Lapangan Gawanan Colomadu – Karanganyar, kembali diramaikan oleh kehadiran dekoe mania dari berbagai daerah di tanah air. Mereka datang dalam rangka memenuhi undangan panitia Liga Derkuku Indonesia 2023 Putaran 4 dengan tajuk Bengawan Solo Cup yang dihelat pada Minggu, 17 September 2023.
Tiga kelas masih menjadi partai tetap yang dilombakan di LDI 2023, meskipun kini PPDSI telah mensahkan adanya dua kelas tambahan. Ketiga kelas tersebut adalah kelas Senior, kelas Yunior, dan kelas Pemula.
“Lega rasanya Liga Derkuku Indonesia 2023 Putaran ke-4 ini bisa kami selenggarakan hari ini dengan lancar dan tidak ada kendala berarti,” terang Agung Cahyanto, Ketua Panitia Bengawan Solo Cup.
Lebih lanjut disampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dan kehadiran peserta. “Saya atas nama panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh peserta yang telah memberikan dukungan sehingga agenda hari ini bisa sesuai harapan,” sambung pemilik Sadewa Bird Farm Solo.
Acara diawali dengan breefing juri yang dipimpin Siswo Tunggal sebagai Juri Nasional dari Solo. Siswo memberikan arahan agar para juri bertugas dapat dengan sigap, cepat, dan tanggap pada burung-burung mana yang bunyi untuk segera dilakukan penilaian tanpa harus menunggu lama.
Siswo juga mewanti-wanti jika ada peserta yang berteriak agar menyikapinya dengan bijak dan professional. Karena para dekoe mania yang hadir jauh-jauh dari luar kota bahkan ada yang harus menyebrang dari Pulau Dewata Bali itu menginginkan burung jagoannya dapat diberikan penilaian terbaik.
Siswo juga memberikan wejangan agar juri tetap berada pada jalur yang sudah ditetapkan. “Saya harap juri bisa menjalankan tugas dengan baik dan benar. Saya seringkali mendengar kinerja juri yang belum sesuai harapan. Untuk itu saya harap hal itu jangan sampai terjadi di gelaran lomba-lomba derkuku, utamanya di Bengawan Solo Cup,” tegas Ketua Bidang Kejurian PPDSI Solo.
Sebab jika semua itu terjadi, maka akan menjadi awal hilangnya para penghobi. Untuk itulah diharapkan juri bisa bekerja secara jujur tanpa memandang burung milik siapa dan menilai apa adanya. Dan bagus tidaknya lomba bergantung pada kinerja juri.
Agung Cahyanto yang turut hadir dalan breefing juri pun menambahkan bahwa juri harus paham nomor-nomor gantangan yang ada di wilayah penilaian dimana mereka bertugas. “Saya harap para juri tahu posisi nomor gantangan yang menjadi tugas untuk memberikan penilaian di setiap bloknya.”
Juri yang bertugas merupakan kombinasi juri-juri senior dengan yuniornya. Dengan maksud bahwa juri senior bisa membina juri yunior, sehingga ada regenerasi yang baik untuk masa depan. Sebab jika kinerja salah satu juri dinilai kurang baik, maka bukan penilaian perorangan yang akan menanggung akibatnya, tetapi semua juri akan terkena imbasnya.
Karena juri adalah bagian dari elemen lomba yang merupakan satu kesatuan. Dengan hadirnya juri-juri yunior ini maka secara tidak langsung memberikan pembinaan pada mereka. “Sudah saatnya ada pembinaan dari juri senior kepada yunior-yuniornya agar bisa lebih baik,” tegas Siswo.
Dengan dilakukan breefing seperti ini panitia berharap tidak ada celah kekurangan juri dalam melakukan penilaian burung saat lomba berlangsung. Lomba dimulai tepat pukul 9.00 WIB. Cuaca cerah dan cenderung panas, mengawal acara dari awal hingga akhir.
Namun kondisi demikian itu tidak sampai mengurangi semangat para dekoe mania untuk meninggalkan arena. Mereka rela berpanas-panasan demi memberikan dukungan pada orbitannya yang berada di atas tiang gantangan.
Sempat ada kejadian yang mengagetkan, tetapi setelah diperhatikan benar malah membuat yang hadir tertawa geli. Ini bermula dari ulah salah satu joki yang yang meneriaki burungnya agar diperhatikan oleh juri. “Tolong juri lihat gantangan no. 16 itu dipantau, satu-satunya yang bunyi sementara yang lain gak bunyi,” teriaknya.
“Mbok yao dinilai, ditandai pakai godong gedang yo gak popo,” ulahnya ini membuat yang lain mengarahkan pandangannya pada gantangan no. 16 dan sudah mendapatkan nilai penuh lima warna. Ternyata teriakannya itu hanya untuk lucu-lucuan saja biar susana lomba menjadi meriah.
Apalagi setelah empat babak penjurian berjalan lancar tanpa gangguan, burungnya masuk daftar kejuaraan. Yang bersangkutan biasa dipanggil Joko Gundul dari Tulungagung. “Tadi sempat kaget juga jebule Pak Joko SJ dari Tulungagung. Lanjut tak tanya jeneng sampeyan niku sarjana ya?’ “Betul mas,” jawab Joko. “Sarjana Jiwa,” pungkas Joko yang membuat tertawa yang mendengarkan.
