Cuaca mendung berawan disertai gerimis terjadi di beberapa wilayah Denpasar Bali. Kondisi ini tidak menghalangi puter pelung mania untuk terus menyalurkan hobinya. Apapun rintangan yang terjadi, selama bisa teratasi, maka mereka pantang untuk menghindar, apalagi sampai membunyarkan semangat buat terus melakoni hobi.
Seperti yang terjadi dalam kegiatan Latbernil (Latihan bersama dinilai) bertema Gargita Swara Suara Hati Gembira yang dihelat Pengda PPPPSI Bali pada Minggu, 13 November 2022. Menempati lokasi di Gantangan Gunung Galunggung di Ubung Kaja – Denpasar Utara.
Cuaca kurang bersahabat yang sempat terjadi, nampaknya tidak membuat peserta yang sudah terlanjur masuk daftar list mengurungkan niatnya untuk tetap menggantang puter pelung miliknya. Begitu juga dengan panitia yang sudah melakukan persiapan sejak beberapa hari sebelumnya.
Dari data di meja panitia memang terjadi penurunan. Bisa jadi cuaca yang kurang bersahabat menjadi kendala. Atau mungkin adanya acara G 20 yang dipusatkan di Nusa Dua ikut mempengaruhi, hari para pemimpin dunia undangan G20 sudah mulai berdatangan di Bali.
Ada beberapa penghobi yang jarak lokasi rumahnya terbilang jauh seperti yang ada di Jembrana turut hadir. Mereka menempuh puluhan kilometer dengan waktu tempuh 3-4 jam untuk sampai ke lokasi lomba.
Mereka mengusulkan agar lomba diadakan pada siang atau sore hari saja, agar bisa ikutan berkumpul dengan penghobi-penghobi yang lain. Karena jika lomba pada pagi hari, mereka pagi-pagi sekali sudah harus berangkat dari rumah. Seperti yang disampaikan oleh Kong Black KBA BF. Panitia pun menampung masukan-masukan seperti ini.
“Ya, kita sama-sama kemas acara bagaimana agar gelaran ini bisa enak kedepannya. Tidak ada masalah jika nanti harus main siang atau sore hari, yang penting bisa sama-sama enaklah,” tutur I Made Tendha, Ketua Pengda Bali, menanggapi usulan dari peserta tersebut.
Selama babak penjurian, awan mendung mengawal sejak awal sampai akhir. Peserta sepertinya kerasan untuk tetap bertahan dalam kondisi demikian. Kwok mania ini begitu menikmati jalannya penjurian.
Sejak babak pertama dimulai, di kelas Utama, terjadi persaingan sengit antara tiga burung yang ada di gantangan 16, 18, dan 25. Ketiganya langsung melesat cepat dengan perolehan bendera empat warna. Sedang di kelas Madya gantangan 41 terlihat menonjol dengan mendominasi penilaian, empat warna untuknya.
Pada babak kedua, perebutan gelar juara di kelas Utama semakin seru. Ini karena ada enam burung yang terlihat bendera empat warna tertancap. Sedang di kelas Madya, gantangan 41 semakin tak terbendung dengan raihan lima warnanya.
Seperti biasa, saat istirahat sajian nasi khas Bali, nasi Jinggo jadi santapan siang yang menyenangkan. Karena sebenarnya bukan soal menu yang tersaji tetapi lebih utama rasa kekeluargaan yang terbangun diantara sesama penggemar burung puter pelung di Bali.
Beberapa peserta menaruh harapan puter pelung di Bali bisa semakin maju dan ramai. “Semoga puter pelung di Bali ini bisa semakin maju dan semakin ramai,” tutur Guntur. Hal senada juga disampaikan oleh Made Suka Ardhana Ketua IV Pengda Bali.
“Semoga peserta yang ikut gelaran seperti ini bisa semakin banyak. Berharap suatu saat nanti ada lomba yang bisa mempertemukan peserta-peserta dari Jawa dan Lombok, biar semakin semarak,” ucap Made Suka Ardhana.
“Untuk saat ini mari kita nikmati pertarungan puter pelung yang seperti BOB (Best of The Best). Semakin sedikit justru malah terasa semakin mantap. Beberapa burung berhasil mendapatkan bendera lima warna,” kata I Made Tendha, saat dimintai komentarnya tentang jalannya penjurian.
Usai babak ketiga, pertarungan perebutan juara di kelas Utama berlanjut hingga ke babak ke empat. Sedangkan di kelas Madya, kepastian juara dikantongi gantangan nomor 41, setelah berhasil mendapatkan nilai 43 ½ buah bendera empat warna.
Burung di gantangan 16 dan 18 harus menuntaskan perebutan gelar juaranya melalui meja perekap. Ini terjadi setelah keduanya sama-sama kantongi nilai 43 ¾ pada babak keempat dan praktis sama-sama memiliki nilai tertinggi diantara para kontestan.
Dibayangi cuaca mendung proses penjurian akhirnya bisa usai sampai babak keempat. Setelah melalui tahan rekapan, akhirnya ditentukan posisi kejuaraan di masing-masing kelas. Untuk kelas Utama, podium pertama berhasil diraih Drakula orbitan Raja Dewata BF memakai ring RD 390 yang digantang pada nomor 16.
Dilanjutkan kemudian oleh Tedja Prana besutan Imam Hariadi Denpasar dengan ring Elha BF pada gantangan 18. Ditempat ketiga ada Lubdaka andalan Made Dhirga, burung ternakan DRG BF pada gantangan nomor 25.
Di kelas Madya, juara pertama berhasil direbut Gana Sena andalan Dharma Sesana, produk ternak DS 03 yang digantang pada nomor 41. Dengan mengantongi total nilai 87 ½ memastikan dominasinya di kelas Madya.
Diurutan kedua ada Bumi Ayu rawatan AA Wiranata, bergelang Gita Bali 45 yang digantang pada nomor 38. Dan tempat ketiga menjadi milik Bazzoka besutan Amuba dengan ring Amuba 111 pada gantangan 32.
Di akhir acara, I Made Tendha mewakili segenap panitia mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kehadiran peserta meskipun cuaca sedang kurang bersahabat. Tidak lupa memohon ma’af jika ada hal-hal yang kurang berkenan selama jalannya acara. (Ramle/Elh)