Gantangan TGR yang berlokasi di Ds. Samir, Ngunut – Tulungagung, ramai oleh kehadiran dekoe mania dari wilayah di sekitaran Tulungagung. Mereka ikut meramaikan gelaran Latbernil Tumpengan untuk merayakan HUT TGR ke-7.
TGR (Team Guyub Rukun) berdiri pada 28 Januari 2016 silam. “TGR hanyalah sebuah paguyuban yang mengutamakan dan selalu memupuk rasa seduluran selawase,” ungkap Agus New Ags sang pendiri.
“Guyub rukun nambah sedulur-sedulur lewat hoby. Dan tujuan utamanya untuk memajukan hobi derkuku ini sendiri agar bisa menjadi lebih maju dan berjaya dari yang sudah baik hari ini,” tambah Agus yang masih bermukim di Busan Korsel.
“Kesampingkan apapun itu yang menghalangi, selalu berpikir serta bertindak positif untuk kemajuan bersama, bravo derkuku. Sukses selalu buat dekoemania nusantara dan sukses buat kepengurusan PPDSI Pengda Jawa Timur yang telah terbentuk. Guyub Rukun Seduluran Selawase Dekoemania Indonesia.”
Seperti perayaan sebelumnya, sebuah tumpeng disiapkan sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang sudah diberikan Yang Kuasa. Diiringi ucapan doa dan harapan, Drs Bambang Ernawan M.Pd Ketua TGR Tulungagung memotong nasi tumpeng dan diberikan kepada M. Makrus Ketua Umum PPDSI.
Hari itu, tiga blok disiapkan untuk gelaran Latbernil Tumpengan. Meskipun hanya sebuah event kecil namun, antusias para dekoe mania sangat menyenangkan. Panitia membuka dua kelas, yakni kelas Pemula sebanyak dua blok dan kelas Bebas sebanyak satu blok.
TGR berencana akan menambah setidaknya satu blok lagi dengan jumlah 42 tiang gantangan. Diharapkan sebuah event besar TGR Cup IV yang rencananya di gelar pada akhir bulan Pebruari, tiang-tiang baru tersebut sudah bisa digunakan.
Sehari sebelumnya TGR Kelantan sedianya juga mengadakan lomba derkuku di Bong Sri Limbongan Pasir Puteh, Kelantan. Namun dikarenakan kondisi cuaca di Kelantan yang kerap diterpa hujan badai, gelaran TGR Cup Kelantan bergeser 4 Pebruari 2023.
Sebanyak 35 burung di kelas Bebas dan 56 di kelas Pemula beradu menjadi yang terbaik. Panitia menugaskan juri-juri Senior dan Junior Jawa Timur. “Kita berikan jam terbang yang cukup buat juri-juri Junior,” tegas M. Makrus.
Sebelumnya M. Makrus di Musda PPDSI Jawa Timur, meminta Pengcab untuk rutin menggelar lomba seni suara alam burung derkuku. Dengan demikian juri-juri junior ini mendapatkan kesempatan yang cukup sebelum naik menjadi juri senior.
“Jawa Timur, saat ini sudah ada tiga orang juri nasional. Selanjutnya jika memang dirasa kemampuan juri-juri junior sudah layak untuk jadi juri nasional, maka akan segera diusulkan ke pusat. Tetapi saat ini masih belum. Biar mereka mengasah kemampuannya menjuri melalui event-event kecil seperti ini,” ucap Makrus. “Kalau ada event besar, kita tetap akan mendatangkan juri-juri luar daerah.”
Cuaca hari itu sangat mendukung gelaran TGR. Sinar matahari bersinar penuh. Angin males berhembus, sehingga terasa begitu panasnya. “Wah cuacanya bersahabat, sampai jurinya gosong,” seloroh beberapa pemilik burung dari pinggir lapangan.
Pada babak pertama, di kelas Bebas berlangsung persaingan ketat yang ditunjukkan oleh burung di tiang nomor 5 dan 18. Keduanya berhasil mendapatkan bendera lima warna. Sementara itu ada 10 burung yang membuntuti dengan raihan empat warna.
Sedang di kelas Pemula, terpantau ada 7 burung yang berhasil mendapatkan bendera empat warna. Di kelas ini, banyak sekali burung-burung yang baru pertama kali ikut sebuah kompetisi. Memang butuh latihan intens agar burung bisa bekerja secara maksimal saat ditampilkan di arena lomba.
