bibit ikan patin

Meski ukuran kepala ikan ini tergolong kecil, namun patin memiliki tubuh cukup besar memanjang. Bahkan dibeberapa penelitian disebutkan bahwa panjang tubuh ikan air tawar ini bisa mencapai 120 cm atau lebih dari satu meter. Ukuran tersebut termasuk besar untuk jenis ikan air tawar pada umumnya.

Warna tubuh ikan patin putih keperakan di seluruh bagiannya, sedangkan pada bagian punggungnya berwarna agak kebiru-biruan. Menariknya, tubuh patin tidak ditutupi oleh lapisan sisik. Akan tetapi struktur kulit tubuhnya cukup keras dan tebal yang berguna untuk melindungi diri dari gangguan luar.

Tidak jauh berbeda dengan ikan pada umumnya, ikan patin juga mempunyai sirip yang berfungis untuk bergerak di dalam air. Sirip yang dimiliki oleh ikan ini berjumlah enam jenis yang tersebar di sepanjang tubuhnya. Setiap sirip tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

Penebaran bibit ikan patin di kolam pembesaran

Keenam sirip ikan patin terdiri atas satu pasang sirip dada (pectoral fin), satu pasang sirip perut (ventral fin), satu sirip dubur (anal fin), satu sirip ekor (caudal fin), satu sirip punggung (dorsal fin), serta satu sirip tambahan (adpose fin).

Ikan patin hidup di habitat perairan air tawar, seperti kawasan sungai besar, muara sungai, dan danau. Berdasarkan antomi mulutnya yang terletak agak dibawah kepala, maka dapat disimpulkan bahwa ikan ini hidup di dasar perairan. Posisi mulut seperti itu digunakan untuk mencari makan di lapisan bawah sungai yang berlumpur.

Ikan patin dikenal sebagai ikan yang tidak terlalu mempersalahkan lingkungan hidupnya atau dengan kata lain, jenis ikan ini cukup mudah beradaptasi. Meski begitu lingkungan yang paling optimal untuk pertumbuhan patin sangat dipengaruhi oleh kualitas air, meliputi suhu, kadar oksigen, serta tingkat keasaman.

Suhu air yang paling baik untuk memelihara ikan patin berkisar antara 25 hingga 33 derajat Celcius. Sedangkan tingkat keasaman atau pH paling optimal berada pada rentang 7 sampai 8,5, akan tetapi ikan ini masih sanggup bertahan hidup pada air dengan pH 6 dan 9.

Ikan patin mudah beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya

Jenis ikan ini dapat ditemukan di sepanjang perairan air tawar di kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia hampir semua wilayah air tawarnya dihuni oleh ikan patin, mulai dari sungai di Pulau Sumatera, seperti Sungai Musi, sungai di Pulau Kalimantan seperti Sungai Mahakam, sungai di Pulau Jawa seperti Sungai Brantas, dan berbagai pulau lainnya.

Patin dikenal sebagai kelompok binatang omnivora yang dapat memakan binatang ataupun tanaman, tetapi berdasarkan kebiasaannya ikan ini cenderung bersifat karnivora. Pada kondisi normal di wilayah perairan air tawar, ikan patin biasanya lebih sering memakan binatang kecil.

Baca juga : Kepiting Soka Memiliki Nilai Jual Tinggi dan Peluang Bisnis Menjanjikan

Makanan yang paling disukai oleh ikan ini adalah udang renik yang ukurannya sangat kecil, serangga atau insekta, dan binatang lunak atau moluska. Ketiga jenis tersebut merupakan makanan utama ikan patin selain makanan pelengkap lain, seperti ikan-ikan kecil, rotifera, dan dedaunan yang tumbuh di perairan.

Ikan patin adalah salah satu jenis ikan yang hidup secara nokturnal. Hewan ini mulai melakukan aktivitas setelah masuk waktu malam hari. Pada siang hari patin menghabiskan waktu untuk bersembunyi di dalam liang tanah yang berada di tepi sungai. Oleh sebab itu, para pencari patin biasanya mencari ikan ini pada dini hari.