Babak pertama berjalan sedikit lambat dari gelaran-gelaran LDI sebelumnya, tidak tampak bendera enam warna sama sekali. Baru di babak kedua bendera enam warna berkibar tetapi hanya di satu tempat saja, bendera milik Narasoma yang langganan dengan bendera enam warna.
Hingga akhirnya untuk kelas Senior, podium pertama kembali berhasil diraih oleh Narasoma andalan B2W BF Yogyakarta. Dengan mental yang selalu on fire di arena, Burung derkuku ternakan B2W BF sendiri yang dikerek pada nomor 18 ini selalu berhasil menyelesaikan penjurian dengan baik dengan raihan lima warna pada babak pertama.
Memasuki babak kedua raihan enam warna langsung menguatkan posisinya. Di babak tiga Narasoma kembali meraih bendera enam warna dan babak keempat enam warna lagi yang tertancap persis di bawah tiang kerekannya.
Urutan kedua ada Pinayungan, amunisi Joko SJ Tulungagung. Burung ternakan SJ 99 yang dikerek pada nomor 16 sukses meraih bendera lima warna hitam pada babak pertama, kedua, dan keempat. Sedang pada babak ketiga hanya raih empat warna. Menyusul pada posisi ketiga ada Kylian milik H. Asril dari Jakarta yang bergelang Tidar 572 di tiang 20.
Di kelas Yunior, Wiro Sableng ring DA 212 gaco andalan Cak Hari Bogor. Menempati nomor kerekan 51, berhasil menuntaskan penjurian dengan bendera lima warna selama empat babak berturut-turut. Kemudian ada Sang Prabu amunisi H. Prabu Kusumo Yogyakarta pada podium kedua.
Burung ternakan YNT 144 yang dikerek pada nomor 68 kalah dengan angka yang sangat tipis dengan sang juara. Kedua burung ini dari awal saling kejar perolehan nilai. Dan penentuan juaranya harus melalui meja perekap karena mempunyai total nilai yang sama.
Di tempat ketiga ada Abimanyu milik Adi Kumboro Semarang. Derkuku bergelang Kum 28 yang dikerek pada nomor 59 mendapatkan tiga kali bendera lima warna dan empat warna pada keempat. Sementara acungan jempol patut disematkan pada sang juara di kelas Yunior ini. Bagaimana tidak Wiro Sableng dikirim pemiliknya ke Solo hanya menggunakan kotak saja.
“Mau dikatakan gak edan mau gimana ya?’ kata Jatmiko mengomentari kemenangan Wiro Sableng. “Itu burung dari Bogor dikirim pakai kotak. Sampai Solo pada hari Sabtu dan dilombakan Minggunya dan juara lagi opo ra edan itu tapi tak tanya sama pemiliknya bilangnya selalu merendah.”
“Biasa saja kok, bukan burung istimewa. Hanya saja yang lain saja pada gak bunyi ujarnya,” tutur Jatmiko menirukan perkataan Cak Hari yang selalu sibuk hilir mudik mengabadikan momen lomba dengan kameranya itu.
Dikelas Pemula, Cheng Ho ring YNT 212 besutan Kum BF Semarang berhasil menduduki podium juara. Disusul pada tempat kedua ada Soleh ring Rajawali 391 milik Hartejo Blitar dan tempat ketiga Mata Hati ring Sabel 23 milik Atasa BF dari Bantul.
Imam Hariadi, satu-satunya peserta dari Bali harus menerima kenyataan jika burung gacoannya sedang tidak dalam penampilan terbaiknya. “Burung saya ternyata sedang ganti bulu, jadinya kurang semangat kerja. Tetapi lumayanlah pada babak pertama dapat 4 warna, babak kedua dapat 4 warna usulan 5, sedang di babak ketiga dan keempat dapat lima warna,” cerita Imam.
Sudah menjadi tradisi setiap perhelatan gelaran lomba DMS selalu berusaha memperhatikan kepada juri-juri yang bertugas serta panitia berupa paket sembako. “Kita selalu berusaha mengapresiasi kinerja juri di tengah lapangan seharian dan kepanasan dengan tali asih berupa sembako,” ujar Agung. “Maturnuwun DMS,” ucap juri-juri serempak.
Perhelatan lomba latber liga derkuku dari hari ke hari ada dimana-mana. Bahkan hampir setiap minggu ada saja acaranya. Ini tentunya menandakan bahwa derkuku sudah mulai banyak peminatnya tentunya harus terus didukung.
“Kita harus selalu mendukung bergantian kegiatan yang kian ramai ini. Misalnya dengan menitipkan banernya untuk promosi paling tidak biar panitianya tidak nombok terlalu banyak setiap perhelatan itu digelar,” ajak Agung. “Monggo kita saling sadar diri biar perderkukuan terus ramai,” tutup Agung Cahyanto. (Ramlee/Jat)