Di babak kedua, pemuncak di kelas Bebas ternyata tidak bisa mempertahankan performa apiknya. Justru burung di tiang nomor 11 melesat dengan raihan lima warnanya, sementara kompetitornya justru hanya mampu mendapatkan empat warna saja.
Pada kelas Pemula, hingga menyelesaikan babak kedua, ada 8 burung yang mempunyai kans juara. Sayang puluhan kontestan lainnya yang datang dari Trenggalek, Blitar, Gresik, Bojonegoro, dan Kediri serta Tulungagung belum mampu menunjukkan kualitas anggungnya di hadapan para pengadil.
Selepas jeda, babak ketiga dilanjutkan dengan kembalinya performa burung di gantangan 18 untuk kembali bersaing dengan gantangan 11. Saat menyelesaikan babak ketiga, burung di gantangan 35 juga mendapatkan bendera lima warna. Sedang di kelas Pemula tinggal menyisakan tiga burung saja di barisan terdepan, yaitu gantangan 85, 141, dan 150.
Turunnya jago-jago yang mempunyai potensi bagus kedepannya, jelas makin menambah ramai dan ketatnya persaingan. Baik persaingan di kelas Bebas maupun di kelas Pemula. Juara harus ditentukan lewat pertarungan sengit selama empat babak penuh.
Akhirnya beberapa jago yang memang punya kualitas oke dan kerjanya lebih ngotot, mampu merebut podium tertinggi. Di kelas Bebas Pinayungan milik Joko SJ Tulungagung yang bergelang SJ 99 di kerekan nomor 18, sukses memetik kemenangan.
Gelar juara didapat setelah Pinayungan kembali menunjukkan kualitasnya dengan nilai 5 warna di babak keempat. Meskipun tampil belum cukup stabil tetapi Pianyungan mengantongi bekal untuk tampil memukau di event yang lebih besar.
Dengan kemenangannya itu berarti Pinayungan kembali mengulang sukses yang ditorehkan di ajang Latber Blitar Kawentar 4 belum lama ini. “Kebetulan saja Pinayungan mau kerja,” ujar Joko merendah ketika diminta komentarnya atas prestasi yang ditorehkan burung asuhannya.
Sementara Gayatri ternakan PN, burung N3 BF Tulungagung yang ada di tiang 11 harus puas di tempat kedua setelah kalah tipis dari sang juara. Kegagalannya meraih hasil terbaik disebabkan penampilannya yang kurang konsisten sehingga hanya mendapatkan bendera empat warna di babak pertama dan keempat.
Kedua jagoan itu langsung melejit saat lomba dimulai, mengumbar anggung suara emasnya. Keduanya mempunyai kualitas yang sangat baik di gaya irama. Sehingga tidak keliru, kalau keduanya berhasil merebut dua posisi terbaik pertama.
Aryo Blitar di gantangan nomor 5 merupakan debutan M. Makrus bercincin MKS menduduki posisi ketiga. Aryo Blitar, sebenarnya tidak kalah kualitas dengan dua pemenang diatasnya, hanya saja di babak ketiga hanya mampu mendapatkan bendera tiga warna.
Di kelas Pemula, Damar Wulan di tiang kerekan nomor 85, burung tetasan N3 BF yang diusung N3 BF Tulungagung sukses memetik hasil maksimal dan menduduki posisi puncak. Setelah sukses mendapatkan empat warna rata dan unggul di gaya irama atas para kompetitornya.
Sedang Tumenggung di gantangan 141 bergelang MKS besutan Makrus dari Blitar berhasil merebut tempat kedua. Tumenggung mendapatkan perlawanan sengit dari Jamaika gaco milik New Ags bergelang New Ags 474. Jamaika akhirnya menggenapi posisi tiga besar di kelas Pemula.
“Alhamdulillah, semoga dengan kita sering menguatkan tali persaudaraan antar penghobi derkuku dengan cara-cara yang sederhana seperti halnya kagiatan syukuran, kumpul-kumpul, dan latbernil diharapkan hobi derkuku ini kedepan akan lebih bergerak maju kedepan dan ramai,” harap Agus New Ags. “Dan dengan semangat seduluran selawase guyub rukun, semoga temen-teman derkuku makin kompak dan solid, aamiin.” (Ramlee/Stone)