Ikan patin yang baru saja dipanen

Selain itu, patin juga dikenal sebagai ikan yang hidup secara bergerombol atau berjumlah banyak. Hampir semua kegiatan ikan ini dilakukan di bagian dasar sungai, tetapi pada saat menjelang fajar akan dijumpai ikan patin yang muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen di udara.

Masa kedewasaan ikan patin bergantung pada jenis kelaminnya, sebab ikan jantan biasanya lebih cepat mencapai kematangan reproduksi dibanding ikan betina. Sementara itu proses pematangan sel telur dan sperma juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana akan lebih cepat jika berada di wilayah tropis dibanding sub-tropis.

Patin betina mencapai kematangan kelamin pada usia antara dua sampai tiga tahun setelah berat tubuhnya melebihi 2 kg. Bobot tubuh juga mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Misalnya ikan patin betina yang beratnya kurang lebih 6 kg mampu menghasilkan telur sebanyak satu juta.

Produksi ikan patin terus naik dari tahun ke tahun

Pada kondisi normal atau berada di habitat aslinya, musim kawin ikan patin terjadi pada saat musim hujan antara rentang bulan Maret sampai bulan Mei. Saat menjelang musim kawin, ikan betina yang siap bereproduksi akan hidup secara bergerombol dan kemudian mengeluarkan telurnya tepat ketika memasuki musim penghujan.

Kondisi pada musim penghujan sangat membantu proses bertelur patin, karena ikan ini akan memanfaatkan arus air yang deras untuk mengaduk lumpur di dasar sungai. Dengan begitu telur yang sudah dilepaskan oleh patin betina dapat dibilas, sehingga siap untuk dibuahi oleh patin jantan.

Telur patin dengan kondisi baik dan matang berwarna putih kekuning-kuningan. Setelah dibuahi telur-telur tersebut akan segera menetas untuk menghasilkan individu baru dalam waktu sekitar 18 sampai 24 jam jika berada di suhu antara 29 sampai 30 derajat Celcius.

Akan tetapi jika suhu air pada saat itu antara 26 hingga 28 derajat Celcius, maka lama waktu penetasan yang dibutuhkan sekitar 27 jam. Ketika pertama kali menetas, larva ikan patin masih membawa kuning telur selama dua hari yang berfungsi sebagai cadangan makanan.

Ikan patin tengah dipasarkan di sebuah pasar tradisional

Sedangkan patin yang hidup di dalam kolam atau dibudidayakan mengalami masa reproduksi yang berbeda. Patin seperti itu tidak akan bisa melakukan reproduksi secara alami melainkan membutuhkan bantuan manusia, seperti memberi rangsangan pada ikan betina, mengurut telur dan sperma, serta mengaduk air secara manual agar telurnya menetas.

Baca juga : Usaha Budidaya (Pembesaran) Ikan Gabus

Sebagai ikan konsumsi, daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein cukup tinggi, rasa dagingnya pun gurih. Daging ikan ini rendah sodium sehingga cocok bagi orang yang sedang diet garam. Selain itu, daging ikan ini mudah dicerna oleh usus serta mengandung kalsium, zat besi dan mineral yang sangat baik untuk kesehatan. Kandungan gizi dari ikan patin adalah 68,6% protein, 5,8% lemak, 3,5% abu dan 51,3% air.

Olahan kuliner ikan patin bumbu kuning nan lezat

Kini telah banyak yang lebih memilih budidaya ikan patin dikarenakan perawatannya memang tidak terlalu rumit. Ditambah lagi ikan satu ini memang sangat disukai oleh konsumen, karena mempunyai tekstur daging yang lembut, gurih, dan khas.

Masyarakat luas pun kian banyak yang menggemari olahan kuliner menggunakan bahan dasar ikan patin, sehingga bisa meningkatkan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan patin. Tingginya permintaan pasar juga membuat ikan patin dibanderol dengan harga yang relatif stabil dan tinggi. (Ramlee)

By Ramlee

5 thoughts on “Ikan Patin, Ikan Omnivora yang Hidup di Dasar Perairan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *